“AKU HIDUP, ENGKAU HIDUP” DI ZIMBABWE

“AKU HIDUP, ENGKAU HIDUP” DI ZIMBABWE

 

 

Jakarta, Kompas

ZIMBABWE akhir-akhir ini, selain dikenal sebagai negeri yang dikunjungi Presiden Soeharto, juga menjadi perbincangan internasional karena menteri keuangannya, Bernard Chidzero, menjadi calon kuat Sekjen PBB sebelum akhirnya dikalahkan Boutros Ghali dari Mesir.

Sebelum Ghali menang, Chidzero dalam pengumpulan pendapat informal (straw poll), terakhir oleh ke-15 anggota Dewan Keamanan PBB, bahkan mendapat suara terbanyak, sehingga difavoritkan menang. Namun akhirnya di pemungutan suara resmi yang pertama, akhimya Chidzero harus menyerah dari Ghali.

Pencalonan Chidzero yang didukung Benua Afrika ini, menunjukkan keinginan Zimbabwe menjalankan politik Juar negeri berprofil tinggi. Antara lain terlihat pula dari sukses besar Presiden Robert Mugabe yang menjadi tuan rumah KTT Persemakmuran yang ke-28 medio Oktober silam.

Mengapa dikatakan sukses? Sebab Mugabe dalam kesempatan itu mengritik pelanggaran hak asasi, isu internasional yang semakin menjadi tenar akhir-akhir ini, yang dilakukan negara-negara tetangganya di Afrika. “Persemakmuran harus bicara lantang mengenai pemerintah yang bersih dan menentang pelanggaran hak asasi,” tegasnya.

Pernyataannya itu membuat merah kuping para pemimpin lain, di antaranya Presiden Kenya Daniel Arap Moi, Presiden Malawi Hasting Banda, dan Presiden Zambia Kenneth Kaunda, yang dinilai melanggar hak asasi di negaranya masing­ masing.

Tetapi sikap Mugabe bukan hanya sekadar mengritik tetangga-tetangganya, negeri yang 80 persen penduduknya beretnis Shona itujuga berjasa besar membantu perjuangan kulit hitam mendapatkan kebebasan dari dominasi rasial dan penindasan

kolonial. Zimbabwe memang berperanan besar dalam kemerdekaan Namibia yang lebih dari seabad berjuang melawan regim apartheid di Afsel. Khusus mengenai hubungan Zimbabwe dengan Indonesia, Mugabe ketika berkunjung ke Jakarta medio tahun silam, menegaskan dapat memahami penjelasan mengenai integrasi Timtim ke Indonesia. Sebelum itu Zimbabwe dalam pemungutan suara di PBB selalu menentang integrasi Timtim, tetapi setelah penegasan Mugabe tersebut sikapnya berubah drastis.

 

Kulit Putih Menghisap

Zimbabwe merdeka tanggal 18 April 1980, setelah dijajah sejak tahun 1923. Sejak pertengahan abad ke-15 sudah ada sebuah kerajaan yang kuat, Mwenemutapa, yang akhimya terpecah menjadi dua dipenghujung abad ini. Kerajaan baru itu bernama Urozwi.

Ketika orang-orang Inggris datang di medio abad ke-19, mulailah bangsa Shona diperbudak. Setelah tuan-tuan ningrat Inggris itu menancapkan pengaruhnya, mereka membuka negeri itu untuk orang-orang kulit putih lainnya, termasuk bangsa Portugis dan Boer.

Mereka menguras habis seluruh sumber daya alam di negeri itu. Inggris, melalui pengusaha kolonialistisnya yang bernama Cecil Rhodes (Rhodesia, nama negara sebelum Zimbabwe berasal dari nama perusahaan ini), berhasil memperoleh begitu banyak konsesi dari kerajaan Inggris untuk menghisap seluruh potensi alam wilayah itu. Rhodes, melalui perusahaannya, BSAC (British South Africa Company) yang kurang lebih mempraktekkan gaya VOC ketika memeras Indonesia dulu, semakin membuka peluang bagi orang Eropa untuk memetik keuntungan finansial di negeri penghasil tigajenis tambang (lithium, asbestos dan chronium) terbesar di dunia itu.

Tahun 1953, Inggris sebagai pusat koloni, memaksakan pembentukan Federasi Afrika Tengah yang terdiri dari Rhodesia Utara (kini Zambia), Nyasaland (kini Malawi), dan Rhodesia Selatan (kini Zimbabwe). Namun tahun 1962 Nyasalahd dan Rhodesia Utara keluar dari federasi yang semakin sadar akan pentingnya kemerdekaan dari penjajah.

Rhodesia Selatan, yang akhimya mendaulatkan diri sebagai negara Rhodesia, seperti halnya Malawi dan Zambia, menuntut kemerdekaan. Perjuangan memperolehnya dilakukan berulang kali melalui perundingan dengan Inggris, tetapi selalu gagal sampai akhirnyaPM Ian Smithyang memimpin pemerintahan minoritas kulit putih yang menominasi , memberlakukan keadaan darurat 5 November 1965.

Smith memproklamasikan kemerdekaan secara unilateral 11 November 1965, namun tak diakui lnggris yang memberlakukan sanksi ekonomi untuk menghukum koloninya itu. Karena sanksi-sanksi itu tidak berhasil, Inggris melalui Dewan Keamanan PBB memaksakan pu la sanksi ekonomi, yang juga tidak berpasil menghambat keinginan Rhodesia untuk merdeka.

Smith memaksakan referendum, yang hasilnya mengatakan 92 persen rakyat menghendaki kemerdekaan, sehingga akhimya dia kembali memproklamasikan egara sebagai republik yang merdeka sepenuhnya 2 Maret 1970. Tetapi kemerdekaan ini terasa semua karena DK PBB dan banyak negara yang tidak mengakuinya akibat peranan dorninan kulit putih yang terns diperangi para pejuang kulit hitam.

 

Kulit Hitam Pecah

Sayangnya para pejuang hitamjuga tidak bisa sejalan, pecah sendiri-sendiri. Mereka membentuk partai-partai nasionalis masing-masing, yakni ANC (African Nationalist Council) yang dipimpin Abel Muzorewa, ZAPU (Zimbabwe African People’s Union) yang dipimpin Joshua Nkomo, dan ZANU (Zimbabwe African National Union) yang dipimpin Mugabe.

Adalah Muzorewa yang akhimya berhasil menggandengkan para pejuang hitam untuk bersatu padu melawan Smith, untuk memaksakan pemerintahan mayoritas hitam. Smith yang terdesak perang gerilya dan tekanan internasional, akhimya menyerah, menerima pemerintahan mayoritas pada tahun 1978.

Melalui lika-liku politik yang rumit akibat pertentangan-pertentangan antartokoh Zimbabwe sendiri, akhimya negeri itu kembali menyatakan kemerdekaan 18 April 1980. Kali inibenar-benar merdeka tanpa dorninasi kulit putih, dan Mugabe langsung terpilih sebagai PM melalui pemilu. Program Mugabe untuk negaranya sangat khas Dunia Ketiga, terpusat pada pembangunan ekonomi, penghapusan diskrirninasi, dan meningkatkan pendapatan. Basis politik luar negerinya adalah Non Blok.

Tantangan utama terhadap Mugabe, yang memperbaharui partainya dengan nama ZANU-PF (Patriotic Front), datang dari Nkomo yang didukung etnis minoritas Ndebele, yang memperbaharui pula partainya menjadi Patriotic Frorit-ZAPU. Nkomo menentang Mugabe yang terns memaksakan negara menganut sistem satu pasti yang dikuasai ZANU-PF yang sosialis.

Tetapi petjuangan Nkomo, baik melaluijalan politik maupun senjata, tak banyak berhasil. Setelah setuju berdamai Desember 1987, PF-ZANU dalam pemilu Maret 1990 akhimya hanya kebagian empat kursi di parlemen, sementara 116 sisanya tetap dikuasai ZANU-PF.

Yang pasti Zimbabwe di tangan Mugabe diakui banyak menikmati kemajuan. Pertumbuhan ekonominya mencapai rata-rata 3,5 persen setahun, swasembada pangan berhasil sudah perbaikan pendidikan dan kesehatan terus dilakukan dan sikap “aku hidup engkau hidup” yang ditujukkan warga kulit hitam terhadap warga kulit putih sampai kini menjadi model yang patut diberi acungkan jempol.

 

 

Sumber : KOMPAS (03/12/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 293-296.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.