PRESIDEN SETUJUI BERDIRINYA IAAI

PRESIDEN SETUJUI BERDIRINYA IAAI

Mahasiswa Boleh Mendaftarkan Diri

Presiden Soeharto menyetujui berdirinya Institut Aeronotika dan Astronotika Indonesia (Indonesian Aeronotics and Astronautics Institute) disingkat IAAI. Presiden menyanggupi pula untuk menjadi pelindung IAAI.

Demikian Menteri Negara Riset dan Teknologi Ketua BPPT Prof. D.r Ing. BJ Habibie seusai menghadap Presiden di Binagraha, Kamis pagi. Ia didampingi Kepala Staf TNI-AU Marsekal Madya Sukardi, Ketua Lapan (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional) Marsekal Muda Dr Sunaryo, Sekretaris Depanri (Dewan Penerbangan RI) Marsekal Pertama Oerip Kadirun, dan Marsekal Ashadi Tjahjadi.

Habibie mengatakan, dengan latar belakang kemajuan industri pesawat terbang Nurtanio. Puspiptek (Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) Serpong dengan laboratorium-laboratorium ilmiahnya, maupun perkembangan industri penunjang lainnya, maka sudah waktunya untuk menghimpun para tokoh profesional dalam IAAI.

IAAI merupakan wahaha untuk mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya aeronotika dan astronotika melalui seminar, majalah ilmu pengetahuan dan lain-lain.

Himpunan ini dalam waktu dekat akan menjadi anggota ICAS (International Council for Aeronautical Science). Persyaratan minimal menjadi anggota ICAS, jelas Habibie, negara bersangkutan haruslah mempunyai industri pesawat terbang, dan mendirikan suatu wadah semacam IAAI.

Di samping itu, negara bersangkutan harus memiliki fasilitas ilmu pengetahuan untuk mengadakan penelitian riset dan teknologi.

Habibie menambahkan, IAAI merupakan satu-satunya wadah yang berkecimpung dalam ilmu dan teknologi dirgantara. IAAI diakui di Indonesia, dan bersifat swasta seperti halnya Kadin.

Atas permintaan, kata Habibie, 16 orang telah mempersiapkan berdiri sebagai anggota IAAI, dan Kresiden menugaskan dirinya untuk menjadi ketua IAAI.

Anggota IAAI nantinya, bukan saja para sarjana melainkan juga mahasiswa yang berminat di bidang aeronotika dan astronotika. Sedangkan mengenai dana, di samping dari pemerintah, juga dari para anggota serta perusahaan yang berkepentingan dengan IAAI, seperti Nurtanio, Puspiptek, dan industri elektronika.

Dalam kesempatan itu Habibie mengajak para tokoh profesional dan mahasiswa yang berminat, untuk mendaftarkan diri ke sekretariat sementara di BPPT (Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi).

Dalam waktu dekat, IAAI akan segera mendaftar menjadi anggota ICAS, dan mengadakan seminar, baik dengan tokoh luar negeri maupun dalam negeri.

ICAS adalah majelis tertinggi intemasional yang menghimpun perhimpunan sejenis dari berbagai negara. Setiap negara diwakili satu perhimpunan semacam IAAI.

Tujuan perhimpunan internasional itu adalah agar ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara sedapat mungkin dipelihara demi kepentingan umat manusia. Sehingga ICAS adalah badan murni ilmu pengetahuan, terlepas dari ideologi masing-masing negara anggotanya.

Berbagai negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman Barat, Uni Soviet telah menjadi anggota ICAS. Sedangkan Negara Asia baru Jepang, India dan RRC. Sehingga Indonesia merupakan negara keempat, dan pertama untuk ASEAN yang memasuki ICAS.

IAAI ini mempunyai tiga direktur, yaitu direktur bagian aeronotika, meliputi bagian fixed wing (pesawat terbang), rotary wing (helikopter), dan bagian engine. Direktur Bagian Astronotika yang mengkoordinasi bagian satelit, peroketan, hukum negara dan dirgantara. Serta direktur umum mengkoordinasi bagian personil, keuangan dan organisasi.

Lembaga semacam IAAI di Amerika Serikat bemama AIAA (American Insti­ tute for Aeronautics and Aerospace), sedang di Inggris Royal Aeronautics Societies. Mereka, tambah Habibie, telah jauh berkembang dengan memiliki berbagai bagian di dalamnya, seperti bagian thermodinamika, aerodinamik, elektronik, persenjataan, dan bahkan bagian ekonomi.

"Kita juga menuju ke situ. Lahirnya sederhana, kemudian dikembangkan menjadi yang seharusnya," demikian BJ Habibie. (RA)

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (29/04/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 433-435.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.