PRESIDEN TERIMA PESERTA RAPIM ABRI
Presiden Soeharto hari Kamis mengingatkan, peranan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sebagai stabilisator dan dinamisator harus tetap dikembangkan secara wajar tanpa berlebih-lebihan, dengan tetap berlandaskan kepada dan dalam rangka mengembangkan Demokrasi Pancasila.
“Dengan penampilan yang demikian maka stabilitas nasional dapat kita kembangkan tanpa menimbulkan akibat-akibat samping yang terasa mencekam”, kata Kepala Negara dalam amanatnya di hadapan para peserta rapat pimpinan ABRI di Istana Negara Jakarta, Kamis pagi.
Kepada para pimpinan ABRI, Presiden juga minta agar keberhasilan tugas-tugas ABRI dalam upaya memantapkan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat terus ditingkatkan lagi, agar bangsa dan rakyat Indonesia dapat melaksanakan Repelita IV dengan rasa tentram dan aman.
Sementara itu perkembangan di sekitar Indonesia dan di kawasan-kawasan lain di dunia mengharuskan adanya kewaspadaan tinggi serta kemampuan-kemampuan pertahanan keamanan yang diperlukan, ujar Presiden.
“Jelaslah, melihat kerangka besar tugas nasional kita di masa datang, tugas ABRI bukan bertambah ringan melainkan bertambah berat,” tandasnya.
Untuk melaksanakan tugasnya itu ABRI harus memiliki kemampuan makin tinggi, yang antara lain harus tampak dalam tingkat kecakapan, ketangguhan dan kesiapan, baik sebagai kekuatan keamanan maupun sebagai kekuatan sosial politik.
Kepala Negara mengingatkan, kunci terpenting bagi suksesnya tugas pengabdian ABRI ialah kemanunggalan ABRI dan rakyat, yang harus makin dimantapkan bersama dalam Repelita IV sekarang.
Harus Berjangka Panjang
Pada awal amanatnya Presiden menunjuk tiga hal khusus yang berkaitan dengan keadaan sekarang. Pertama, saat ini bang sa Indonesia berada pada awal tahap baru pembangunan nasionalnya, ialah memasuki Repelita IV.
Kedua, pembangunan ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dewasa ini sudah memiliki organisasi, perlengkapan dan kemampuan serta profesionalisme yang bertambah maju.
Bersamaan dengan itu sebagai kekuatan sosial-politik ABRI sudah menunjukkan peranan positif yang menjaga persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Ketiga, dalam melaksanakan pembangunan bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan-tantangan dan ujian-ujian yang tidak ringan.
Pembangunan Indonesia sekarang ini akan memasuki tahapan industrialisasi. Sejarah pembangunan bangsa-bangsa menunjukkan bahwa dalam tahapan selalu mengandung tantangan-tantangan serta ujian yang memerlukan kewaspadaan sebesarbesarnya.
Sementara itu keadaan di sekitar kawasan kita dan berbagai keadaan dunia juga memerlukan kewaspadaan tinggi.
“Dalam situasi yang demikian itu pikiran dan langkah-langkah ABRI tidak boleh hanya menjangkau jangka pendek, melainkan harus menjangkau segi-segi pembangunan bangsa dalam arti seluas-luasnya dan sekalipun menjangkau masa depan berjangka panjang,” demikian Presiden Soeharto.
ABRI, kata Kepala Negara, bukan hanya harus menyiapkan diri sebagai kekuatan pertahanan keamanan yang tangguh, melainkan juga menjadi kekuatan sosial politik dalam masyarakat Indonesia yang lebih maju dan modern dari sekarang.
Tanggung jawab yang demikian itu, Ianjut Presiden, hanya akan terwujud jika kita berani mawas diri dan memperbaiki diri, serta, terus memupuk semangat dan jiwa kejuangan.
Presiden menyatakan kegembiraannya karena Rapim ABRI yang berlangsung dari 16 sampai 18 April 1984 itu sudah melakukan penilaian mendalam atas hasil-hasil pelaksanaan rencana strategi Hahkam/ABRI ke-2, untuk memantapkan rencanarencana pembangunan ABRI dalam kurun waktu lima tahun mendatang.
Panglima ABRI Jenderal L.B. Moerdani dalam laporannya mengatakan, Rapim ABRI itu diikuti 175 peserta yang terdiri dari unsur-unsur pimpinan ABRI, staf Departemen Hankam, staf Markas Besar ABRI, pimpinan Fraksi ABRI di DPR, pimpinan PEPABRI dan sebagainya.
Rapim ABRI kali ini bertema “Melalui Renstra Hankam/ABRI III, ABRI siap mengamankan Repelita IV”. Dalam pertemuan dengan Presiden, para peserta Rapim ABRI diantar Menhankam Poniman. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (19/04/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 772-774.