PRESIDEN : TANTANGAN DAN GODAAN PEMBANGUNAN SERING TIMBUL DARI DALAM DIRI KITA SENDIRI
Perjuangan pembangunan tidak lebih ringan di banding dengan perjuangan dalam masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan dahulu, demikian ditegaskan Presiden Soeharto.
Kepala negara menyatakan hal itu dalam amanatnya pada pembukaan Kongres Legiun Veteran Republik Indonesia-V di Medan Rabu pagi.
Presiden mengingatkan, tantangan dan godaan yang dihadapi dalam melaksanakan pembangunan dapat lebih besar dan beraneka ragam.
Tantangan-tantangan dan godaan-godaan pembangunan tidak saja datang dari luar, tetapi sering timbul dari dalam diri kita sendiri, seperti kecenderungan untuk cepat menikmati hasil, hidup dalam gaya mewah tanpa menenggang rasa sebagian masyarakat kita yang masih kekurangan.
Presiden menegaskan tantangan yang dihadapi di tahun-tahun yang akan datang sangat berat dan sulit. "Kita harus mengerahkan keberanian dan ketangguhan nasional untukmemasuki tahun-tahun yang berat itu," kata Presiden.
Ia mengemukakan kesulitan-kesulitan ekonomi dunia yang telah berjalan bertahun-tahun akan lebih terasa akibatnya di tahun yang akan datang, justru pada saat Indonesia sedang bersiap-siap memasuki Repelita IV.
"Tantangan itu lebih-lebih memerlukan semangat dan sikap pejuang," kata Kepala Negara.
Dukungan Veteran Tak Diragukan
Presiden menandaskan dalam melaksanakan petjuangan pembangunan itu, "saya tidak meragukan dukungan veteran Republik Indonesia selama kaum veteran dapat tetap menghayati bahwa pembangunan yang kita laksanakan ini tidak lain merupakan kelanjutan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan atas dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945".
Ia mengingatkan bahwa sebagai pejuang tentulah semangat pengabdian veteran RI tidak pemah padam. Meskipun seorang veteran tidak lagi aktif dalam lingkungan kesatuan ABRI atau organisasi resmi lainnya, "ini tidak berarti bahwa pengabdian untuk perjuangan bangsa selanjutnya telah selesai dan berhenti. Sebab perjuangan adalah panggilan dan pengabdian, dan sama sekali bukan profesi atau peketjaan," kata Kepala Negara.
Perjuangan adalah amal bakti kepada tanah air yang tidak mengenal akhir. Oleh karena itu kita semua seluruh bangsa Indonesia harus terus mengobarkan semangat juangnya, dan terus merenungkan kernbali apa yang kita tuju dengan kemerdekaan itu, dan apa yang telah kita sumbangkan dalam mencapai tujuan kemerdekaan, kata Presiden.
Veteran RI dapat memberikan sumbangannya yang besar dalam membangkitkan semangat rakyat, terutama kaum mudanya dalam melaksanakan pembangunan bangsa, tambahnya.
Presiden mengharapkan kongres legiun veteran RI itu melakukan konsolidasi organisasi, agar dapat melaksanakan tugasnya dan membangkitkan semangat rakyat dan menyiapkan kaum muda untuk meneruskan pembangunan dengan semangat perjuangan.
Menurut rene ana, Presiden yang disertai Ibu Tien Soeharto, beberapa menteri Kabinet Pembangunan IV, selesai membuka kongres legiun veteran itu akan meneruskan kunjungan kerja ke Kuala lumpur, Malaysia, Rabu siang.
Merdeka
Bangsa Indonesia percaya masa depannya tergantung pada usaha dan tanggungjawab sendiri, namun disadari juga manfaat kerja sama dan bantuan dari luar untuk menyertai pembangunan yang harus terus berjalan, Presiden Soeharto mengatakan di IstanaNegara, Selasa malam, ketika berpidato pada jamuan santap malam kenegaraan untuk menghormat tamunya Perdana Menteri Kanada, Pierre Elliot Trudeau.
Dalam hubungan inilah, kala Presiden, dia ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan Pemerintah dan Rakyat Indonesia atas segala pengertian dan bantuan yang telah diberikan oleh Pemerintah dan Rakyat Kanada kepada Indonesia.
Kata Presiden, pembangunan di Indonesia telah dilaksanakan dengan sungguhsungguh dan telah banyak kemajuan yang dicapai, namun masalah dan tantangan masih jauh lebih besar, lebih-lebih pada dewasa ini, saat ekonomi dunia sedang suram dilanda resesi ekonomi yang belum dapat diketahui kapan berakhirnya.
Presiden menyatakan kepercayaannya masih banyak bidang kerja sama yang dapat dikembangkan antar Kanada dan Indonesia.
"Bukan saja dilapangan ekonomi dan perdagangan, melainkan juga yang tidak kalah pentingnya di bidang sosial dan kebudayaan," kata Presiden.
Dengan demikian hubungan yang saling menguntungkan di lapangan ekonomi dapat dibangun di atas landasan kemanusiaan yang berkembang dari eratnya hubungan sosial dan kebudayaan.
Manfaat Besar
Kata Kepala Negara lagi, pembicaraan-pembicaraan yang dilakukan Kamis pagi ini di Istana Merdeka antar pejabat-pejabat Indonesia dan Kanada pasti membawa manfaat yang besar.
Sebagai anggota-anggota masyarakat dunia yang sama-sama mempunyai rasa tanggung jawab mengenai kesejahteraan umat manusia, Kanada maupun Indonesia mungkin saja mempunyai pandangan yang berbeda mengenai masalah-masalah internasional, namun dengan persahabatan, saling percaya dan kemauan baik, perbedaan-perbedaan itu tidak akan menjadi penghambat kerjasama yang erat antara kedua negara.
Mencemaskan
Presiden mengatakan dewasa ini umat manusia hidup dalam suasana yang terasa mencemaskan dan menggelisahkan.
Pacuan senjata bukannya mereda, tetapi sebaliknya secara diam-diam terus berlangsung.
Diberbagai kawasan dunia terus berlangsung konflik-konflik senjata, sedangkan di kawasan lain tampak jelas campur tangan kekuatan asing terhadap urusan dalam negeri bangsa lain. Semuanya itu membuat dunia yang satu ini penuh dengan kerawanan.
"Sikap Indonesia dalam masalah itu sangat jelas, ialah bertekad ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial," kata Presiden.
Dialog Utara Selatan dalam masalah ini sangat penting, karena bertujuan untuk membangun hubungan ekonomi yang lebih berimbang dan adil, ucap Kepala Negara.
Presiden Soeharto mengatakan, dia sangat menghargai usaha-usaha Kanada yang gigih dan tidak mengenallelah untuk menjembatani jurang pemisah antara negaranegara industri maju dengan negara-negara yang sedang membangun, antara negaranegara kaya dan negara-negara miskin.
ASEAN
Presiden Soeharto mengatakan ASEAN adalah wadah yang mencerminkan tekad dan usaha sungguh-sungguh dari negara-negara anggotanya untuk mewujudkan stabilitas dan perdamaian di wilayahnya.
Negara-negara ASEAN tidak pernmah mundur dari tekadnya yang tulus dan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya.
ASEAN didirikan guna krja sama bukannya untuk konfrontasi dan tidak pula untuk merugikan kepentingan pihak lain yang manapun, tetapi untuk memberikan sumbangan kepada perdamaian, kemajuan dan kesejahteraan di wilayah ini.
Peranan Indonesia
Perdana Menteri Kanada dalam pidato balasannya mengatakan Indonesia dan ASEAN akan memainkan peranan yang penting dalam membangun masa depan segala macam bentuk masyarakat Pasifik.
"Pada masa-masa mendatang banyak seminar-seminar Internasional akan dilangsungkan di Jakarta," kata Trudeau. Kanada yakin cita-cita masyarakat Pasifik merupakan suatu hal yang menarik.
Dikatakan tidak ada wilayah yang begitu besar potensinya bagi pertumbuhan ekonomi untuk masa kini yang dapat memenuhi aspirasi masyarakat Pasifik.
Ekonomi yang akan "terbentuk" itu membawa kepentingan strategi baru untuk wilayah ini, suatu kemampuan dalam mengejar perdamaian dan kesejahteraan menghadapi tantangan-tantangan kependudukan dan lingkungan abad ke-21.
Kata Trudeau lagi, dalam menghadapi pembangunan, sumber daya manusia yang juga merupakan tantangan Pemerintahan semua negara, namun bagi Indonesia yang mempunyai kekuatan khusus yang disebut dengan "Gotong Royong" dan "Berdikari" merupakan suatu sumber kemajuan sosial dan ekonomi yang menonjol yang telah dicapai pada tahun-tahun terakhir ini.
Konferensi Hukum Laut telah berakhir yang ditandatangani oleh Kanada dan Indonesia bersama-sama dengan 117 negara lainnya masih diteruskan dengan perundingan-perundingan yang diharapkan Panitia Persiapan akan bertemu di Jamaica, pada bulan Maret 1983 mendatang.
Dalam Konperensi Hukum Laut itu, Indonesia dan Kanada telah bekerjasama begitu erat untuk melindungi kepentingan bersama danuntukmengembangkan Hukum Laut yang baru itu demi kepentingan semua negara.
Upacara Penyambutan
Tamu negara Perdana Menteri Kanada Pierre Elliot Trudeau tiba Selasa siang dengan pesawat Boeing 707 Angkatan Bersenjata Kanada di bandar udara internasional Halim Perdanakusumah, Jakarta disambut Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Adam Malik.
Berbeda dengan penyambutan-penyambutan tamu negara lainnya kali ini Presiden Soeharto tidak didampingi oleh Nyonya Tien, karena dalam lawatannya Perdana Menteri Kanada tidak didampingi oleh istrinya.
Sebagai gantinya, Trudeau didampingi oleh Sacha, anak laki-lakinya nomor dua yang baru berumur sembilan tahun.
Sejak turun dari pesawat Trudeau terus diikuti oleh anaknya itu. Tak terkecuali anak laki-laki yang mengenakan T-Shirt hadiah dari Perdana Menteri Thailand, bercelana pendek biru dan memakai sepatu sport itu, ikut dikenalkan oleh ayahnya kepada Presiden Soeharto serta pejabat tinggi negara lainnya.
Sacha tak ikut naik mimbar kehormatan. Demikian pula ketika ayahnya memeriksa barisan kehormatan, dia tetap berdiri di dekat mimbar.
Acara penyambutan kebesaran ini diiringi oleh dentuman meriam 19kali ketika lagu kebangsaan Kanada "O Canada" dan "Indonesia Raya" dikumandangkan oleh Korp Musik ABRI.
Selesai acara penyambutan militer Perdana Menteri Kanada dengan didampingi oleh Presiden diperkenalkan kepada para Menteri Kabinet serta Korps Diplomatik di Jakarta.
PM Kanada bersalaman dengan tangan kiri. Tangan kanannya agaknya cidera karena dibalut dengan perban.
Sementara itu Sacha terus mengikutinya dan ikut pula bersalaman dengan setiap orang yang disalami ayahnya. Dari para duta besar Sacha mendapat sambutan hangat, ada yang mengusap-ngusap kepalanya dan Dubes dari negara Timur Tengah sempat pula memberikan ciuman gaya Arab kepada putra Perdana Menteri yang gemar main layang-layang ini.
Santai
Perdana Menteri Kanada itu juga datang disertai dengan para pejabat dan pengusaha di negaranya.
Dalam rombongan PM Kanada itu terdapat juga 23 wartawan yang sewaktu tiba di lapangan udara Halim mengenakan kaos oblong dan sandal jepit dengan gaya yang cukup santai yang tetap pula digunakannya sampai masuk ke halaman Istana Merdeka.
Berbeda dengan wartawan Indonesia yang cukup sopan dan resmi menggunakan pakaian sipil lengkap (PSL) untuk mengcover kedatangan tamu negara itu. (RA)
…
Medan, Antara
Sumber : ANTARA (1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 200-205.