PRESIDEN TERIMA MENRISTEK ASEAN
Para Menteri Riset dan Teknologi ASEAN sepakat agar para ilmuwan dari negara-negara anggota Asean itu yang bekerja di bidangnya masing-masing harus dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan nasional.
Dengan demikian hal inijuga akan memperkuat ketahanan nasional negara-negara ASEAN dan dengan kuatnya ketahanan nasional itu berarti pula memperkuat ketahanan regional, demikian dikemukakan Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie pada wartawan di Jakarta.
Menteri mengatakan hal itu selesai bersama empat Menteri Riset dan Teknologi dari Singapura, Malaysia, Thailand dan Pilipina diterima Presiden Soeharto di Bina Graha, Kamis pagi.
Empat menteri ilmu pengetahuan dan teknologi itu masing-masing Datuk Amar Stepen Yung dari Malaysia, Dr. Emil Javier (Pilipina) Dr. Wong Kwe Cheong (Singapura) dan Damrong Lathapipat dmi Thailand.
Pertemuan Menteri-menteri Ristek ASEAN itu dengan Presiden Soeharto berlangsung sekitar satu jam. Dalam pertemuan itu Presiden menjelaskan kembali pentingnya ketahanan nasional maupun ketahanan regional serta peranan Bappenas dan peranan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).
Kepada wartawan, Habibie mengatakan bahwa kepada rekan-rekannya serta telah memperlihatkan bagaimana pentingnya hubungan ilmu pengetahuan dengan industri dan pembangunan bangsa.
Peranan Perguruan Tinggi
"Seorang ilmuwan itu tidak hanya perlu bcrdedikasi, tetapi ilmuwan juga merupakan pionir dalam pembangunan bangsa", katanya.
Karenanya lulusan-lulusan perguruan tinggi baik dari Universitas Indonesia, ITB, ITS dan universitasuniversitas lainnya telah banyak dipekerjakan dalam berbagai bidang pembangunan sekarang ini.
Menteri Riset dan Teknologi Singapura, Dr. Wong dalem keterangannya kepada wartawan membenarkan hal itu dania menyatakan bahwa Indonesia telah membuktikan pentingnya peranan perguruan tinggi dalam memanfaatkan sarjanasarjana dari berbagai bidang untuk pembangunan.
Empat Menteri Riset dan Teknologi dari negara-negara ASEAN itu pada prinsipnya sependapat atas kemajuan teknologi tinggi di Indonesia seperti pembangunan industri pesawat terbang Nurtanio maupun penggunaan satelit Palapa.
Menteri Riset dan Ilmu Pengetahuan Thailand Damrong Lathapipat mengatakan kemajuan penggunaan teknologi tinggi di Indonesia sekarang ini membuktikan bahwa putra-putra ASEAN juga mampu melaksanakan teknologi seperti di negara-negara maju.
"Habibie itu bukan hanya milik Indonesia, tetapi milik ASEAN dan dunia," ujarnya memuji Menteri Habibie. Mengenai pertemuannya dengan Presiden Soeharto, menteri dari Thailand sangat terkesan karena Presiden banyak mengetahui masalah-masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Datuk Amar Stepen Yung dari Malaysia mengatakan, perkembangan teknologi di Indonesia menunjukkan betapa pentingnya peranan kemajuan teknologi tinggi bagi pembangunan khususnya pembangunan ekonomi. Indonesia dalam hal ini telah mempelopori penggunaan teknologi tinggi di negara-negara ASEAN.
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi Pilipina, Dr.Emil Javier dalam kesempatan itu mengatakan akan kemajuan penggunaan teknologi tinggi di Indonesia tercermin pabrik pesawat terbang Nurtanio dan penggunaan satelit Palapa.
Pertemuan Menteri-menteri Riset dan Teknologi ASEAN itu berlangsung di Jakarta mulai 15 Nopember dan, berakhir hari Kamis 17 Nopember. Ini merupakan pertemuan kedua kalinya.
Pertemuan pertama diadakan di Pattaya, Thailand tahun 1980. Pertemuan ketiga direncanakan di Malaysia namun waktunya belum ditetapkan, kata Habibie.
Mengenai kerja sama apa saja yang dapat dilakukan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi antara negara ASEAN, Habibie mengatakan berbagai bidang dapat diadakan kerja sama ini.
Misalnya di bidang perkebunan, pertanian, kelautan, industri, kesehatan, pertambangan dan sebagainya, demikian Menteri Ristek Habibie. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (17/11/1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 436-438.