PERJANJIAN KERJA SAMA RI- TANZANIA AKAN DITEKEN

PERJANJIAN KERJA SAMA RI- TANZANIA AKAN DITEKEN

 

 

Dar-Es Salaam, SuaraPembaruan

Suatu perjanjian kerja sama ekonomi,teknik, ilmu pengetahuan dan kebudayaan akan ditandatangani oleh kedua menteri luar negeri, Indonesia dan Tanzania, sebagai hasil konkret kunjungan Presiden Soeharto ke Tanzania. Persetujuan ini diharapkan pula akan dapat melahirkan berbagai persetujuan teknis lainnya, khususnya persetujuan perdagangan, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi dan lain sebagainya.

Hal itu dikemukakan Menteri Luar Negeri Ali Alatas Jumat petang waktu setempat di Dar Es Salaam, dalam keterangannya kepada para wartawan Indonesia yang mengikuti kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke Tanzania.

Sebelumnya Menteri Sekretaris Negara Moerdiono dan Menko Ekuin dan Wasbang Radius Prawiro juga memberikan keterangan setelah kedua pihak melakukan pernbicaraan Jumat siang di Wisma Negara Tanzania dan setelah pembicaraan ernpat mata antara Presiden Soeharto dan Presiden Ali Hassan Mwinyi, juga di Wisma Negara Tanzania itu.

Mensesneg Moerdiono dalarn keterangannya rnengatakan, dalam pembicaraan kedua kepala negara, Presiden Ali Hassan sangat menganggap penting kunjungan Presiden Soeharto yang tercermin dalam sambutan rakyat Tanzania. Presiden Ali Hassan mengatakan, memahami, tidak mudah bagi seorang presiden untuk meninggalkan Tanah Airnya.

Ali Hassan juga menjelaskan, politik luar negerinya adalah politik bertetangga baik. Posisi Tanzarua, menurut Moerdiono, memang sangat unik karena merupakan pintu gerbang memasuki sekitar delapan negara lainnya di Afrika yang umumnya tidak mempunyai pelabuhan (landlock country).

Di samping secara fisik negerinya menjadi pintu gerbang. Presiden Tanzania juga menyebutkan, negerinya menjadi semacam pintu gerbang bagi masuknya penanaman modal asing ke berbagai negara di sekitarnya itu.

Presiden Soeharto menjanjikan untuk memperhatikan sungguh-sungguh keinginan Tanzarua membeli pupuk dari Indonesia dan menanggapi secara baik keinginan negeri itu membangun pabrik pupuk, dengan memanfaatkan pengalaman Indonesia.

Kepala Negara Indonesia juga menawarkan perluasan kerja sama perdagangan dengan cara counter-purchase (imbal beli).

Mengenai keinginan Tanzania agar Indonesia menanam modal di negeri itu, Moerdiono mengatakan, dalam bidang-bidang tertentu mungkin akan menguntungkan kedua pihak dalam bentuk joint-venture, tetapi Presiden Soeharto meminta perhatian Tanzania akan kemarnpuan Indonesia yang masih terbatas.

Juga Presiden Soeharto menjelaskan, dalam hal rnengundang penanaman modal asing dan dalam hal meningkatkan usaha-usaha pembangunan, di samping membawa berbagai keuntungan juga menimbulkan masalah-masalah seperti akhir-akhir ini Pemerintah Indonesia mengambil kebijaksanaan akibat besarnya pinjaman komersial dari luar negeri.

Kerja sama yang dapat dilakukan itu, kata Mensesneg, misalnya dalam bidang garment (pakaian), karena Tanzarua baru menggunakan 25 persen dari kuotanya.

Setelah pertemuan empat mata itu, pertemuan bilateral berlangsung antara kedua negara yang juga dihadiri oleh Presiden Ali Hassan Mwinyi dan Presiden Soeharto.

Dari pihak Tanzarua juga hadir Perdana Menteri merangkap Wakil Presiden Pertama Samuel Malecela, Wakil Presiden Kedua Dr Salwin Amour, Wakil Ketua Chanm Cha Mapinduzi dan para menteri ekonomi, perdagangan dan luar negeri.

 

Art Centre

Sementara itu Jumat pagi, Ibu Soeharto mengunjungi art centre Nyumba Ya Sanaa, Dar Es  Salaam. Jumat siang, setelah pembicaraan antara kedua pihak selesai, Presiden Soeharto, Presiden Ali Hassan Mwinyi, Mensesneg Moerdiono dan Menlu Ali Alatas serta pejabat-pejabat tinggi Tanzan ia lainnya, sholat Jumat di Mesjid Kitumbini, Dar Es Salaam.

Pada mesjid yang tertua di Tanzania dan yang penuh sesak dengan masyarakat Dar Es Salaam itu, khatib juga mendoakan agar Presiden Soeharto senantiasa dalam keadaan sehat untuk memimpin bangsa dan negara Indonesia.

Acara atau kegiatan terakhir Kepala Negara Indonesia dan rombongan pada hari kedua di Tanzania, adalah menyaksikan pertunjukan kesenian di halaman Wisma Negara Jumat malam.

Moerdiono dalam keterangannya sebelumnya mengatakan, pembicaraan antara kedua kepala negara menyinggung perkembangan ekonomi masing-masing negara. Presiden Ali Hassan dan menteri-menteri Tanzania menjelaskan kebijakan-kebijakan baru dalam perekonomian mereka, sehingga terbuka kemungkinan yang lebih luas untuk meningkatkan kerja sama.

 

Kerja Sama Pertanian

Menko Ekuin dan Wasbang Radius Prawiro dalam keterangannya mengatakan, Presiden Soeharto dalam pertemuan bilateral itu menjelaskan usaha peningkatan produksi pangan di Indonesia.

Dalam pembicaraan lanjutan dengan Menteri Pertanian Tanzania, Radius mengatakan, pihak Tanzania berkeinginan memanfaatkan kesempatan yang ditawarkan Indonesia bagi petani-petani mereka magang di Indonesia, agar dapat melihat bagaimana para petani Indonesia mengusahakan produksi pangan dengan penetrapan penggunaan pupuk yang efisien dan mengikuti cara-cara bercocok-tanam yang baik.

Mereka menyatakan keinginan dapat segera mengirimkan serombongan petani Tanzania dan hidup di tengah-tengah petani Indonesia untuk melihat cara menanam padi. Indonesia dalam rangka kerja sama Selatan-selatan dan kerja sama teknik antarnegara berkembang , bersedia menjamu para petani itu sehingga sekembalinya mereka,akan dapat mengadakan demonstration plot.

Juga mereka ingin mengirimkan para petugas dalam kaitan dengan usaha perencanaan penanaman serta mempelajari riset memperoleh bibit-bibit unggul. Dalam 1 bidang penanaman kelapa sawit, mereka juga menyatakan menaruh minat dan ingin berbagi pengalarnan, setelah mendengar sistem PIR (Perusahaan Inti Rakyat) di Indonesia.

Pada keterangannya Jumat petang itu, Menko Ekuin mengatakan, ia masih akan bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Industri Tanzania yang menaruh minat dalam cara suplai pupuk yang teratur, sehingga bisa membantu para petani Tanzan ia dengan pengiriman yang teratur dari Indonesia, dengan disesuaikan dengan masa tanam.

Mereka juga ingin mengetahui cara pembuatan pupuk agar dapat memiliki pabrik pupuk sendiri karena adanya penemuan-penemuan gas di Tanzania. Untuk itu mereka akan mengirimkan tenaga-tenaga ahli mereka ke Indonesia.

Menyangkut lanjutan pembicaraan bidang perdagangan kedua negara, Radius mengatakan, dewasa ini jumlahnya secara total meliputi angka variasi terkeci 14 juta dolar AS dan terbesar 10 juta dolar AS per tahun.

Dipandang perlu untuk meneliti sampai seberapa jauh perdagangan itu dapat ditingkatkan, mengingat Tanzania adalah produsen kapas yang besar, sekitar 500.000 bal per tahun, sedangkan Indonesia yang sudah mengekspor tekstil sekitar 4 miliar dolar AS per tahun , tentu mempunyai ketergantungan pada kapas dari luar negeri.

Dalam rangka kerja sama Selatan­ Selatan, para pengusaha kita juga memulai usaha mengimpor kapas dari Tanzania. Bahkan, bila ada pengusaha Indonesia yang membantu hingga Tanzania dapat memproduksi benang tenun dari kapas.

 

Negara Kunci

Menlu Ali Alatas dalam keterangannya mengatakan, Tanzania merupakan salah satu negara kunci di benua Afrika dan Indonesia sudah menjalin hubungan persahabatan sejak Tanzania menjadi negara persatuan dengan digabungkannya Zanzibar, menjadi Republik Persatuan Tanzania.

Hubungan diplomatik terjalin sejak tahun 1964 dan kedubes RI didirikan sejak tahun itu, tetapi mereka belum membuka perwakilan di Indonesia karena kesulitan keuangan, sehingga perwakilannya dirangkap dari India.

Tanzania merupakan negara kunci juga karena bobot politik luar negerinya sangat dihargai baik diAfrika maupun di kalangan negara Nonblok, dengan pandangan­ pandangannya yang sangatjauh ke depan dan sikapnya yang konsisten. Dalam banyak hal terdapat persamaan yang menda sar antara politik luar negeri Indonesia dan Tanzania.

Menlu Alatas selanjutnya mengatakan, Tanzania juga merupakan salah satu negara garis depan melawan Afrika Selatan dan dengan 12 negara di sekelilingnya atau paling sedikit delapan negara, terjalin kelompok kerja sama yang juga menjurus seperti ASEAN, ke arah suatu daerah bebas perdagangan.

Pembicaraan kedua pihak, kata Alatas , menjurus ke arah bentuk-bentuk kerja sama yang konkret yang dapat segera dirasakan manfaatnya. Dalam hal ini, Tanzania berpaling ke Indonesia sebagai salah satu sesama-negara berkembang yang sudah jauh lebih maju.

Alatas mengungkapkan, sejak, dulu Tanzania sudah banyak memanfaatkan program kerja sama teknik antar negara berkembang seperti dijalankan Indonesia sejak tahun 1980/81. Dalam kurun waktu itu sampai dengan sekarang, Tanzania tergolong sebagai salah satu negara berkembang yang paling banyak mengirim petugas­ petugasnya.

Sejumlah 127 pejabat Tanzania telah mengikuti program KTNB dan KTLN Indonesia Kini Tanzania menghendaki program-program tertentu, di luar yang reguler, misalnya dalam bidang pertanian, dari dalam bidang yang tampaknya kecil tetapi akan menolong perekonomian Tanzania, seperti penggunaan sisa dan batok kelapa sebagai usaha added-value pertanian mereka Juga dalam bidang perminyakan, dan gas bumi sedang disiapkan program untuk berbagai pengalaman dalam eksplorasi dan eksploitasi gas bumi. (SA)

 

Sumber : SUARA PEMBARUAN (07/12/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 329-333.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.