PRESIDEN ADAKAN SILATURAHMI DAN “TUMBUK YUSWO “

PRESIDEN ADAKAN SILATURAHMI DAN “TUMBUK YUSWO”

 

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto mengadakan silahturahmi terbatas di kalangan keluarga pada hari pertama Idul fitri yang dihadiri putera-puteri, menantu, cucu dan keluarga dekat lainnya, demikian keterangan dari Humas Sekneg yang diterima ANTARA, di Jakarta, Kamis.

Dalam kesempatan itu Pak Harto merayakan “tumbuk yuswo” atau ulang tahun ke-72 menurut hitungan kalender Jawa, tanggal 1 Syawal windu Alip, sedangkan menurut tarikh Masehi ,Presiden Soeharto akan berusia 70 tahun pada 8 Juni 1991.

Presiden Soeharto mengatakan, peringatan ulang tahun tiap windu pada intinya merupakan pernyataan syukur kepada Tuhan YME karena telah mengaruniakan umur panjang kepada seseorang.

Siaran pers itu lebih lanjut mengatakan, dengan berkah dan karunia Tuhan YME, Pak Harto merasa dapat menyumbangkan dharma bhaktinya kepada bangsa dan negara, sehingga dapat mencapai keadaan seperti saat ini.

Dalam kesempatan itu, Yayasan Citra Lamtoro Gung Persada telah menerbitkan buku -buku mengenai perjuangan Pak Harto dan SuratAnak-Anak Kepada Pak Harto.

Buku-buku itu, disusun oleh Dewan Redaksi dibawah koordinasi almarhum G. Dwipayana, sewaktu menjabat asisten Menteri Sekretariat Negara urusan Dokumentasi dan Mass Media yang dibantu para pakar komunikasi.

lsi buku mengenai Surat Anak-Anak Kepada Pak Harto menjelaskan, selama menjabat sebagai Presiden sejak tahun 1968, beliau telah menerima 40 ribu pucuk surat yang isinya bermacam namun yang terpenting adalah keberanian anak-anak berkomunikasi dengan Kepala Negaranya.

“Namun, disana-sini seringkali masih dijumpai adanya perbedaan perlakuan terhadap tenaga kerja wanita, baik dalam penerimaan untuk bekerja, pengupahan, kesempatan memperoleh pendidikan dan seterusnya,” kata Kepala Negara.

 

Sektor Informal

Dalam kesempatan itu, Presiden Soeharto juga mengatakan salah satu sektor yang menjadi tumpuan harapan para wanita pekerja adalah sektor informal.

“Hal ini mungkin disebabkan karena dewasa ini sektor informal belum banyak memerlukan tenaga kerja dengan kualifikasi yang tinggi. Namun tenaga kerja di sektor informal ini biasanya penghasilannya rendah, perlindungannya lemah dan tempat usahanya tak menentu,” kata Presiden.

Karena itu, menurut Presiden, pembinaan terhadap sektor informal juga perlu ditingkatkan sehingga mutu tenaga kerja yang mencari nafkah di sektor inijuga dapat terns bertambah.

Sebelumnya, Menteri Negara Urusan Peningkatan Peranan Wanita, Ny Sulasikin Murpratomo melaporkan, temu karya nasional ini yang diikuti sekitar 220 peserta akan berlangsung hingga 31 Juli.

Sulasikin mengatakan, pertemuan ini dilakukan karena upaya peningkatan peranan wanita masih menghadapi berbagai kendala, karena target yang ingin dicapai adalah peningkatan produktifitas kerja mereka.

Seusai membuka pertemuan ini, Kepala Negara yang didampingi Ibu Tien Soeharto, Wapres dan Ibu EN Sudharmono beramah tamah dengan beberapa peserta.

Sebelumnya, Presiden menerima Menteri Perindustrian Sudan, Tagelsir Mustafa Abdulsalam membicarakan persiapan kunjungan Presiden Omar Bashir ke Indonesia dalam waktu dekat. Presiden juga menerima Menpera Siswono Yudohusodo, namun tidak diketahui materi pertemuan itu.

 

 

Sumber : ANTARA (29/07/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 707-708.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.