PRESIDEN RESMIKAN “MICROWAVE” JAWA-BALI [1]
Jakarta, Antara
Hubungan telekomunikasi antara satu tempat dengan tempat lainnya di Jawa dan Bali semakin lancar dan dekat setelah Presiden Soeharto meresmikan jaringan microwave yang menghubungkan route telekomunikasi sepanjang 1.299,2 km antara Jakarta – Denpasar.
Peresmian yang dilakukan di Jakarta bari Sabtu disiarkan secara langsung melalui jaringan televisi timbal balik antara gedung Bina Graha dengan Denpasar.
Jaringan microwave Jawa – Bali melalui 31 buah stasiun yang terdiri dari 11 terminal dan 20 “repeater” oleh Presiden Soeharto dinilai sebagai “berkat kemajuan teknologi yang dapat dikembangkan oleh akal manusia, khususnya dibidang telekomunikasi”.
“Telekomunikasi telah menjadi bagian daripada peradaban manusia modern,” kata Presiden Soeharto yang dalam kesempatan itu mengadakan pembicaraan2 melalui telpon dengan Gubernur2 Bali di Denpasar, Jawa Tengah di Semarang dan Jawa Barat di Bandung.
Upacara dimulai dengan laporan dari Dirjen Pos dan telekomunikasi Mayjen Suhardjono melalui TV saluran Denpasar yang dengan jelas dapat ditangkap suara dan gambarnya di Jakarta. Lima buah pesawat TV dipasang di gedung Bina Graha yang menyiarkan acara timbal balik.
Dengan selesainya proyek microwave ini maka hubungan telekomunikasi antara kota2 besar di Jawa dan Denpasar akan dapat diadakan langsung tanpa mengganggu pelayanan operator kantor telepon setempat.
Demikian pula peristiwa yang terjadi dikota2 tersebut dapat di relay melalui TV Secara langsung.
Sangat Diperlukan
Presiden Soeharto dalam pidatonya mengatakan, bahwa melalui telekomunikasi yang cepat, lancar dan bermutu, maka tukar menukar berita dari tempat yang sangat berjauhan akan menjadi singkat.
“Kecepatan dan ketetapan laporan2 dan keterangan sangat2 diperlukan untuk kelancaran tugas pemerintahan, kegiatan ekonomi dan perdagangan,” kata Presiden menilai proyek yang dibangun dengan biaya Rp. 3,5 milyar.
Sebagai dikatakan oleh Menteri Perhubungan Frans Seda seluruh pembangunan proyek microwave dilakukan oleh tenaga2 Indonesia sedangkan alat2nya dari Jepang.
Jaringan Microwave Nusantara
Presiden Soeharto mengatakan, bahwa untuk membangun jaringan microwave Jawa-Bali ini saja perlu dikerjakan secara bertahap2 dan mengeluarkan biaya besar.
“Padahal kita bukan hanya membangun jaringan microwave Jawa-Bali. Yang akan kita selesaikan adalah jaringan microwave Nusantara,” demikian Presiden.
Dalam hubungan ini Menteri Perhubungan mengatakan, “Nusantara Microwave Network” akan mencakup seluruh gugusan pulau dan nusantara dari Sabang sampai Irian Jaya, dari Manado sampai Kupang.
Jaringan Microwave Nusantara terdiri dari bagian2 Microwave Trans Sumatera, Jawa-Bali, Nusa Tenggara-Ujung Pandang, Trans Sulawesi, Microwave Kalimantan dan jaringan telekomunikasi Maluku – Irian Jaya.
“Seluruhnya sudah akan selesai pada tahun 1977 atau paling lambat 1978 pada Pelita tahap kedua,” Kata Menteri Seda menjawab pers.
Sedangkan pembangunan Trans Sumatera Microwave, menurut Seda telah mulai tahun 1969 dan akan diselesaikan dalam tiga fase, Masing2 fase diharapkan dapat diselesaikan Pebruari 1974, Juli 1974 dan Desember 1974.
Bagian lain dari Kalimantan akan dihubungkan dengan jaringan Microwave Surabaya – Banjarmasin yang akan menggunakan sistim troposcatter.
Jaringan Microwave Nusatenggara – Ujung Pandang atau dikenal dengan nama Eastern Microwave dimulai dari Nusatenggara Barat – Bali Microwave melalui Denpasar, menurut Menteri Seda secara keseluruhan diharapkan selesai 1976.
Dikatakan, bahwa dalam masa Pelita II, Eastern Microwave akan disambung dengan jaringan microwave trans Sulawesi Manado.
Dalam masa itu pula akan ditetapkan jaringan multi chanel untuk Maluku – Irian Jaya. (DTS)
Sumber : ANTARA (10/3/1973)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 343-344.