PRESIDEN BUKA KONPERENSI PEMBINAAN KESEJAHTERAAN ANAK
Presiden Soeharto mengingatkan, untuk mempersiapkan anak-anak agar kelak menguasai dan membangun masa depannya sendiri, tidak cukup hanya mendidiknya di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti di sekolah-sekolah, tetapi juga harus mampu membina dan mengembangkan kesejahteraan mereka.
Kepala Negara mengemukakan hal ini ketika memberi sambutan pada pembukaan konperensi nasional pembinaan dan pengembangan kesejahteraan anak (YKAI), Senin di Istana Negara, yang juga dihadiri Wakil Presiden Umar Wirahadikusurna, Ibu Tien Soeharto dan Ibu Umar Wirahadikusurna selaku Ketua Umum YKAI.
Menyambung peringatannya Presiden mengatakan, harus disadari bahwa pembinaan dan pengembangan kesejahteraan anak itu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak terlepas dari pembangunan di berbagai bidang.
Pembinaan dan pengembangan kesejahteraan anak mempunyai kaitan erat dengan pembangunan di bidang ekonomi dan sosial.
Dikatakan, dengan berhasilnya pembangunan di bidang ekonomi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat misalnya, maka masyarakat akan makin mampu membiayai pembinaan dan pengembangan kesejahteraan anak-anak.
Sejajar dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat, maka perbaikan gizi juga dapat ditingkatkan. Masalah perbaikan gizi ini sangat penting bagi pembinaan dan pengembangan kesejahteraan anak, sebab peningkatan perbaikan gizi tidak hanya akan meningkatkan kesehatan jasmani anak-anak, tetapi juga meningkatkan kecerdasan tunas-tunas bangsa.
Berhasilnya pembangunan di bidang kesehatan menurut Presiden juga sangat berpengaruh bagi pembinaan dan pengembangan kesejahteraan anak. Sebab anak yang lemah dan sakit-sakitan bukanlah anak yang sejahtera.
Butuh Kasih Sayang
Presiden mengatakan, masyarakat perlu dibangkitkan kesadarannya bahwa pembinaan dan pengembangan kesejahteraan anak tidak cukup hanya dengan memenuhi kebutuhan fisik belaka.
Anak-anak juga memerlukan kasih sayang, pembinaan dan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat kerokhanian lainnya. Untuk itu, kata Presiden, organisasi wanita yang telah tersebar di kota-kota besar dan kecil serta gerakan PKK yang telah berkembang pesat di desa-desa dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Emil & Soedjatmiko
Pada Konperensi yang berlangsung sampai 26 Juli itu, ikut memberikan pemrasaran antara lain Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Emil Salim dan Dr Soedjatmoko, Rektor Universitas PBB, di Tokyo.
Ciri yang menonjol itu adalah jumlah anak yang banyak yang diperkirakan tahun 2000 menjadi 26,6 juta atau 11,9% dari jumlah penduduk Indonesia di tahun tersebut sekitar 222,7 juta.
Selain itu profil anak Indonesia adalah tingginya tingkat kematian bayi, harapan usia hidup, jumlah bayi lahir dengan berat badan di bawah 2500 gr yang masih besar, dan profil lainnya masih tingginya tingkat kelahiran kasar yaitu 33,7 per 1000 penduduk (tahun 1981-1985) di antaranya rata-rata 4,1 wanita.
Makalahnya yang berjudul “Anak Sejahtera Di Tingkatkan Kualitas Manusia” Emil menguraikan bagaimana kualitas manusia untuk tahun 2000 karena kemungkinan terjadi tantangan perubahan sistim nilai dan norma kehidupan manusia dalam masyarakat.
Untuk menghadapi berbagi tantangan maka mutlak perlu ditingaktkan kualitas manusia melalui perbaikan gizi, olahraga, dan pola hidup sehat, terutama bagi anak-anak balita.
Sementara itu Soedjatmoko berpendapat untuk menyongsong masa depan di tahun 2000 yang bersifat dinamis dan tidak pasti itu perlu ditingkatkan program pembinaan anak 15 tahun ke bawah.
Ia memberikan gambaran mempersiapkan anak di masa depan antara lain memupuk kemampuan belajar pada anak di mana, mereka harus mampu belajar secara terus-menerus agar memperbaharui perbendaharaan pengetahuannya.
Untuk itu perlu melindungi anak dari praktek penindasan, meningkatkan kesejahteraan anak terutama dari lingkungan keluarga yang miskin dan mempersiapkan program pembinaan anak melalui pendidikan non formal.
Karena, ia menitai kualitas sumber manusia yang akan kita miliki di masa depan ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengembangkan potensi yang terdapat pada anak-anak dan lebih lagi di hari depan, kualitas sumber daya manusia merupakan modal yang paling menentukan bagi suatu bangsa. (RA)
…
Jakarta, Suara Karya
Sumber : SUARA KARYA (24/07/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 961-963.