PRESIDEN BAHAS KELANJUTAN PEMBANGUNAN DENGAN 11 MENTERI

PRESIDEN BAHAS KELANJUTAN PEMBANGUNAN DENGAN 11 MENTERI

 

 

Presiden Soeharto di Istana Merdeka Rabu mengadakan pertemuan dengan sebelas menteri Kabinet Pembangunan IV yang membahas usaha­-usaha untuk kelanjutan pembangunan khususnya di bidang ekonomi dengan kekuatan sendiri akibat merosotnya harga minyak bumi dewasa ini.

Ke sebelas menteri yang diterima Presiden itu ialah Menko Ekuin Ali Wardhana, Mensesneg Sudharmono SH, Menteri Keuangan Radius Prawiro, Menteri Perdagangan Rahmat Saleh, Menteri Perindustrian Hartarto, Menteri Perhubungan Roesmin Nuryadin, Menteri Pertanian Ahmad Affandi, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Sumarlin, Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam, Menmuda UP3DN Ginandjar Kartasasmita dan Menmuda Sekkab Murdiono.

Selesai pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam 15 menit itu Menteri Perdagangan Rahmat Saleh yang menjadi Juru bicara mengatakan kepada wartawan, bahwa Presiden menekankan kembali pentingnya untuk lebih meningkatkan ekspor non migas dan pemanfaatan pasar dalam negen karena kesempatan-kesempatan tersebut masih ada.

Presiden menegaskan untuk lebih ditingkatkan lagi koordinasi antara berbagai instansi untuk mendukung pelaksanaan ekspor non migas sehingga pelaksanaan ekspor tersebut menjadi terpadu.

Koordinasi selama ini memang sudah ada, tetapi menghadapi keadaan ekonomi akibat merosotnya harga rninyak sekarang ini maka perlu ditingkatkan lagi koordinasi itu, kata Rahmat Saleh.

Presiden mengatakan, pemanfaatan pasar dalam negeri diperlukan guna mendukung dan mengembangkan industri di dalam negeri.

Pasaran dalam negeri memang cukup potensial, karena Indonesia mempunyai penduduk sekitar 160 juta orang, tambah Rahmat Saleh.

Situasi Umum

Dalam pertemuan itu, Presiden Soeharto menyinggung secara umum situasi ekonomi akibat harga minyak yang makin merosot, namun Rahmat Salah menjawab pertanyaan wartawan menegaskan apapun yang terjadi dengan minyak tidaklah seluruh peran minyak itu akan hilang tapi mungkin mengecil.

“Inilah yang kita coba untuk menghadapinya dengan meningkatkan lagi pasar dalam negeri maupun luar negeri, karenanya Presiden menekankan pentingnya peningkatan koordinasi dalam menghadapi situasi ini,” kata Menteri. Atas pertanyaan, menteri menegaskan tidak akan ada devaluasi.

Dalam pertemuan itu juga Presiden menekankan agar para eksportir dapat mengatur angkutan barang-barangnya ke luar negeri melalui cara-cara yang disepakati oleh asosiasi-asosiasi pelayaran.

Atas pertanyaan wartawan apakah ada perangsang-perangsang baru dari pemerintah dalam meningkatkan ekspor non migas ini, menteri mengatakan memang ada instrumen-instrumen yang sekarang ini secara tehnis sedang dirumuskan oleh pemerintah.

Ia mengatakan banyak sekali mata dagangan non migas yang masih bisa ditingkatkan selain komoditi yang besar-besar. Ia memberikan contoh ekspor non migas yang telah berkembang baik antara lain vanili, rumput laut dan bekicot. Bekicot Indonesia adalah komoditi yang diimpor Perancis dalam jumlah besar, katanya.

Menteri menegaskan bahwa dalam perternuan itu, sama sekali tidak dibicarakan pengaruh harga minyak pada APBN 1986/87, demikian pula sama sekali tidak disinggung masalah BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

Mengenai sistem perdagangan imbal beli, menteri mengatakan sistem itu hanya diberlakukan pada pengadaan barang-barang proyek pembangunan. Sistem itu tidak merupakan sistem perdagangan Indonesia seluruhnya.

Ia membenarkan, imbal beli sekarang ini agak berkurang karena ada sejumlah proyek pembangunan yang dijadwalkan kembali pelaksanaan pembangunannya. (RA)

 

 

Jakarta, Antara

Sumber : ANTARA (12/02/1986)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 377-379.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.