MENJAGA DIRI KITA DAN TETANGGA TAK PERLU ALIANSI DENGAN BANYAK ORANG
Canberra, Suara Pembaruan
Kepala Staf TNI-AD Jenderal Edi Sudradjat mengatakan, sebegitu jauh menurut pengetahuannya, Australia belum menyatakan resmi keinginannya untuk meningkatkan kerja sama pertahanan dan keamanan. “Mereka baru mengatakan bahwa hubungan antara kedua negara itu penting dan perlu ditingkatkan.”
Jenderal Edi Sudradjat yang tengah melawat benua selatan itu mengatakan kepada Pembaruan di Canberra hari Jum’at, bahwa kedatangannya ke Australia antara lain untuk menghilangkan kemungkinan timbulnya benih-benih permusuhan antara kedua negara. Ini merupakan kunjungan resminya pertama ke negara jiran itu. Ia akan berada seminggu di sana.
Menanggapi uluran tangan Menlu Gareth Evans mengundang Indonesia untuk mempertimbangkan jadi anggota Pakta Pertahanan Lima Negara (FPDA) yang diperluas, Kasad mengatakan “pada prinsipnya kita tidak akan membentuk semacam pakta pertahanan. Kita bertolak pada kebijaksanaan dasar politik kita yang bebas dan aktif.” Ia pun menegaskan, “mempertahankan diri kita dan tetangga itu tidak berarti beraliansi dengan banyak orang.”
FPDA (Fire Power Defence Arrangement) dibentuk tahun 1972 dan terdiri dari Inggris. Malaysia, Singapura, Australia dan Selandia Baru. Pakta ini dibentuk menyusul penarikan pasukan pasukan Inggris dan Australia dari pangkalan pangkalan mereka di Malaysia dan Singapura.
Edi Sudradjat mengibaratkan hubungan RI-Australia sebagai hidup bertetangga. “Kalau terjadi apa-apa di wilayah kita, kita bisa dibantu tetangga, dari pada punya keluarga dekat tapi tinggal jauh”. Katanya pula, kalau kita jauh dengan tetangga, “maling bisa indekos”. Kalau baik dengan tetangga “maling bisa tertangkap”.
Diminta komentarnya terhadap sementara pendapat di Australia mengenai negaranegara tetangga yang sudah mulai makmur dan mungkin akan menggunakan dananya untuk mempersenjatai diri, Jenderal Sudradjat kembali menggunakan perumpamaan hidup bertetangga itu. “Kalau tetangga itu makmur, lalu di kalangan tetangga itu tidak ada persoalan apa-apa, kan itu menopang keamanan negara itu masing-masing, Ujarnya.
Kepulauan Spratley
Mengenai kepulauan Spratley, ia membenarkan adanya beberapa negara yang mengklaim tetapi untuk sementara waktu belum ada yang terjun ke situ Menurut
pendapatnya, di antara negara-negara yang mengklaim itu mempunyai persoalanpersoalan dalam negeri yang prioritasnya lebih tinggi.
Kalau Australia melihat lebih jauh dengan menduga bahwa Asia Tenggara dikemudian hari akan menjadi pusat pertikaian baru, Kasad berpendapat bahwa permusuhan di wilayah sekitar Spratley itu akan merupakan permusuhan “lokal” saja dan tidak akan merembet ke luar.
Namun ia tidak sependapat bahwa kekhawatiran Australia itu merupakan sesuatu yang mengada-ada “Australia merasa ingin jadi bagian dari wilayah ini dan merasa berkepentingan sekali” ujarnya.
Sementara itu, Paul Dibb yang diluk iskan Dubes Rl Sabam Siagian sebagai “Rasputin” sistem pertahanan Australia, membenarkan bahwa hubungan antara kedua negara terus menangkal Apa yang dimaksudkannya dengan istilah “musuh akan datang dari utara ialah Australia mengikuti dengan seksama perkembangan di India, RRC, dan Jepang.” Indonesia juga berpendapat sama bukan,” kata Paul Dibb.
Menanggapi soal FPDA, Paul Dibb berpendapat bahwa apabila Malaysia dan Singapura masih tetap membutuhkannya, kita pertahankan, tapi kalau mereka tidak lagi memerlukannya, kita lebur. Paul Dibb juga menunjukkan bahwa FPDA itu digunakan untuk mengatasi perselisihan pendapat antara Singapura dan Malaysia. Hal yang dianggapnya wajar pula, mengatasi persoalan dengan Indonesia, Paul Dibb hanya mengatakan dalam politik akan selalu timbul perselisihan pendapat. Yang penting katanya, adalah cara mengatasinya. Nama dan bentuk wadahnya tidak begitu penting.
Sumber : SUARA PEMBARUAN (31/09/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 154-155.