LAJU PRODUKSI KEDELAI SELALU KALAH CEPAT DIBANDING LAJU KONSUMSI
Jakarta, Antara
Sekretaris Badan Pengendali Bimas Dudung Abdul Adjid mengemukakan, pertumbuhan produksi kedelai selalu kalah cepat dibanding peningkatan konsumsi, sehingga sampai akhir Pelita V Indonesia kemungkinan belum mampu mencapai swasembada komoditi tersebut.
“Produksi kedelai sebenarnya tertinggi di antara tanaman palawija lainnya, dengan peningkatan hampir mencapai 20 persen per tahun,” katanya menjawab pertanyaan wartawan seusai memberikan keterangan mengenai lomba intensiflkasi untuk tahun 1988/89 di Jakarta, Rabu.
Sekretaris BP Bimas yang didampingi Dirjen Petemakan Soehadji dan Sekretaris Dewan Gula AT Birowo itu selanjutnya mengemukakan, konsumsi kedelai setiap tahun terus meningkat, selain karena dibutuhkan sebagai bahan baku makanan olahan seperti tempe dan tahu, juga terutama sangat diperlukan sebagai bahan baku pakan ternak.
Pemerintah akan terus melakukan berbagai upaya untuk mendorong peningkatan produksi kedelai, seperti dengan menerapkan pola tanam dan tindakan agronomis tertentu serta penggunaan varitas unggul.
Dengan segala upaya itu diharapkan pada akhir Pelita V ketergantungan terhadap impor komoditi tersebut setidaknya makin berkurang.
Menurut Dudung, pilihan terbaik adalah swasembada. Tapi ia belum bisa memastikan waktu Indonesia mampu mencapai swasembada kedelai.
Dalam Pelita IV pemerintah terpaksa mengeluarkan sejumlah devisa negara untuk mengimpor kedelai guna memenuhi kelebihan permintaan dalam negeri.
Menurut catatan, selama 1984-1987 impor komoditi palawija itu mencapai 1.349.673 ton, sementara untuk tahun 1989 angka impor mencapai sekitar 600 ribu ton.
Dinamika Kelompok Tani
Sekretaris BP Bimas sebelumnya mengatakan, kunci keberhasilan program peningkatan produksi pertanian adalah dinamika kelompok tani.
“Oleh karena itu, setiap tahun selalu diselenggarakan perlombaan intensifikasi guna mendorong tumbuh dan berkembangnya dinamika tersebut,” tuturnya.
Ia mengumumkan pula bahwa, juara I untuk lomba tebu rakyat intensifikasi musim tanam 1987/88 diraih oleh Kelompok Tani Tani Makmur dari Gondang Baru, Jawa Tengah, sedangkan juara I lomba Intensifikasi Khusus (Insus) pola tanam 1988/89 adalah Kelompok Tani Mulya Jaya juga dari Jawa Tengah.
Juara I lomba Supra Insus tahun 1989 adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, juara I lomba tingkat karya bimbingan intensifikasi tahun 1988/89 adalah Satuan Pembina Bimas Propinsi Jawa Timur, sementara juara I lomba Kelompok Tani Temak tahun 1989 ialah Kelompok Tani Cindelaras dari Kendal Jawa Tengah.
Menurut rencana, pada 15 Januari ini para juara I lomba intensifikasi akan diterima Presiden Soeharto di Istana Negara, sekaligus dilanjutkan dengan penyerahan hadiah. Penyerahan hadiah untuk juara-juara II dan seterusnya akan diserahkan oleh Menteri Pertanian pada hari-hari berikutnya.
Sumber : ANTARA (03/12/1990)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 249-251.