MASALAH TIMTIM DIJELASKAN KEPADA PRESIDEN TANZANIA
Dar Es-Salaam, Suara Karya
Presiden Soeharto menjelaskan masalah insiden 12 November di Timor Timur kepada Presiden Tanzania, Ali Hassan Mwinyi termasuk proses integrasinya 16 tahun lalu. Penjelasan itu dimaksud untuk memberi gambaran yang tepat kepada pemimpin Tanzania mengenai Timor Timur.
Wartawan Suara Karya Agustianto dari Dares Salaam melaporkan penjelasan mengenai Timtim merupakan salah satu topik dalam pertemuan 4 mata antara kedua presiden ,Jumat di Wisma Negara, Dares Salaam,Tanzania.
Menlu Alatas yang juga melakukan pembicaraan sejajar dengan Menlu Tanzania turut menjelaskan mengenai insiden di Dili Timtim itu. Menurut Menlu Alatas penjelasan itu penting mengingat Tanzania merupakan salah satu negara kunci di Afrika yang suaranya cukup berpengaruh setidak-tidaknya terhadap 8 negara di sekitarnya.
Tanzania yang merdeka tahun 1961, sampai tahun 1982 berpihak kepada lawan Indonesia dalam masalah Timtim. Namun setelah itu Tanzania mengubah sikapnya dengan tidak lagi memberikan dukungan kepada mereka. Menurut Menlu Alatas politik luar negeri Tanzania selalu tidak bertentangan dengan Indonesia karena perjuangannya di forum internasional hampir selalu sama.
Mensesneg Moerdiono mengungkapkan, penjelasan Presiden Soeharto mengenai Timtim dilakukan bukan atas pertanyaan sebelumnya dari Tanzania. Penjelasan itu dilakukan karena disadari bahwa para pemimpin di Afrika perlu memperoleh informasi yang tepat.
Ekonomi
Pembicaraan tingkat menteri di bidang Ekonomi yang menyertai pembicaraan tingkat presiden lebih banyak pada penekanan kerjasama konkret antara kedua negara. Dari Indonesia Menko Elruin Radius Prawiro yang memimpin delegasi.
Dalam pembicaraan ekonomi itu terungkap bahwa Tanzania membuka peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan kuota ekspor pakaian jadi, karena negara itu kini baru bisa memenuhi 25 persen. Peluang itu ditawarkan sambil mengharapkan agar Indonesia melakukan investasi industri garment di Tanzania dan industri tekstil lainnya untuk memanfaatkan produksi kapas yang kini mencapai 500.000 bal setahun.
Tanzania yang juga merupakan negara agraris melihat kemajuan pembangunan pertanian Indonesia sangat pesat. Sehubungan itu mereka sangat mengharapkan bantuan dari Indonesia untukmemajukan pertanian di Tanzania.
Menko Ekuin Radius Prawiro mengatakan, Tanzania merencanakan untuk mengirim sejumlah petaninya belajar dengan sistem magang di Indonesia dalam waktu dekat ini. Keinginan itu disambut baik oleh Indonesia dan dalam pembicaraan tingkat awal, Indonesia menyatakan bersedia membantu, termasuk sebagian pembiayaannya.
Mengenai berapa besar kemampuan Indonesia membantu pembiayaan itu menurut Radius, sekarang belum dapat diungkapkan, karena unhtk bantuan kepada Tanzania masih perlu dilakukan perundingan lanjutan. ”Namun Pemerintah memang menyiapkan pos anggaran bagi pembiayaan bantuan teknis seperti itu,” kata Radius.
Selain teknologi produksi pangan, Tanzania juga berminat mempelajari industri pupuk dari Indonesia mengingat negara itu juga memiliki gas seperti halnya Indonesia. Namun untuk waktu dekat negara itu ingin sekali, mempelajari, sistem pendistribusian pupuk sampai ke tingkat petani. (SA)
Sumber : SUARA KARYA(07/12/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 333-334.