PEMBANGUNAN POLITIK SEKARANG BUKAN REKAYASA OLEH DIRINYA

PEMBANGUNAN POLITIK SEKARANG BUKAN REKAYASA OLEH DIRINYA

 

 

Bonn, Kompas

Presiden Soeharto menolak sementara anggapan di masyarakat seolah-olah pembangunan politik selama pemerintah Orde Baru merupakan suatu rekayasa oleh dirinya sebagai presiden.

Berbicara ketika beramah-tamah dengan masyarakat Indonesia di Bonn, Jerman, haril Kamis malam (4/7), Kepala Negara menegaskan, apa yang dilakukan sampai saat inisemata-mata merupakan kedaulatan rakyat seperti yang diamanatkan dalam UUD 45.

Pada bagian lain Kepala Negara juga menolak tuduhan-tuduhan seolah-olah pinjaman luar negeri saat ini akan memberatkan generasi mendatang. Dijelaskan, seluruh komitmen pinjaman nasional hingga saat ini memang telah mencapai 94 rnilyar dollar AS. Tapi yang dipakai baru 73 milyar dollar AS.

Sisanya 21 milyar belum dihitung karena proyek-proyeknya belum selesai. Dari pinjaman 73 milyar itu yang telah dibayar 28 milyar, berarti tinggal 45 milyar. Tapi semua itu bisa dibayari apabila semua aset yang dimiliki saat ini, dijual. “Tapi maksudnya kan bukan itu,” tegas Kepala Negara.

Setelah Jumat kemarin (5/7) melakukan peninjauan ke pusat percobaan kereta monorel “Transrapid” di Lathen, meninjau galangan kapal di Papenburg, salah satu galangan kapal terbesar di dunia, sore kemarin Presiden Soeharto tiba di Berlin dengan pesawat militer Jerman. la akan berada di sana sampai Sabtu pagi ini guna mengadakan pembicaraan dengan Gubernur Berlin.

Demikian dilaporkan wartawan Kompas Anzel da Lopez dan Denny Sutoyo dari Berlin semalam. Di Berlin,Presiden Soeharto menyerahkan seekor komodo jantan untuk Kebun Binatang Berlin. Binatang purba berusia sembilan tahun dengan berat sekitar 70 kg dan panjang 2,9 meter dari Kebun Binatang Surabaya itu sudah tiba Selasa pekan lalu diangkut dengan pesawat Lufthansa.

Tahun 1983 pemerintah Indonesia menghadiahkan dua ekor komodo untuk menambah koleksi Kebun Binatang Berlin. Ternyata kedua-duanya betina sehingga pihak KB Berlin meminta kalau bisa diberi seekor jantan lagi agar bisa berkembang biak.

 

Mekanisme Kepemimpinan

Di hadapan sekitar 500 warga Indonesia wakil-wakil dari masyarakat Indonesia yang berada di seluruh Jerman dalam pertemuan di KBRI Bonn hari Kamis malam tersebut, Presiden secara panjang Iebar menjelaskan mulai dari proses penyederhanaan 10 partai politik menjadi dua parpol dan satu golkar seperti yang ada sekarang, serta seluruh proses mekanisme nasional lima tahunan yang sudah empat kali dilaksanakan.

Ia mengemukakan, melalui kekuatan-kekuatan sosial politik itu diadakan pemilihan umum setiap lima tahun sekali untuk memilih wakil-wakil rakyat di DPR, yang akan menjadi anggota MPR. MPR inilah yang kemudian akan memilih Presiden dan Wakil Presiden dan menentukan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang pelaksanaannya dilakukan oleh Presiden sebagai Mandataris.

Presiden dalam melaksanakan GBHN, dikontrol pula oleh DPR. Jika Presiden tidak melaksanakan GBHN, DPR bisa menuntut diadakan sidang istimewa untuk minta pertanggungjawaban Presiden. Seluruh mekanisme kepemimpinan nasionallima tahunan berdasarkan amanat UUD 45 itu menurut Kepala Negara, sangat diperlukan dalam melaksanakan pembangunan, dan hal itu telah berhasil dilaksanakan secara baik selama empat kali.

”Namun rupanya masih ada masyarakat yang belum mengetahui, seolah-olah apa yang dilakukan dalam beberapa kali Repelita ini hanya satu rekayasa dari seseorang, terutama Presiden yang dituduhkan pada saya. Padahal tidak demikian adanya, segala sesuatunya termasuk pembentukan GBHN pun dihimpun dari rakyat sendiri,”tegas Presiden Soeharto.

Kecuali keberhasilan di bidang politik, Kepala Negara juga menguraikan berbagai keberhasilan di bidang ekonomi. Antara lain keberhasilan di bidang pertanian, antara lain dengan dicapainya swasembada beras, keberhasilan di bidang keluarga berencana, serta keberhasilan di bidang industri yang secara bertahap telah berhasil membangun industri mulai dari hilir sampai hulu. Juga keberhasilan di bidang ekspor komoditi nonmigas yang kini nilainya telah lebih besar dari migas.

Di bidang investasi, investasi asing yang telah ditanam di Tanah Air sekitar 8 milyar dollar AS, dan dalam tempo enam bulan tahun 1991 sudah mencapai 6 milyar dollar AS. Belum lagi investasi dalam negeri yang lebih besar dibanding investasi asing.

Berdasarkan indikator tersebut,menurut Presiden, pembangunan pasti akan terus dapat dilanjutkan. Hal itu perlu diingatkannya, karena menurut Presiden, masih ada juga khawatir karena besarnya utang luar negeri. Dikatakan, utang negara kepada IGGI dan Bank Dunia misalnya, memang disengaja, tapi pemanfaatan pinjaman itu ada programnya. Dan pinjaman itu hanya akan diterima melalui persyaratan yang ditentukan sendiri. Yakni berjangka panjang 25-30 tahun. Grace periodnya 10 tahun dan bunga maksimum 3,5 persen per tahun.

Karena itu kepada masyarakat Presiden minta agar tidak perlu khawatir bahwa pinjaman luar negeri akan memberatkan generasi yang akan datang. “Tidak, generasi mendatang tinggal mengurus, menikmati dan membayar.” Apalagi menurut Kepala Negara, justru pinjaman itu akan merupakan pula aset untuk melaksanakan pembangunan, yang kecuali untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, juga hasilnya bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman.

Semua keberhasilan pembangunan bidang polilik, ekonomi, sosial budaya dan hankamnas sebagai landasan pembangunan sampai Pelita V ini, menurut Kepala Negara, harus terus diperkuat dan ditingkatkan sebagai dasar pembangunan jangka panjang tahap kedua yang akan dimulai tahun 1993 nanti.

 

Disetujui

Galangan kapal Jos L.Mayer Gmbh & Co, yang ditinjau Presiden kemarin, didirikan sejak tahun 1795, dan dewasa ini memiliki fasilitas dokter modern di Eropa, dan merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Seluruh kegiatannya diintegrasikan dengan sistem komputer.

Kapal penumpang terbesar yang pemah diproduksi adalah Horizcm dan Zenilh yang dioperasikan perusahaan pelayaran Chandris Celebrity. Kedua kapal pesiar mewah dengan panjang 208 meter dengan bobot 47.000 GT tersebut, melayani jalur Bermuda dan Karibia.

Indonesia sendiri saat ini telah memesan lagi lima kapal penumpang jenis Kerinci, Kambuna, Kelimutu dan sebagainya yang kini telah dioperasikan. Menurut Menko Ekuin Radius Prawiro, Pemerintah Jerman telah menyetujui bantuan sekitar 375 juta DM dalam bentuk pinjaman lunak dan kredit ekspor untuk pembuatan kelima jenis kapal penumpang untuk kebutuhan Indonesia bagian timur itu. (SA)

 

 

Sumber : KOMPAS (06/07/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 88-90.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.