PRESIDEN : KITA PERCAYA DI BALIK SEMUA PERISTIWA TERKANDUNG HIKMAH
Presiden Soeharto mengingatkan guna menghadapi tantangan yang besar dan beragam di dalam pembangunan bangsa, masyarakat Indonesia dituntut untuk memiliki kemantapan hati dan keteguhan pendirian, di samping harus bekerja keras dan memiliki semangat pantang menyerah.
Hal itu dikemukakan Kepala Negara pada peringatan Nuzulul Qur’an 17 Ramadhan 1406 H di Masjid Istiqlal Jakarta Minggu malam.
Kepala Negara juga mengingatkan, pembangunan bangsa bukanlah pekerjaan yang kecil dan sederhana, lebih-lebih bagi bangsa Indonesia yang sangat luas wilayahnya, sangat banyak penduduknya, dan sangat besar masalahnya.
Bangsa Indonesia, kata Presiden Soeharto, harus mampu membedakan hal-hal yang pokok dan hal-hal yang sampingan serta kepentingan jangka panjang dan kepentingan jangka pendek dalam menghadapi berbagai kesulitan di bidang ekonomi dan pembangunan dewasa ini.
Istiqamah
Al-Qur’an, menurut Presiden mengajarkan agar umat Islam mempunyai sikap istiqamah, yakni sikap teguh pendirian dan selalu konsisten, pantang mundur dan tidak mudah goyah dalam menghadapi tantangan serta ancaman.
Semua sikap tersebut lebih diperlukan pada saat bangsa Indonesia menghadapi tahun-tahun sulit di bidang ekonomi dan pembangunan dewasa ini, kata Kepala Negara.
Sebagai umat yang beriman kita percaya bahwa di balik semua peristiwa terkandung hikmah. Suasana berat yang kita hadapi, kita anggap sebagai ujian bagi kita.
Dikatakan usaha untuk mewujudkan masyarakat Pancasila bukanlah perkara mudah, melainkan menuntut kerja keras dan tekun. Dalam hubungan itu, seluruh kekuatan bangsa harus dipadukan, kemampuan bangsa harus dikerahkan, dan segenap lapisan serta golongan masyarakat harus diajak dan diikutsertakan.
Menurut Kepala Negara, dalam jangka panjang, bangsa Indonesia tetap bertekad membangun masyarakat Pancasila, dengan melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.
Menteri Agama
Menteri Agama Munawir Sjadzali dalam sambutannya mengatakan agar dalam menghadapi masa-masa sukar dewasa ini, umat Islam di Indonesia hendaknya kembali kepada tuntutan dan arahan yang diberikan oleh firman-firman Allah serta Sabda-sabda Nabi Muhammad SAW.
Tuntutan-tuntutan itu, menurut menteri, adalah tidak berkecil hati, serta harus tabah dan percaya bahwa cobaan dan tantangan yang kini dihadapi merupakan bagian dari tebusan yang harus dibayar bagi tercapainya cita-cita nasional.
Menteri mengingatkan, agar situasi sulit dewasa ini hendaknya menggugah kesadaran tentang terbatasnya kemampuan manusia dan betapa besarnya kekuasaan Tuhan.
Islam, kata Munawir di awal sambutannya, tidak pernah menjanjikan bahwa jalan menuju surga dan keberuntungan itu mulus, rata, datar dan bebas hambatan. (RA)
…
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber : SINAR HARAPAN (26/05/1986)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 583-584.