PRESIDEN SOEHARTO TERIMA UTUSAN KHUSUS PRESIDEN BANGLADESH

PRESIDEN SOEHARTO TERIMA UTUSAN KHUSUS PRESIDEN BANGLADESH

 

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto hari Selasa menerima utusan khusus Presiden Bangladesh, Menlu Anisul Islam Mahmud, yang menyampaikan gagasan Presiden Mohammad Ershad tentang perlunya bagi negara-negara Asia tertentu untuk bersama-sama membahas dan menghadapi masalah di Timur Tengah dewasa ini.

Menlu Ali Alatas atas pertanyaan wartawan usai mendampingi Presiden menerima utusan khusus Presiden Bangladesh itu di Istana Merdeka, Jakarta, mengatakan, Indonesia dan Bangladesh sependapat masalah di Timur Tengah dewasa ini jangan sampai pecah menjadi konflik bersenjata.

“Kita sama-sama sependapat sebaiknya masalah itu diselesaikan melalui jalan damai, khususnya berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang sudah didukung oleh mayoritas dunia,” katanya.

Menurut Alatas, kesamaan pandangan kedua negara itu terungkap setelah Menlu Bangladesh menjelaskan posisi negaranya menghadapi krisis Timteng.

Presiden Soeharto, sambung Ali Alatas, pada kesempatan tersebut juga menjelaskan posisi umum Indonesia menghadapi masalah Timteng serta pertemuannya dengan utusan Raja Kuwait baru-baru ini di Jakarta.

Ketika ditanya tentang rencana pertemuan keempat faksi Kamboja di Jakarta mulai Rabu, Menlu Alatas belum bisa memastikan kedatangan Hun Sen, namun ia menambahkan bahwa pihaknya masih terus mengadakan hubungan untuk meminta kejelasan.

Hun Sen diberitakan akan datang ke Jakarta menghadiri pertemuan itu jika Pangeran Sihanouk juga datang. Alatas mengatakan, yang diundang menghadiri pertemuan tersebut adalah keempat faksi di Kamboja, termasuk Pangeran Sihanouk.

Akan tetapi, tambahnya, Sihanouk sewaktu ditanya sudah menyatakan tidak bias datang karena bukan lagi pemimpin Funcipec, dan menyatakan sudah menyerahkan sepenuhnya kepemimpinan itu kepada puteranya, Pangeran Ranarridh, yang akan memimpin delegasinya ke Jakarta.

Dikatakan pula oleh Alatas bahwa pertemuan di Jakarta itu m1mgkin juga akan dihadiri Wakil Sekjen PBB, Rafiuddin Achmad, yang diundang sebagai narasumber.

Menurut Alatas, dalam pertemuan yang akan dipimpin Indonesia dan Perancis itu, delegasi Wakil Sekjen PBB tidak ikut dalam pertemuan langsung, tetapi akan berada di tempat untuk siap menjawab pertanyaan-pertanyaan jika memang diperlukan.

 

 

Sumber : ANTARA (04/09/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 147-148.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.