NON BLOK DIHARAP LEBIH BERPERAN DI BAWAH KEPEMIMPINAN INDONESIA
Harare, Pelita
Presiden Zimbabwe Dr. Robert Gabriel Mugabe menyatakan, tantangan besar akan dihadapi Indonesia pada saat memegang kepemimpinan Gerakan Non Blok tahun depan, karena gerakan ini akan menghadapi pelbagai masalah akibat berbagai perubahan yang berlangsung di dunia Mugabe selanjutnya menjanjikan dukungan Zimbabwe terhadap Gerakan Non Blok dan mengharap adanya peranan gerakan itu di bawah kepemimpinan Indonesia.
Laporan wartawan Pelita H. Azkarmin Zaini dari Harare ibu kota Republik Zimbabwe menyebutkan, dukungan tersebut ditegaskan Presiden Mugabe dalam pidatonya pada acara jamuan santap malam kenegaraan yang diselenggarakan bagi Presiden Soeharto dan rombongan di Hotel Sheraton Harare, Senin (2/12) malam (Selasa dini hari WIB).
Pemimpin Zimbabwe itu selanjutnya menyatakan bahwa walaupun arah dan tujuan Gerakan Non Blok berubah, gerakan tersebut masih mempunyai peranan penting dalam forum Dunia Ketiga. “Sampai ini, dunia masih dililit kemiskinan dan berbagai ancaman terhadap lingkungan hidup. Walaupun program perlucutan senjata telah berlangsung , manusia masih harus berhadapan dengan senjata senjata penghancur massa lainnya,” katanya.
Lebih lanjut pemimpin negara yang menganut faham Mafusme Leninisme itu juga menyebut ancaman lain yang harus dihadapi negara-negara Dunia Ketiga, antara lain lalu lintas dan kecanduan obat bius, penyakit AIDS dan lain-lain, angka pengangguran serta ketidakmampuan dalam negeri. Persepsi Kelompok Selatan terhadap masalah ini dan masalah sosial ekonomi lainnya, menurut Mugabe, masih perlu dirumuskan dan dikoordinasi dalam Gerakan Non Blok.
Lebih 500.000 mengidap AIDS
Pemerintah Zimbabwe menurut bahan yang diperoleh wartawan dari KBRI Harare kini sedang memberikan perhatian terhadap meluasnya penyakit AIDS di kalangan rakyatnya. Pada tahun 1990 secara resmi dinyatakanjumlah penderita AIDS di Zimbabwe telah mencapai lebih dari 6.000 orang. Menurut perkiraan Zimbabwe National AIDS Council, lebih dari 500.000 orang atau sekitar lima persen dari penduduk negara itu, mengidap virus AIDS. Kalangan tidak resmi memperkirakan, jumlah penderita sebenamya dua kali lipat dari yang dinyatakan pemerintah.
Menurut penelitian setempat, kelompok umur yang terbanyak terkena virus AIDS adalah 30-30 tahun. Upaya pemerintah mengatasi masalah ini adalah meminta bantuan dari WHO. US-AID dan badan Internasional lainnya sejumlah lebih kurang 4.29 juta dollar AS. Tahun 1990 pemerintah Zimbabwe telah menyediakan dana dua juta dollar Zimbabwe (sekitar Rp. 800 juta) untuk kampanye anti AIDS yang ditujukan terutama kepada anak-anak muda dan pekerja kasar, mengenai bahaya AIDS bagi masa depan mereka.
Pada awal tahun 1991, pemerintah Zimbabwe mulai menjelaskan masalah penyakit AIDS secara nasional, dengan mengemukakan data statistik secara terbuka. Data tersebut menunjukkan, pada triwulan terakhir 1990 dari 11.551 orang diperkirakan 51 persen mengidap HlV positif 32 persen mengidap AIDS related ilines dan 6,4 persen menderita AIDS penuh.
Menurut penelitian setempat, gejala meningkatnya penyakit AIDS itu disebabkan antara lain oleh rendahnya tingkat pendidikan, tingginya bahaya hidup dan ketidak acuhan terhadap akibat penyakit ini. Disamping itu, ada semacam tradisi yang dinamakan lobola (mas kawin) yang tinggi sehingga memberatkan kaum pria melangsungkan pernikahan dan karenanya berlangsunglah pergaulan bebas.
Perlu Kerjasama
Pada bagian lain pidatonya Presiden Zimbabwe mengutarakan minatnya untuk memanfaatkan tawaran Indonesia yang disampaikan dalam KTT Kelompok 15 di Karakas, Venezuela, pekan lalu.Tawaran tersebut adalah mengenai kerjasama teknik antara negara negara berkembang untuk meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan dan berkemandirian, khususnya untuk mengangkat taraf hidup mereka yang berpenghasilan rendah. Menurut Mugabe Zimbabwe memerlukan pengalaman Indonesia dalam bidan penanganan pemeliharaan ikanair tawar, lingkungan hidup dan pengelolaan lain-lainnya.
Hubungan diplomatik Indonesia-Zimbabwe sudah ada sejak 1984, namun sejak 1983 Zimbabwe telah mengekspor berbagai komoditi ke Indonesia, termasuk tembakau, katun, asbes, produk baja dan biji besi. Sebaliknya Zimbabwe telah mengimpor kayu, karet, dan lain-lain dari Indone sia. Namun demikian Mugabe, hubungan diplomatik itu belurn diperkuat dengan perjanjian perdagangan. Karena itu ia mengharapkan tercapainya kesepakatan Zimbabwe Indonesia dalam bidang kerjasama ekonomi, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan sosial.
Pidato Balasan
Presiden Soeharto dalam pidato balasannya pada jamuan tersebut antara lain menyatakan kita tidak dapat berharap terlalu banyak dari dialog Selatan-Selatan yang tampaknya tidak juga mengalami kemajuan yang berarti. Karena sudah perlu memberi makna yang besar terhadap kerjasama Selatan-selatan, yang dapat memberikan sumbangannya dan efektif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara-negara Selatan. Juga untuk memberi bobot pada perundingan-perundingan kita dengan negara-negara maju.
Gerakan Non Blok, demikian Presiden Soeharto, yang menjadi salah satu wadah perwujudan bangsa-bangsa sedang membangun, merupakan sarana yang tepat untuk meningkatan kerjasama. Untuk itu, kita perlu terus berusaha mempertahankan jati diri dan integrasi Gerakan Non Blok sebagai kekuatan yang mampu memberikan sumbangan bagi terciptanya Tata Dunia baru yang berdasarkan perdamaian, kemerdekaan, keadilan, dan kemakmuran yang lebih merata.
“Dalam kaitan ini, kami sangat mengharapkan kehadiran Yang Mulia pada Koriferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok yang akan diselenggarakan di Jakarta pada tahun 1992 yang akan datang,” ujar Presiden Soeharto.
Kesepakatan Soeharto Mugabe
Gerakan Non Blok ternyata menjadi salah satu pokok pembicaraan kedua kepala negara, ketika Presiden Soeharto melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Mugabe di Istana Presiden Zimbabwe di Harare, Senin (2/12) petang. Hal tersebut diungkapkan Mensesneg Moerdiono kepada para wartawan Indonesia di Harare, senja hari Senin (Selasa tengah malam WIB).
Menurut Moerdiono, meskipun Presiden Soeharto menemui Presiden Zimbabwe sebagai kunjungan kehormatan, kedua presiden juga membicarakan berbagai masalah substansial. Persiapan KTT Gerakan Non Blok termasuk salah satu yang dibicarakan. Pada kesempatan itu Presiden Mugabe menyatakan penghargaannya kepada Indonesia yang ikut serta terus menerus memelihara arah yang benar dari Gerakan Non Blok, khususnya di masa lampau pada saat-saat pertarungan perebutan pengaruh antar kekuatan-kekuatan besar dunia masih berlangsung.
Dikatakan, kedua presiden juga membicarakan strategi pembangunan yang sebaiknya ditempuh oleh Dunia Ketiga. Kendatipun dipahami bahwa tiap negara mempunyai jawaban sendiri-sendiri terhadap tantangan-tantangan pembangunan yang dihadapi, kedua kepala negara sepakat bahwa sebaiknya Dunia Ketiga tidak meloncat langsung ketahap industrialisasi. Sebab, pengalaman menunjukkan bahwa negaranegara Dunia Ketiga yang langsung menuju Industrialisasi ternyata menghadapi berbagai kesulitan.
“Kedua presiden sepakat bahwa sebaiknya pembangunan Dunia Ketiga diawali dengan pembangunan pertanian. Kita sendiri menganut strategi membangun pertanian yang tangguh untuk memberi dukungan kepada pertumbuhan Industri.” ujar Mensesneg. Mengenai hubungan bilateral, kedua presiden sepakat untuk meneliti secara nyata bidang-bidang yang mungkin dapat meningkatkan kerjasama keduanegara.
Panitia Nasional KTT Non Blok
Kepada para wartawan, Mensesneg Moerdiono juga mengungkapkan bahwa dalam rangka persiapan penyelenggaraan KTT Non Blok yang akan berlangsung di Jakarta tahun depan, beberapa hari sebelum berangkat ke luar negeri Presiden Soeharto telah mengeluarkan surat keputusan mengenai pembentukan panitia nasional yang diketuai oleh Mensesneg (Drs. Moerdiono), Menlu (Ali Alatas) sebagai wakil ketua, dan Rais Abin sebagai sekjen.
Pada tingkat ketua. ada tim penasehat yang terdiri atas Menteri Hankam, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Parpostel, Menteri Penerangan, serta dua orang mantan diplomat H. Roeslan Abdulgani dan Prof Sunario. Sedangkan tim penasihat pada tingkat sekjen terdiri atas Gubernur DKI Jakarta, Pangdam Jaya, Kapolda Metro Jaya, Panglima Armada Barat TNl-AL, dan Pangdau .Pada Tingkat pelaksanaan, bagian substansi dipimpin oleh Nana Sutresna (Kepala Perwakilian Tetap RI di PBB New York), sedangkan bagian prasarana oleh Abdul Kadirmantan Sekjen Deppen.
Victoria Falls
Dalam kunjungan resmi kenegaraannya di Zimbabwe, Selasa (3/12) kemarin Presiden dan Ny. Tien Soeharto, dan rombon gan mengunjungi Victoria Falls air teijun Victoria dan rainforest. Kedua obyek ini terletak jauh dari Harare, sehingga Presiden dan rombongan pergi ke sana dengan menggunakan pesawat terbang yang disediakan Pemerintah Zimbabwe. Karena terbatasnya kapasitas pesawat, sebagian anggota rombongan tidak bisa ikut ke sana. Bandar udara Victoria dicapai selama satu jam penerbangan dari Harare.
Selesai peninjauan, Presiden dan rombongan melayari Sungai Zambesi, makan siang dl kapal, dan baru petang hari kembali ke Harare. Menurut rencana, hari Rabu ini akan berlangsung lagi pembicaraan empat mata Presiden Soeharto dan Presiden Mugabe.
Sumber : PELITA (04/12/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 299-303.