PRESIDEN KEMBALI TEKANKAN :
TERUS AMBIL LANGKAH-LANGKAH AGAR SKSD PALAPA TETAP DIPERTAHANKAN MUTUNYA
Presiden Soeharto kembali menekankan, agar terus mengambil langkah-langkah, agar supaya keandalan SKSD (Sistem Komunikasi Satelit Domestik) Palapa tetap dipertahankan mutunya dan diusahakan selalu ada cadangan satelitnya.
Hal itu dikatakan oleh Menpostel A. Tahir. Senin pagi di Bina Graha, selesai diterima Presiden untuk melaporkan perkembangan upaya Pemerintah Indonesia untuk segera meluncurkan Palapa B-2 Pengganti.
Diharapkan Satelit Palapa B-2 Pengganti akan dapat mengganti tugas Satelit Palapa B-1, yang masa tugasnya segera habis. Dengan demikian, Satelit Palapa B-2 P, akan dapat segera mampu mengambil alih tugas Satelit B-1, Jika satelit B-1 terjadi sesuatu dan tidak dapat berfungsi lagi.
Jadi jika Satelit B- 2 P dapat segera diluncurkan, maka sistem telekomunikasi nasional akan tetap terjamin keandalannya.
Tahir mengatakan, tanpa menggunakan jasa-jasa Amerika Serikat, peluncuran Satelit B-2 P tampaknya sulit., sebab seluruh sistem pendanaan satelit Palapa memakai jasa Bank Exim Amerika Serikat.
Ketika Presiden AS Ronald Reagan berada di Bali baru-baru ini, Pemerintah Indonesia juga Inendesak agar Satelit Palapa B-2 P dapat segera diluncurkan. Presiden Reagan juga telah menyadari pentingnya peranan Satelit Palapa B-2 P bagi sistem komunikasi bagi Indonesia dan dunia.
10 Juni 1986
Seperti dijelaskan di depan DPR-RI oleh Menparpostel A. Tahir, akhir pekan lalu, pihak NASA telah memberi penjelasan, tanggal 10 Juni 1986 mendatang, diharapkan sudah ada jadwal baru peluncuran beberapa jenis roket.
Dari jadwal-jadwal itu, NASA baru bisa memberi tahu, kapan Satelit B-2 P, yang kini sudah siap, bisa diluncurkan dengan roket apa. Jadi bukan dengan pesawat ulang-alik. Untuk dapat diluncurkan dengan roket. Satelit B-2 P perlu dilakukan perombakan dan akan memakan waktu sekitar 6 bulan.
Seperti diketahui, dengan meledaknya roket peluncur dan kemudian pesawat ulang-alik jenis lain, yakni Columbia, Discorvery dan Atlantis. Tapi semua jadwal penerbangan pesawat ulang-alik itu ditunda semua, sampai ditemukan sebab musabab meledaknya roket pendorong Challengger.
Pernah NASA menjanjikan akan meluncurkan Palapa B-2 P pada pertengahan tahun 1987, tetapi dengan meledaknya roket Delta baru-baru ini, maka rencana peluncuran kembali makin tidak pasti.
Kini kembali Indonesia menunggu berita tanggal 10 Juni 1986 mendatang tentang jadwal baru peluncuran roket NASA, yang salah satunya akan membawa Satelit Palapa B-2 P milik Indonesia.
Negara Lain
Beberapa negara lain sebenarnya juga punya kemampuan meluncurkan roket pembawa satelit Indonesia itu. Tetapi seperti dikatakan Tahir, Indonesia terikat dengan pendanaannya, karena selama ini, menggunakan jasa Bank Exim Amerika Serikat.
Konsorsium beberapa negara di Eropa, juga mempunyai roket peluncur satelit bernama “Arianc” juga RRC memiliki roket “Long March”. Tetapi roket-roket milik konsorsium Eropa, sudah tidak diterima lagi pesanan peluncuran satelit, sudah “fully Booked”, sampai tahun 1988.
Roket peluncur satelit milik RRC, memang masih bisa menerima pesanan, tetapi diketahui keadaannya safety rate-nya, karena belum pernah meluncurkan satelit komunikasi milik negara lain.
Di DPR akhir pekan lalu, Tahir menyatakan, “Sangat baik jika ada negara lain dunia yang mampu meluncurkan satelit komunikasi Palapa, sehingga ketergantungan tidak hanya tertuju kepada AS seperti sekarang”.
Kalau ada tawaran dari RRC, tidak ada masalah, kata Tahir di DPR. Tapi pihak RRC sendiri belum pernah menawarkan jasa itu.
Malahan sebuah perusahaan sebuah perusahaan AS telah mendekati RRC, untuk mau meluncurkan satelit, setelah gagalnya roket Delta milik AS.
Satelit milik perusahaan AS yang ditawarkan untuk diluncurkan itu adalah bekas satelit “Westar 6” dan bekas satelit “Palapa B-2”, yang dulu tak berfungsi dan diambil dari orbitnya dan dibeli oleh sebuah perusahaan lain.
Menjawab pertanyaan Komisi APBN DPR-RI, Tahir menerangkan investasi satelit seluruhnya US $83.88 juta. Harga satelitnya sendiri US$ 44,42 Biaya peluncuran US$ 18,80 juta, biaya konsultan US$ 19 juta dan biaya ground support US$ 0,36 juta.
Perusahaan asuransi dalam negeri juga ikut menanggung, ialah konsorsium perusahaan dipimpin oleh PT. Asuransi Jasa Indonesia. (RA)
…
Jakarta, Berita Buana
Sumber : BERITA BUANA (27/05/1986)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 406-408.