TINGKATKAN KESELAMATAN PENERBANGAN
INSTRUKSI PRESIDEN :
PRESIDEN SOEHARTO memerintahkan agar keselamatan penerbangan baik segi teknis maupun kualitas penerbangan sendiri lebih ditingkatkan. Penggarisan itu disampaikannya kepada Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin di Bina Graha Selasa kemarin, menyusul terjerumusnya sebuah pesawat F-28 "Selagan" Garuda di pelabuhan udara Branti Tanjungkarang 2 Juni lalu, yang menewaskan dua pilot dan satu penumpangnya.
Landasan pelabuhan udara Branti menurut menteri akan diperpanjang lagi 330 meter. Sehingga nantinya akan mencapai panjang 1.8509 meter. Juga perlengkapan navigasi di sana akan ditambah, untuk lebih menyempurnakan alat-alat navigasi yang sudah ada.
Terus Diteliti
Tentang penyebab kecelakaan tersebut, Roesmin mengatakan masih terus diteliti. Kotak hitam atau black box yang berisi rekaman suara sudah diperiksa dan hasilnya masih diperinci lebih lanjut.
Sedangkan kotak hitam satunya yang berisi indikator instrumen pesawat akan dikirim ke Belanda untuk diteliti lebih Ianjut. Diharapkan satu atau dua minggu mendatang ini isi kotak tersebut bisa membantu menetapkan penyebab kecelakaan.
Yang jelas, lanjut menteri, tak ada tanggul di tepi landasan itu, sedang panjang landasan sebenarnya pun cukup untuk pesawat jenis F-28 guna melakukan pembatalan lepas landas atau aborted take-off .
"Dilihat dari segi teknis landasan, cuaca dan sebagainya tak ada masalah. Namun dari segi teknisi pesawat, sedang diteliti lebih lanjut. Sekarang masih terlalu pagi untuk menyimpulkan, mengapa penerbang terlambat mengambil keputusan," tambahnya.
Menteri menjelaskan, pada hari terjadinya kecelakaan tersebut, cuaca di Branti sangat baik dengan angin, calm (tidak bertiup kencang). Bobot pesawat berikut penumpang ketika itu cuaca dan temperatur di laur pesawat 28 derajat Celsius. Sedangkan panjang landasan yang dilalui pesawat 1.520 meter.
Dengan demikian, kata menteri yang adalah bekas penerbangan tempur, pesawat dapat tinggal landas dengan menghabiskan jarak sekitar 868 meter.
Bila satu mesinnya mati, pesawat masih bisa tinggal landas pada jarak 988 meter. Karena itu, dengan panjang landasan 1.520 meter seharusnya masih memenuhi syarat untuk terbang.
Dari penelitian black box yang merekam suara penerbangan, dan diperkuat oleh tiga saksi, menteri mengatakan tatkala pesawat semestinya tinggal landas pada jarak 868 meter, pesawat ternyata tidak bisa naik. Lantas terdengar suara "hey". Kemudian setelah menempuh 167 meter lagi baru penerbang menyatakan "break" untuk membatalkan tinggal landas. "Teknis pesawat masih terus diteliti," kata menteri.
Tak ada Tambahan Tarif
Kepada presiden menteri melaporkan pula tentang persiapan pelabuhan udara Cengkareng kedatangan kapal penumpang baru Kerinci dan toeslag (penambahan tarif) angkutan lebaran.
Mengenai pelabuhan udara Cengkareng telah selesai pembangunannya 51 ,85 persen. Menteri optimis 1 Oktober 1984 sudah dapat dioperasikan secara percobaan, kemudian April 1985 operasi penuh.
Cengkareng tahap pertama terdiri dua landasan dan satu terminal berkapasitas sembilan juta penumpang per tahun. Sedangkan kedua landasan dapat menampung 76 pesawat per jam.
Menteri menjelaskan akan tibanya kapal laut Kerinci dari galangan kapal di Jerman Barat, Berlayar dari sana 14 Juli dan tiba sekitar 5-10 Agustus. Kapal ini dioperasikan mulai Desember mendatang. Trayeknya belum ditentukan. Ada lima trayek yang dijadikan ancang-ancang, antara lain Jakarta-Padang, Jakarta-Medan dan Surabaya-Ujungpandang.
Kapal ini merupakan salah satu dari empat kapal yang dipesan Indonesia dari Jerman Barat. Kerinci berbobot 13.000 ton dan berkapasitas untuk 1.596 penumpang, terdiri klas I, II dan klas ekonomi.
Mengenai angkutan lebaran, Menteri Roesmin Nurjadin mengatakan dalam masa lebaran mendatang ini tidak lagi dikenakan toeslag. Menteri memandang, jumlah kendaraan yang dikerahkan menjelang lebaran ini telah mencukupi, dengan telah datangnya berbagai lokomotif dan penambahan bis baru Damri. (RA)
…
Jakarta, Kompas
Sumber : KOMPAS (15/06/1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 439-440.