PRESIDEN DAN PIMPINAN PARTAI KATOLIK BAHAS KEHIDUPAN POLITIK DAN SOSIAL

PRESIDEN DAN PIMPINAN PARTAI KATOLIK BAHAS KEHIDUPAN POLITIK DAN SOSIAL [1]

 

Jakarta, Antara

Soal2 yang menyangkut bidang kehidupan sosial politik dan ekonomi merupakan pokok2 dimana pembicaraan berkisar pada pertemuan antara Presiden Soeharto dengan pimpinan partai Katolik di Jakarta hari Kamis siang.

Pimpinan pusat partai tsb mengajukan masalah tsb kepada Kepala Negara dalam menghadapi sidang umum MPR yang akan berlangsung bulan Maret yang akan datang.

Pimpinan partai Katolik yang diterima Presiden di Bina Graha terdiri dari Ketua Umum Ben Mang Rangsay, Ketua Kehormatan Drs. Frans Seda dan Penasehat I.J. Kasito.

Pembicaraan itu, menurut Frans Seda, adalah dari hati kehati kita tidak main konsepsi -konsepsian dengan Presiden. Juga masalah fusi dari kelompok Demokrasi Pembangunan dilaporkan kepada Presiden Soeharto, tapi mereka tidak mau memberikan keterangan mengenai hal ini karena akan diumumkan dalam suatu konferensi pers Kamis sore di DPP -PNI.

Frans Seda menegaskan, bahwa partainya 100% setuju penggabungan partai2 yang tergabung dalam kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dari PNI, Parkindo, Katolik, IPKI dan Murba.

Ulang Tahun ke-50

Dilaporkan pula rencana peringatan ulang tahun ke-50 Partai Katolik tanggal 24 Pebruari 1973 dan setelah berusia setengah abad partai ini akan berkembang dalam kesatuan yang lebih luas dan besar dengan akan fusinya partai ini.

Dalam rangka peringatan itu oleh Partai Katolik akan diadakan seminar mengenai “Studi perbandingan” yang akan membahas reaksi dari sistim demokrasi di beberapa negara di Asia.

Seminar tsb akan diselenggarakan di kampus Universitas Katolik “Atmajaya” yang akan diikuti oleh tokoh2 tenar – baik ahli2 maupun politisi praktis, kata Drs. Frans Seda.

“Studi perbandingan” itu akan merupakan sumbangan terakhir dari partai ini. Akan tetapi setelah fusi Partai Katolik akan mengajukan diri dalam perjuangan yang lebih luas dan luwes.

“Umat Katolik”, demikian Frans Seda, “harus selalu hadir dan aktif dalam konstelasi politik di Indonesia terutama dalam pembinaan demokrasi Pancasila. Berdasarkan ini kita membina keadilan sosial”. (T110/RU/DN/1400/133/1415/Q31) (DTS)

Sumber: ANTARA (11/01/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 70-71.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.