MASALAH DEMOKRASI DAN HAK ASASI BUKAN MASALAH BARD
- Presiden Soeharto Kembali Ke Tanah Air Hari Ini
Frankfurt, Antara
Presiden Soeharto mengatakan, masalah demokrasi dan hak-hak asasi manusia bukan soal baru bagi Indonesia, karena masalah itu merupakan bagian dari kehidupan bangsa Indonesia yang beragama.
Hal itu dikemukakan Kepala Negara Indonesia dalam upacara penandatanganan “Buku Emas” kota Mainz di Balai Kota Mainz hari Minggu.
Rakyat Jerman apabila berkunjung ke Indonesia, kata Presiden, dapat melihat sendiri keharmoni san kehidupan beragama dan demokrasi di Indonesia, yang berdasarkan Pancasila.
Sekalipun penduduk Indonesia 88 persen beragama Islam, sembilan persen Katholik dan Protestan, dua persen Hindu, satu persen Budha, tetapi mereka hidup rukun dan penuh toleransi.
Menurut Presiden,begitu akrab kehidupan beragama di Indonesia, sehingga di depan Masjid Istiqlal berdiri Gereja Katolik, kathedral, bahkan pada hari Minggu, umat Katholik yang ke gereja, memarkir kendaraannya di halaman masjid Istiqlal.
Presiden Soeharto juga dalam pembicaraannya dengan pemimpin negara Republik Federal Jerman telah mengadakan pembahasan mengenai hak-hak asasi manusia dan lingkungan hidup.
Presiden Soeharto dalam kunjungan lima hari di Jerman, kata Mensesneg Moerdiono di Mainz, hari Minggu, menjelaskan masalah tersebut dengan sangat mendasar, baik dengan Presiden Jerman Weizsaecker maupun Kanselir Jerman Helmut Kohl, serta pemimpin parlemen dan partai politik.
Moerdiono mengatakan, Presiden Soeharto telah menegaskan kepada mereka, Indonesia mempunyai akses tersendiri dalam masalah hak-hak asasi manusia, yang intinya adalah pengakuan bahwa manusia merupakan mahkluk individu dan mahluk sosial.
Sedangkan mengenai lingkungan hidup, Presiden menjelaskan berbagai program di bidang tersebut yang dilaksanakan di Indonesia, di samping Indonesia juga telah memiliki undang-undang mengenai lingkungan hidup.
Namun diingatkan bahwa Indonesia masih baru dalam hal ini,oleh karena itu wajar jika disana sini masih terjadi kekurangan. “Namun, kita bertekad mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan ,”kata Presiden.
Ke Tanah Air
Presiden Soeharto bertolak menuju Tanah Air Minggu sore dan akan tiba di Jakarta hari ini. Keberangkatan Presiden Soeharto dan rombongan menuju Tanah Air, Minggu petang dilepas oleh Kepala Protokol Negara Jerman Dr. Holtennann beserta istri dari bandar udara Frankfurt.
Minggu pagi, Kepala Negara didampingi Ibu Soeharto dari Hotel Hilton di kota tempat mereka menginap, dengan berjalan kaki menuju Balai Kota Mainz. Presiden di Balai Kota diterima oleh Walikota Mainz,Hermann Hartrnut Weyel dan kemudian mengisi buku tamu Kota Mainz.
Menjelang siang hari, Presiden dan anggota rombongan lainnya dengan menggunakan kendaraan darat, menuju kota Bingen. Dari Bingen Kepala Negara berlayar menyusuri Sungai Rhein, melewati tugu persahabatan Perancis-Jerman menuju Koblenz.
Presiden Soeharto dan rombongan Sabtu petang tiba di Frankfurt setelah menginap semalam di Berlin, demikian laporan wartawan Pembaruan Petrus Suryadi dari Frankfurt.
Di Berlin Presiden Soeharto bertemu dengan Gubernur Berlin , dan Ketua Parlemen Berlin. Presiden Soeharto membubuhkan tandatangannya di Buku Emas Kota Berlin. Selesai penandatanganan tersebut Presiden secara simbolis menyerahkan patung dan foto komodo untuk kebun binatang Berlin , dilanjutkan dengan jamuan makan malam yang diberikan Gubernur Berlin. Presiden Soeharto Sabtu siang mengunjungi Gerbang Brandenburg melewati gedung parlemen. (SA)
Sumber : SUARA PEMBARUAN (08/07/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 91-92.