Tolok Ukur Kemajuan Pembangunan

Tolok Ukur Kemajuan Pembangunan [1]

Pembukaan Undang-Undang Dasar kita mengamanatkan kepada kita semua bahwa dalam alam kemerdekaan, kita harus dapat meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat inilah yang saya pegang dan harus kita jadikan tolok ukur kemajuan pembangunan kita.

Saya melihat dan merasa, sebab itu saya bersyukur dan berbahagia bahwa tingkat kesejahteraan umum dan kecerdasan bangsa kita mengalami kemajuan-kemajuan yang bermakna.

Dalam Repelita III (1979-1984), kita telah dapat mengangkat diri kita dari kelompok bangsa yang berpenghasilan rendah naik ke dalam kelompok bangsa yang berpenghasilan sedang. Dan kita makin bersyukur lagi karena apa yang kita capai secara menyeluruh sebagai bangsa yang berpenghasilan sedang itu disertai dengan pemerataan, setidak-tidaknya kita bisa memperkecil lapisan masyarakat yang miskin.

Jika prioritas pembangunan kita pusatkan pada bidang pertanian, maka jelas tujuan kita adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan jutaan petani dan keluarganya yang merupakan lapisan terbesar masyarakat kita. Saya juga merasa bangga dan bersyukur bahwa pengutamaan pembangunan pertanian ini telah membawa bangsa kita ke dalam keadaan  swasembada pangan.

Secara terus-menerus perhatian kita tujukan kepada peningkatan kemampuan golongan ekonomi lemah. Ini mengandung tujuan untuk meningkatkan kemampuan, pendapatan, dan kesejahteraan lapisan besar masyarakat. Berbagai usaha kita arahkan untuk menaikkan pendapatan dan tingkat kesejahteraan pengrajin, nelayan, buruh tani, dan semua yang kecil-kecil lainnya.

Saya mempunyai perhatian yang sangat khusus kepada pembangunan pedesaan. Terutama mengenai pelaksanaan Inpres Desa yang besar artinya bagi pembangunan desa-desa kita. Untuk mengefektifkan penggunaan dana Inpres Desa yang tersedia setiap tahun itu, saya, seperti saya jelaskan di depan Sidang DPR pada tanggal 16 Agustus 1985, mengambil langkah agar dana Inpres Desa langsung disampaikan kepada dan dapat diterima oleh Kepala Desa di seluruh Tanah Air melalui rekening bank. Dengan ini ada jaminan, bahwa dana tersebut akan sampai sepenuhnya ke semua desa tanpa kurang sedikit pun.

Selama 40 tahun ini saya lihat tingkat kesejahteraan rakyat juga makin bertambah baik. Berbagai kebutuhan pokok: rakyat seperti pangan, sandang, perumahan rakyat, penyediaan sarana pendidikan, kesehatan, dan lain-lain telah makin baik dan merata. Penyediaan air bersih juga bertambah meluas. Begitu juga halnya dengan aliran listrik yang masuk desa-desa. Juga perbaikan lingkungan di kota dan desa­desa, perluasan pelayanan kesehatan, dan pemberantasan penyakit. Usaha perbaikan gizi makin meluas. Gerakan olah raga makin memasyarakat. Semua itu menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan umum masyarakat kita telah bertambah baik. Terus menurunnya angka kematian rata-rata penduduk dan makin panjang usia rata-rata penduduk Indonesia dewasa ini jelas berarti makin baiknya tingkat kesejahteraan umum masyarakat kita.

Kita patut berbesar hati karena kita merupakan salah satu bangsa di antara negara-negara yang sedang membangun yang berhasil dalam melaksanakan program Keluarga Berencana yang sulit itu. Dewasa ini kira-kira enam di antara sepuluh pasangan usia subur kita mengikuti program Keluarga Berencana kita ini dengan penuh kesadaran, dengan hampir 16 juta peserta aktif Keluarga Berencana.

Waktu saya meresmikan pemakaian jembatan Mahakam di Samarinda, Kalimantan Timur, di pertengahan 1986 dengan puas saya nyatakan kegembiraan saya, bukan saja bangga melihat jembatan itu selesai sesuai dengan jadwal, tetapi juga dibuktikan oleh kemampuan daya pikir, perhitungan yang cermat dan ketrampilan putra-putra Indonesia sendiri, serta bangga karena bahan-bahan konstruksi yang digunakan adalah rangka baja produksi dalam negeri.

Saya tidak ragu bahwa jembatan itu akan membangkitkan kekuatan-kekuatan ekonomi pulau terbesar di tanah air kita itu. Saya bangga: pemancangan jembatan itu tidak mudah karena corak medan sungai Mahakam sangat dalam dan rentang kelebarannya memerlukan persyaratan  teknis yang berat.

Lebih gembira lagi adalah bahwa pembangunan jembatan ini dilaksanakan secara gotong-royong. Besar kecilnya dana yang dihimpun dalam pembangunan ini tidak menjadi ukuran. Yang penting adalah keikutsertaan banyak pihak dalam pembangunan ini. Kegotong­ royongan seperti ini dapat dicontoh oleh daerah-daerah lain.

Dalam pada itu, saya sadari bahwa tugas-tugas kita untuk meningkatkan kesejahteraan umum memang masih sangat banyak. Di hadapan kita masih ada masalah besar dan berat yang belum terpecahkan secara mendasar sampai sekarang yaitu masalah lapangan kerja dan masalah tenaga kerja.

Segala daya upaya kita kerahkan  agar pertumbuhan ekonomi kita selalu dapat memperluas keseinpatan kerja. Akan tetapi, jika kita berhasil mendorong laju pertumbuhan ekonomi kita dengan rata-rata 5% setiap tahun selama Repelita IV, kita masih dihadapkan kepada tantangan, bahwa tidak kurang dari 1,8 juta tambahan tenaga kerja tiap tahun yang harus mendapatkan lapangan kerja. Di samping itu, kita masih harus berusaha untuk meningkatkan lapangan kerja bagi tenaga­tenaga kerja yang selama ini belum juga mendapat lapangan kerja yang layak.

Semua itu menyadarkan saya, betapa besar dan berat tantangan yang harus kita atasi bersama-sama dalam tahun-tahun di depan kita.

***



[1] Penuturan Presiden Soeharto, dikutip dari buku “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya” yang ditulis G. Dwipayana dan Ramadhan KH, diterbitkan PT Citra Kharisma Bunda Jakarta tahun 1982, hlm 399-4001.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.