IRAN HARAPKAN INDONESIA BERI SEMANGAT BARU DALAM NON BLOK
Jakarta, Kompas
Presiden Iran Hashemi Rafsanjani berharap Gerakan Non Blok mendapat warna dan semangat baru di bawah kepemimpinan Indonesia di masa mendatang. Sebagai salah satu pendiri dan pelopor Gerakan Non Blok, Indonesia sangat mungkin berbuat banyak untuk memulihkan jiwa Non Blok.
Menpen H Harmoko mengemukakan hal itu di ruang VIP Bandara SoekamoHatta, sesaat setelah kedatangannya dari Iran, hari Senin malam (30/9).
Menpen yang kini akrab dengan sebutan Bung Harmoko menjelaskan, Menlu Iran Ali Akbar Velayati sebagai Ketua Kelompok Asia di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non Blok X di Accra, Ghana, awal September lalu, menyatakan mendukung Indonesia. Dan percaya Indonesia akan melakukan tugasnya dengan baik.
Indonesia secara aklamasi terpilih menjadi tuan rumah KTT Gerakan Non Blok X tahun 1992, sekaligus Ketua Gerakan Non Blok untuk periode tiga tahun berikutnya, dalam KTT di Accra yang dihadiri 101 negara. Itu berarti untuk pertama kali Indonesia sebagai salah satu negara pendiri Gerakan Non Blok menjadi tuan rumah KTT gerakan tersebut sejak didirikan tahun 1961.
Pesan Khusus
Harmoko secara khusus menjelaskan pula bahwa Presiden Iran Rafsanjani menyampaikan pesan khusus untuk Presiden Soeharto yang akan dilaporkan kepada Presiden selekas mungkin. “Tentu saya tidak bisa ungkapkan di sini dong,” katanya menjawab wartawan.
Kecuali itu, menurut Harmoko, juga ditandatangani semacam kerja sama di bidang informasi dan komunikasi antara kedua negara. Kesepakatan serupa sudah merupakan tindak lanjut dari Konferensi Menpen Non Blok (Cominac) 1984 di Jakarta yang akan dituangkan dalam bentuk penjabaran yang lebih rinci. Misalnya membentuk komisi teknik dan lain sebagainya. Dalam rangka kerja sama itu perlu diadakan pertukaran ahli misalnya.
Menpen mengungkapkan, Indonesia yang bernafaskan Islam ternyata mendapat perhatian masyarakat Iran. Dan, menurut rencana kedua pihak sepakat akan mengadakan pekan film serta pertukaran film antara kedua negara bersangkutan. Dalam kesempatan itu Harmoko didampingi Ditjen PPC Drs. Subrata dan Ditjen RTF Alex Leo Iskandar ziarah ke makam Ayatollah Khomeini dan diterima Ahmad Khomeini putera Ayatollah Khomeini. Di dalam Memorandum of Understanding juga ditekankan perlunya pertukaran informasi dan kerja sama teknis di bidang televisi dan lain-lain.
Sumber : KOMPAS (01/10/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 155-156.