PRESIDEN RESMIKAN LAPANGAN MINYAK LALANG TIDAK ADA PERUBAHAN KEBIJAKSANAAN PENANAMAN MODAL ASING

PRESIDEN RESMIKAN LAPANGAN MINYAK LALANG TIDAK ADA PERUBAHAN KEBIJAKSANAAN PENANAMAN MODAL ASING

Pemerintah Indonesia tidak berniat mengubah kebijaksanaan penanaman modal asing. “Secara realistis kami menyadari masih menginginkan mengalirnya modal asing kemari, untuk makin memperbesar investasi dalam usaha memperbesar laju pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional”.

Demikian ditegaskan Presiden Soeharto meresmikan lapangan Minyak Bumi Lalang, Kep. Riau kemarin dari ruang Bina Graha, Jakarta.

Peresmian jarak jauh itu dilakukan melalui siaran langsung TV dengan menggunakan satelit Palapa. Memanfaatkan teknologi satelit komunikasi tersebut kemungkinan semua undangan dapat melihat langsung di anjungan produksi minyak lepas pantai “Lalang” yang letaknya ribuan kilometer dari Jakarta.

Setelah menandatangani prasasti, Presiden segera menyaksikan para karyawan bertepuk tangan melalui layar televisi. Kemudian para undangan diajak meninjau berbagai fasilitas yang ada di anjungan minyak disertai penjelasan yang disampaikan oleh Kepala Unit Eksplorasi dan Produksi Pertamina Ir. Bambang yang berada di lokasi tersebut. Dengan wajah cerah Presiden Soeharto selanjutnya mengemukakan, untuk menumbuhkan ekonomi jelas membutuhkan investasi yang tidak kecil.

Sumber investasi itu diarahkan pada kekuatan sendiri dan digali dari tubuh sendiri. Namun demikian kerja sama dan keterpaduan serasi antara kekuatan sendiri dan modal dari luar itulah yang diharapkan dapat mempercepat pembangunan, katanya.

Khusus mengenai usaha mencari sumber minyak baru yang merupakan sumber devisa terbesar, Kepala Negara menyadari perlunya modal besar terutama untuk eksploitasi, selain perlu penguasaan teknologi tinggi, ketrampilan dan keuletan.

Terus terang, permodalan dan teknologi belum dimiliki sendiri, untuk itu maka diundang fihak luar agar bersama-sama menggali kekayaan alam Indonesia.

Dalam kaitan tersebut, Presiden menilai wajar jika penanaman modal, asing diberi jaminan atas kelancaran dan kelangsungan usaha mereka di sini, serta keuntungan yang pantas.

Tetapi di lain pihak, cukup adil, jika pemerintah minta agar perusahaan asing itu ikut berjalan bersama pada garis yang akan ditempuh untuk membangun Indonesia menurut semangat, tujuan dan arah yang sudah ditentukan.

Wajar Dan Realistis

Di hadapan para investor asing serta Duta Besar negara sahabat, Kepala Negara mengutarakan untuk memperoleh sumber permodalan dari dalam negeri, pemerintah akan terus benahi sekuat tenaga agar anggaran negara terus naik dari tahun ke tahun.

Demikian pula akan diciptakan suasana yang mendorong investasi di kalangan masyarakat sendiri, termasuk usaha swasta.

Tetapi semuanya itu tetap dilakukan dengan sikap wajar dan realistis. Artinya, tidak akan memberi beban yang tidak mungkin dipikul di atas pundak sendiri.

“Secara khusus saya ingin menyatakan rasa besar hati dan penghargaan karena dalam penemuan Lapangan Minyak Lalang ini ternyata telah meningkatkan peranan dan partisipasi kemampuan dalam negeri sendiri,” ujarnya.

Kepada Pertamina dan kontraktor asing diserukan agar apa yang berkembang dalam usaha bersama tersebut dapat lebih ditingkatkan lagi di waktu-waktu mendatang.

Dalam kesempatan itu Presiden juga berpesan agar Pertamina terus meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja di seluruh kegiatan perusahaan milik negara yang besar tersebut. Juga tidak kalah pentingnya peningkatan pengawasan teknis di lapangan.

Di samping itu pengamanan pembangunan harus benar-benar diperhatikan. Seperti pencegahan kerusakan, pencemaran lingkungan mencegah sejauh mungkin kerusakan peralatan kebocoran dan, pemborosan.

“Yang penting kita harus mempertebal kesadaran untuk lebih menghemat segala yang dimiliki dengan susah payah, agar diperoleh kemanfaatan optimal”, tambahnya.

Kerawanan

Pada awal sambutannya, Kepala Negara mengingatkan, selama tiga kali Repelita sumber devisa sebagian besar berasal dari ekspor minyak dan gas bumi.

Demikian pula selama Repelita IV ini. Keadaan seperti itu tentu mengandung kerawanan. Karena kita telah bertekad meningkatkan ekspor nonmigas di samping menggali lebih banyak penerimaan negara di luar migas.

Hal itu jelas merupakan perjuangan tersendiri dan minta tanggung jawab serta partisipasi semua pihak tanpa kecuali.

Meski demikian tidak berarti boleh mengendorkan usaha untuk terus mencari sumber-sumber minyak baru yang terkandung dalam perut bumi ini. Sebaliknya usaha secara patungan harus terus dilakukan untuk memperoleh sumber-sumber minyak baru, kata Presiden.

Bagi Hasil

Sebelumnya, Dirut Pertamina Abdul Rahman Ramly melaporkan, penemuan dan pengusahaan Lapangan minyak Lalang ini dilaksanakan melalui kontrak bagi hasil antara Pertamina dan Hudbay Oil (Malacca Strait). Ltd. Eksplorasinya dilakukan sejak th 1970, tetapi baru thn 1980 sumber minyak itu diketemukan di wilayah Selat Malaka.

Eksplorasi selanjutnya berhasil menemukan lagi di bagian Selatan Lalang. Penemuan ke dua ini sedang dalam penanilaian tahap akhir untuk dikembangkan menjadi Lapangan Minyak Mengkapan. Seminggu yang penemuan berikutnya terdapat di daratan Pulau Padang. Pengujian pendahuluan menunjukkan sumur tersebut mampu menghasilkan minyak 2.000 barrel sehari.

Dikatakan, dari jerih payah selama 14 tahun menelan biaya lebih 125 juta dolar AS. Khusus untuk lapangan Lalang produksi permulaan akan berkisar 30.000 barrel tiap hari.

Dari keseluruhan wilayah kerja Selat Malaka di lepas Pantai Riau masih diharapkan tamabahan produksi dari penemuan di Minangkapan dan Sungai Padang.

Khusus mengenai pengembangan Lapangan Lalang yang terletak di Selat Lalang dengan lebar hanya 4 sampai 5 km, telah diusahakan sejauh mungkin memenuhi ketentuan perlindungan lingkungan hidup. Fasilitas pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan tersedia lengkap di Lapangan Lalang.

Dialog

Sesuai peresmian melalui layar tv Kepala Negara menanyakan suka duka para karyawan selama berada di anjungan tersebut.

Kasmarandi mewakili rekan-rekannya mengatakan, ia belum merasa jemu berada ditempat terpencil baru 3 bulan bekerja.

“Saya baru kali ini bekerja pak. Mudah-mudahan kami bisa menekuni pekerjaan ini sebaik mungkin” ujarnya.

Kepada Kasmarandi, Presiden berpesan supaya mensyukuri itu sebabnya masih banyak pemuda sebayanya yang susah cari kerja. Lebih dari itu, Kasmarandi yang masih bujangan dinasehatkan untuk tidak perlu buru-buru dinasehatkan untuk tidak perlu buru-buru kawin.

“Cari pengalaman dulu ya,” tutur Kepala Negara, sambil mengingatkan suatu falsafah jawa “Jer basuki mowo beo” artinya tidak ada kenikmatan tanpa pengorbanan.

Kasmardi juga tidak penah merasa kesepian karena di tempat itu tersedia TV dan Video.

“kamu milih nonton siaran TV Indonesia atau Singapura? “tanya Presiden dan dijawab “Tergantung kesukaan teman-teman Pak. Ada yang suka siaran TV Singapura tapi kalau saya pilih siaran TV Indonesia” ujarnya disambut gelak ketawa hadirin. (RA)

Jakarta, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (17/07/1984)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 748-751.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.