PRESIDEN MINTA SIARAN RRI – TVRI KE PEDESAN DITINGKATKAN
Presiden Soeharto, hari Senin minta agar siaran siaran RRI dan TVRI yang tertuju pada masyarakat pedesaaan lebih ditingkatkan, mengingat sebagian besar masyarakat tinggal di desa.
Ketika meresmikan pemakaian pemancar baru RRI di Cimanggis dan meresmikan penghijauan lingkungan studio alam TVRI di Sidamukti, dalam suatu upacara di Cimanggis, Bogor (Jawa Barat), Senin pagi, Kepala Negara juga menekankan bahwa RRI dan TVRI harus mampu menyampaikan informasi yang diperlukan masyarakat secara cepat.
Presiden mengatakan, pemerintah terus berusaha mengembangkan RRI dan TVRI sesuai dengan kemajuan zaman, karena peranan yang diemban kedua media elektronika milik negara itu cukup penting dalam pembangunan.
Siaran siaran RRI dan TVRl mempunyai pengaruh luas terhadap masyarakat. RRI dan TVRI tidak hanya meneruskan berita, menyajikan hiburan dan pengetahuan namun juga ikut membentuk fikiran masyarakat.
Fikiran-fikiran yang berkembang dalam masyarakat menurut Presiden, merupakan kekuatan suatu bangsa. "Masyarakat yang berfikir jernih akan membentuk bangsa yang bijaksana, masyarakat yang berfikiran positif dan penuh kepercayaan akan tumbuh menjadi bangsa yang bersemangat dan teguh kemauannya." demikian kepala Negara.
Perkuat Motivasi
Presiden mengemukakan, memelihara dan memperkuat motivasi bangsa dalam membangun tidak kalah penting.
"Motivasi itu tidak lain adalah melanjutkan dan meningkatkan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila" tegas Kepala Negara.
Upaya memperkukuh motivasi pembangunan itu dinilai penting oleh presiden sebab keberhasilan pembangunan juga membawa masalah-masalah baru yang perlu di pecahkan bersama.
"Pembangunan yang berhasil tidak saja membawa perbaikan kehidupan dan harapan-harapan baru, namun juga mendatangkan tantangan-tantangan baru dan persoalan persoalan baru," kata Presiden.
"Dalam hubungan ini siaran siaran RRI dan TVRI harus dapat ikut memelihara dan memperkuat motivasi bangsa kita dalam membangun dirinya," demikian ia menegaskan.
Warisi Semangat Juang
Pada awal pidatonya, Presiden memaparkan peranan RRI yang tidak kecil dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dalam zaman perang kemerdekaan dulu walau dengan peralatan sangat sederhana RRI tidak pernah absen dalam menggelorakan semangat berjuang untuk mengusir kaum penjajah yang ingin mencengkramkan kembali kekuasaannya di tanah air kita, kata Presiden.
"Sejarah mencatat RRI merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dan sekaligus kekuatan perjuangan" tambahnya.
Kepada segenap jajaran RRI dan TVRI, Kepala Negara mengimbau agar mereka mewarisi dan melanjutkan semangat pejuang yang sudah ditunjukkan oleh pejuang-pejuang yang melahirkan RRI dahulu, sebab menurut Presiden pembangunan memerlukan semangat dan idealisme perjuangan.
Studio Alam TVRI
Studio Alam TVRI ini terletak di desa Sidamukti, Kecamatan Sukmajaya, Kotip Depok, Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Dari Jakarta menuju tempat ini dapat ditempuh melalui dua jalan terdekat yaitu melalui Pasar Minggu-Depok dan Cililitan-Cisalak ke arah selatan kurang lebih 27 km dengan luas areal 28,4 ha.
Studio Alam merupakan tambahan sarana dalam memproduksi acara-acara siaran. Produksi yang tidak mungkin dapat dilakukan di dalam studio tertutup, maka di tempat ini dapat dilaksanakan dengan lokasi produksi di alam terbuka yang secara alamiah dapat menyajikan situasi yang diperlukan, misalnya hutan, sungai, danau, bukit, padang pasir bahkan air terjun dsb.
Sebelum tahun terakhir Pelita IV Studio Alam TVRI diharapkan sudah dapat berfungsi secara optimal untuk lokasi produksi acara siaran nasional, baik untuk kepentingan siaran TVRI maupun untuk kepentingan produksi di luar TVRI.
Saat ini di lokasi tersebut telah dimanfaatkan untuk kegiatan produksi film serial TVRI yang berjudul "Rumah Masa Depan" dan diharapkan pula dimasa-masa yang akan datang film serial lain produksi TVRI akan dapat menggantikan film serial asing yang disiarkan TVRI. (RA)
…
Bogor, Antara
Sumber : ANTARA (21/05/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 870-872.