Tajuk Rencana: PERTASI KENCANA DAN PENGGERAKAN DINAMIKA MASYARAKAT
Jakarta, Kompas
MENGIKUTI peringatan Hari Pertasi Kencana yang dilangsungkan, Kamis (12/7), di Tasikmalaya, banyak nuansa yang menarik untuk kita renungkan. Tentu sah bila renungan pertama berkaitan dengan prestasi di bidang pertanian, koperasi dan KB. Di bidang pertanian, seperti dikemukakan oleh Kepala Negara, deretan sukses itu terentang mulai swasembada beras, peningkatan produksi perkebunan, petemakan dan perikanan.
Dibidang koperasi, selain semakin disadari maknanya, semakin nyata pula pengakuan terhadap kegiatan ekonomi yang semangatnya diamanatkan oleh pasal 33 UUD 45. Memang tidak berlebihan kalau Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia Sri Edi Swasono menyatakan bahwa demokrasi ekonomi merupakan hak karyawan, hak petani pemasok bahan dan hak para penyalur dan konsumen perusahaan.
Kelompok-kelompok yang ikut memajukan perusahaan inimasing masing berhimpun dalam koperasi. Lalu karena mereka adalah partisipan pembangunan perusahaan dan mitra usaha yang setia, mereka tentu wajar memperoleh saham perusahaan ikut menikmati agio dan capital gain perusahaan.
Di Tasikmalaya pula didorong pertumbuhan gerakan KB mandiri di seluruh Indonesia, yang tidak saja amat dibutuhkan untuk mempertahankan posisi tingkat dan laju kependudukan dewasa ini, tetapi juga mencegah ledakan penduduk yang dahsyat apabila hal itu tak dilaksanakan.
SATU hal tampak nyata dari peringatan Pertasi Kencana di Tasikmalaya dan ini adalah adanya dinamika perubahan masyarakat. Masyarakat tampak merasakan adanya kebutuhan untuk berkiprah bolehjadi tidak saja dalam pertanian, koperasi dan KB, tetapi juga dalam bidang lainnya.
Tuntutlah lebih tinggi baik untuk peningkatan profesionalisme dan daya saing semakin nyata. Dibidang pertanian, Presiden telah mengingatkan para petani dan ahli pertanian untuk membagi pengalaman dengan para petani dan ahli pertanian dari negara lain.
Imbauan ini pun dapat dijadikan sebagai cambuk bagi para petani untuk lebih menguasai bidang keahliannya melalui kegiatan swadaya. Di bidang koperasi, memang sekarang masih banyak prakarsa yang terhambat oleh kelemahan manajemen dan keterbatasan dana.
Namun manakala kedua hal itu berhasil dikoreksi oleh langkahlangkah terobosan, misalnya saja yang akhir-akhir ini digalakkan, berupa kemitraan dengan perusahaan swasta dan mendapatkan sebagian saham mereka, seyogyanya koperasi juga menjadi agen bagi tumbuhnya dinamika bam dalam masyarakat Indonesia terutama mula mula di bidang kegiatan ekonomi.
Pertama-tama kepeloporan ini memang diinginkan yang segera tampak faedahnya, yaitu yang dapat menghidupkan dan meningkatkan kegiatan ekonomi,yang berarti juga bisa membuka lapangan kerja baru. Dalam kaitan ini baik kita ingat bagaimana elemen-elemen kecil dan menengah ini bisa berperanan dalam memberi warna pada kegiatan ekonomi nasional.
Sejak lama gagasan bahwa dalam konteks kelangkaan lapangan kerja, semangat kewirausahaan menjadi satu hal yang amat penting dan patut dimajukan. Tak kurang guru manajemen Amerika yang masyhur, Peter Drucker pemah menyinggung tumbuhnya masyarakat wirausaha, sebagian menyebut sebagai kelanjutan gagasan Schumacher, “Kecil Itu Indah”.Memang pada dasamya totalitas masyarakat amat ditentukan oleh elemen-elemen kecil ini, karena sifat mayoritasnya. Namun selain itu juga ditunjukkan oleh sifat kemudah-terjangkauannya.
Data yang menyebutkan lebih tingginya lapangan kerja yang bisa diciptakan oleh perusahaan menengah dan kecil dibanding oleh perusahaan besar yang menggunakan teknologi tinggi di AS bisa kembali menjadi ilustrasi. Dalam kurun 1975 dan 1985 tipe perusahaan pertama menciptakan 35 juta lapangan kerja, sementara yang kedua 5,5 juta. Dalam konteks peningkatan jumlah penganggur soal ini jadi meningkat relevansinya.
INOVASI sering disebut sebagai ciri pokok wirausaha dan inovasi ini tak perlu dikungkung dalam kegiatan ekonomi, tetapi juga dalam kegiatan, lembaga kemasyarakatan lain.
Kalau benar bahwa suatu saat nanti usaha-usaha pertanian, usaha koperasi dan usaha KB, bisa mentransformasi diri menjadi usaha yang membawa sifat wirausaha, maka lembaga-lembaga itu menjadi wahana inovasi yang potensial. Dalam kaitan ini pula sebenarnya terletak makna strategis sektor swasta, karena diakui atau tidak, sektor inilah yang langsung atau tidak langsung menginduksi budaya wirausaha, budaya efisien, budaya kompetisi yang sehat, dan di atas segalanya budaya Inovatif.
Kalau sebagian masyarakat telah tersusun dari elemen yang inovatif, maka gampanglah satu masyarakat membawa dirinya pada hakikat yang lebih tinggi, lebih canggih, karena pada hakikatnya sifat inovatif mengandung keresahan untuk tinggal seumur-umur di tempat asal.
Pada konteks ini, kita melihat pertanian, koperasi dan bidang-bidang yang lain itu sebagai wahana transformasi. Sedang esensi pembangunannya sendiri sebenarnya terletak pada upaya untuk mentransformasikan sebanyak-banyaknya elemen dalam masyarakat ke dalam budaya bam, budaya yang lepas dari kemiskinan dan budaya yang menempatkan lebih tinggi harkat kemanusiaan lainnya. (SA)
Sumber : SUARA KARYA (14/07/1990)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 555-558.