HASIL2 PEMBICARAAN PRESIDEN SOEHARTO KE LIMA NEGARA [1]
Jakarta, Antara
Menlu Adam Malik dalam dua kali kesempatan pertemuan dengan pers dengan waktu 24 jam mengatakan, kunjungan Presiden Soeharto baru2 ini ke Iran, Yugoslavia, Kanada, AS dan Jepang lebih membicarakan masalah2 politik dari pada masalah2 ekonomi.
Keterangan itu diberikan pada konferensi pers dengan wartawan2 Jepang dan wartawan2 asing di Tokyo Senin sore dan kemudian kepada wartawan2 di pelabuhan udara internasional Halim Perdanakusuma sekembalinya dari perjalanan mengikuti Presiden ke luar negeri.
Dalam hubungan ini, Presiden Soeharto menerangkan kepada wartawan2 yang menyertainya di pesawat ke-Presidenan “Siliwangi” Selasa sore, bahwa selama kunjungannya itu ia telah membicarakan antara lain masalah2 gagasan tentang Wawasan Nusantara, Timor Portugis, OPEC, hubungan RI – RRC, dan Korea.
Wawasan Nusantara
Presiden Soeharto mengatakan, kecuali Amerika Serikat, negara2 lain yang dikunjungi menyetujui Wawasan Nusantara sebagai salah satu dasar ketahanan nasional.
Presiden menekankan pentingnya bagi Indonesia gagasan Wawasan Nusantara ini diakui secara hukum.
Timor Portugis
Tentang Timor Portugis, Presiden sekali lagi menegaskan Indonesia tidak punya ambisi teritorial, dan tidak akan menggunakan kekerasan senjata.
Sesuai dengan perjuangan RI yang berlandasan falsafah Pancasila, kita anti penjajahan, dan karena itu menyambut baik kemerdekaan wilayah itu.
Presiden mengemukakan kembali tiga kemungkinan setelah wilayah itu mencapai kemerdekaan. Berdiri sendiri sebagai negara merdeka, menjadi negara bagian dari Portugis, dan menggabung dengan RI.
Yang pertama, mampukah wilayah itu yang tidak punya potensi ekonomi. Untuk yang kedua, Portugis terlalu jauh letaknya sehingga tidak banyak artinya, sedangkan pilihan ketiga, RI tak mungkin menerimanya sebagai negara kesatuan. Hanya dapat diterima sebagai bagian integritas dari RI.
Kenyataannya, kata Presiden, sebagian besar rakyat Timor Portugis ingin bergabung dengan RI. Tepi hal ini jangan sampai melanggar resolusi2 PBB tentang dekolonisasi.
OPEC
Tentang masalah OPEC, menurut Presiden Soeharto, umumnya negara2 industri menganggap OPEC semata2 menaikkan harga minyak.
Presiden menjelaskan, sebenamya tujuan OPEC bukan semata2 meningkatkan harga minyak, melainkan bagaimana hasil minyak itu dapat dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan.
Negara2 industri yang dikunjungi Kanada, AS dan Jepang memberikan sambutan yang positif atas penjelasan Presiden itu.
AS menyanggupi untuk meneliti kembali masalah tersebut untuk menghilangkan salah pengertian yang ada selama ini.
Hubungan RI-RRC
Tentang masalah hubungan RI dan RRC, Presiden Soeharto menjelaskan di antara negara2 Asia Tenggara ada konsensus bahwa RRC sebagai suatu negara besar tidak bisa dikucilkan.
Negara2 anggota ASEAN bisa saja menjalin hubungan diplomatik dengan RRC. RI sendiri tetap ingin mengadakan hubungan dengan negara mana saja, asal negara itu tidak mencampuri urusan dalam negeri RI.
Tapi kenyataannya, RRC tak dapat meninggalkan politik infiltrasinya. Terbukti dengan pernyataan pemerintah RRC sebulan yang lalu yang mendukung PKI dan mengharapkan timbulnya kembali PKI di Indonesia. Padahal bagi rakyat Indonesia, PKI sudah tidak ada. Sikap RRC ini jelas mencampuri urusan dalam negeri RI.
Kondisi masalah Cina, RI hanya mengakui adanya satu Cina. Kondisi sekarang inilah yang menyebabkan hubungan RI-RRC menjadi beku.
Korea
Tentang penyatuan kembali Korea, Presiden Soeharto mengatakan, hal itu merupakan masalah Korea sendiri. la berharap, penyatuan kembali itu dilakukan secara damai tanpa menggunakan kekerasan.
RI sendiri mempunyai hubungan dengan kedua negara Korea yang ada, demikian Presiden Soeharto. (DTS)
Sumber: ANTARA (09/07/1975)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 575-577.