PRESIDEN SOEHARTO PERINGATKAN PARA TENGKULAK

PRESIDEN SOEHARTO PERINGATKAN PARA TENGKULAK [1]

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto mengemukakan, bahwa di desa2 nantinya akan ada unit2 koperasi yang merupakan penjelmaan dari Badan Usaha Unit Desa untuk meningkatkan produksi pangan.

Ketika meresmikan proyek jaringan irigasi Tajum di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, hari Senin. Kepala Negara mengemukakan, bahwa unit2 koperasi desa tersebut dibentuk sebagai bagian dari landasan pembangunan ekonomi nasional.

Tapi oleh Presiden diingatkan, bahwa usaha tersebut belum dapat dilaksanakan meskipun nantinya kita akan menuju kearah itu.

Dikemukakan, bahwa unit2 desa yang dibentuk oleh pemerintah adalah untuk melayani kepentingan rakyat khususnya petani2 untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Ketika menyinggung kenaikan harga beras baru2 ini, Presiden berkata. “Saya akan gembira kalau kenaikan itu dinikmati para petani. Tapi jangan dinikmati tengkulak2 sehingga petani2 yang memeras keringat tidak mendapat apa2. Disamping itu apa yang dilakukan oleh tengkulak2 tsb. merugikan konsumen yaitu rakyat banyak”.

Dikatakan, bahwa dengan adanya BUUD petani2 mendapat harga yang wajar. Pemerintah telah menetapkan harga terendah (floor price) untuk pembelian padi kering dari rakyat dengan harga Rp. 17 per kg.

Ketika berdialog dengan para lurah selesai upacara peresmian itu, Kepala Negara menjawab pertanyaan salah seorang lurah mengatakan, “jika harga padi kering di pasaran lebih murah dari harga di BUUD jual-lah kepada badan unit daerah tersebut. Tapi jika harga di luar lebih mahal jual-lah kepada pedagang2”.

Proyek Tajum

Terletak di desa Tipar, Kewedanaan Ajibarang, Banyumas, Proyek Jaringan Irigasi Tajum menjamin irigasi teknis untuk 3.200 ha daerah persawahan yang semula hanya merupakan sawah tadah hujan.

Dengan telah berfungsinya proyek yang menelan biaya hampir Rp 1,8 milyar, diharapkan mulai musim tanam ini produksi padi di daerah yang akan diairinya akan meningkat lima kali.

Gubernur Jawa Tengah Munadi dalam pidatonya menginstruksikan kepada pejabat2 di daerah ini segera sebelum musim tanam dimulai sudah harus dibangun saluran2 air di desa2 yang dilaluinya untuk memanfaatkan irigasi tersebut.

Rencana Irigasi Tajum sudah dipikirkan sejak jaman Belanda (1896) yang semula meliputi areal 50.000 ha. Tahun 1966 timbul rencana lain yaitu dataran Cilacap, Maos dan Jatilawang (11.300 ha) akan diairi dari anak sungai Serayu yaitu Kali Tajum.

Tahun 1920 Tajum Plan ditinjau kembali a.l. dengan penyelidikan geologi oleh Dr. Harloff, yang mendapatkan informasi tanah yang kurang menguntungkan.

Pada 1929 pernah dibuat suatu pra-rencana “Klein Tajum Plan” dengan membuat “beweegbare stuw” di Kali Sedayu dam desa Gambarsari.

Baru pada 1938 salah satu rencana tersebut dapat dilaksanakan dengan dibukanya pompa air Gambarsari dan Pasanggrahan.

Pada tahun 1943, di bawah pendudukan Jepang, pernah dipaksakan untuk membangun daerah Irigasi Tajum dengan membuat Bendungan Darurat dari kayu dan bambu dan saluran2 induk sekunder serta beberapa bangunan. Pelaksanaan pekerjaan yang sudah berjalan hampir setahun akhirnya gagal karena menyerahnya Jepang.

Tanggal 19 Desember 1963 dimulai kembali pembangunan proyek ini oleh pemerintah, kemudian dilanjutkan oleh KOTOE tahun 1965, Departemen Pengairan Dasar (1966) dan akhirnya Departemen PUTL pada tahun 1967 sampai selesai proyek ini.

Terima Kasih

Gubernur Jawa Tengah yang menerima penyerahan proyek tersebut dari Menteri PUTL Ir. Sutami mengucapkan terima kasih rakyat Kabupaten Banyumas kepada pemerintah mengingat mereka selama puluhan tahun mengidam-idamkan proyek tsb. “Setelah ditangani oleh pemerintah Orde Baru dengan Pelitanya, barulah proyek ini dapat selesai,” kata Munadi.

Daerah Minus

Presiden Soeharto mengemukakan arti penting dengan berfungsinya irigasi ini. “Sekitar daerah ini terkenal sebagai daerah minus, petani menanam satu kali satu tahun tergantung hujan”.

“Proyek ini adalah proyek besar dilihat dari sudut sosial ekonomis,” kata Menteri PUTL Ir, Sutami dalam pidatonya. (DTS)

Sumber: ANTARA (27/02/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 358-360.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.