PRESIDEN AJAK ZIMBABWE MEMPERLUAS KERJASAMA
Harare, Zimbabwe, Suara Karya
Presiden Soeharto tiba di Harare, Zimbabwe Senin pagi, membawa semangat kerjasama untuk sesama negara Kelompok Selatan. Negara Afrika itu menyambut hangat kunjungan Presiden Soeharto. Di sepanjangjalan protokol yang dilalui mulai dari bandara ke pusat kota dengan jarak sekitar 17 kilometer terpampang foto-foto Presiden Soeharto dan Presiden Robert Mugabe.
Presiden Soeharto mengatakan, sebagai sesama bangsa yang sedang membangun, Indonesia dan Zimbabwe perlu terus memperluas bidang-bidang kerjasama, khususnya dibidang ekonomi dan sosial demi kemanfaatan dan kemajuan rakyat. Ajakan Presiden itu disampaikan dalam jamuan makan malam pada hari pertama dari 3 hari kunjungan Presiden ke Zimbabwe. Dan pada malam itu Presiden mengajak Zimbabwe bergandeng tangan dalam mengusahakan terciptanya perdamaian dunia yang mantap.
Wartawan Suara Karya, Agustianto dari Harare semalam mengabarkan, kunjungan Presiden ke negara diA:frika itu banyak mendapat perhatian dari masyarakat setempat. Nama Indonesia yang tidak banyak dikenal oleh rakyat dari negara yang berpenduduk 9,12 juta jiwa itu kini menjadi populer.
Presiden Robert Mugabe tampaknya lebih senang memperlihatkan kebanggaan negara berupa air terjun Victoria sebelum ia melakukan pembicaraan dengan Presiden Soeharto. Oleh karena itu, hari Selasa ini Presiden dan Ibu Tien serta rombongan diterbangkan oleh pesawat Boeing 707 Air Zimbabwe selama sekitar 1 jam untuk mencapai kawasan air terjun Victoria. Air terjun yang terkenal di dunia itu tingginya mencapai 100 meter dan lebarnya 1.688 meter. Air dari sungai Zambesi yang terjun volumenya mencapai sekitar 545 juta liter setiap menit.
Pembicaraan antara Presiden Soeharto dengan Presiden Robert Mugabe baru akan dilakukan Rabu besok. Setelah pembicaraan itu Presiden juga akan dibawa ke semacam taman Safari yang dimiliki Zimbabwe yakni Pamuzinda Park.
Politik
Zimbabwe yang merdeka tahun 1980 dari jajahan Inggris menganut ideologi Sosialisme berdasarkan Marxisme-Lenimisme. Negara inipada mulanya termasuk yang menentang integrasi Timtim kepada Indonesia. Namun menjelang kunjungan Presiden Robert Mugabe ke Indonesia tahun 1990 pandangan politik: luar negerinya berbalik, sehingga kini Zimbabwe termasuk yang mendukung integrasi Timtim itu.
Negara yang merupakan anggota persemakmuran itu kehidupan politik dalam negerinya hanya mengenal partai tunggal yaitu Partai Zanu pimpinan Robert Mugabe. Sebelum tahun 1987 di Zimbabwe terdapat 2 partai, selain Zanu juga terdapat Partai Zanu dengan pimpinan Josbua Nkotno. Namun sejak Desember 1987 kedua partai itu melebur menjadi Partai Zanu. Sistem partai tunggal yang diinginkan Mugabe itu, akhir-akhir inibanyak menerima kritik Namun Mugabe tetap mempertahankan sistem partai tunggal dengan alasan untuk memelihara stabilitas politik dalam negeri.
Ekonomi
Zimbabwe termasuk negara Afrika Hitam (lainnya ada Afrika Arab) yang menurut ukuran internasional termasuk negara berpenghasilan menengah bawah dengan pendapatan per kapita 650 dolar AS per tahun. Dengan penghasilan itu Zimbabwe termasuk negara Afrika Hitam yang baik keadaan ekonominya.
Mulai Februari 1990, pemerintah Zimbabwe mengeluarkan kebijakan perekonomian baru yang disebut Zimbabwe economic reform program 1991/1995. Perubahan tersebut intinya meliputi 3 unsur yaitu unsur reformasi penyesuaian struktural, deregulasi ekonomi, penghapusan pengawasan harga-harga oleh pemerintah secara menyeluruh.
Reformasi ekonomi tersebut ditujukan untuk memberi peranan yang lebih besar
kepada pihak pengusaha swasta. Program reformasi ekonomi yang kini sedang dilaksanakan oleh pemerintah, mengakibatkan Zimbabwe mengalami masa sulit. Kesulitan itu tergambar dari semakin melonjaknya harga-harga bahan pokok yang memberatkan rakyat kecil. Sehubungan itu pemerintah Zimbabwe kini memikirkan untuk meningkatkan gaji terendah dari 145.05 menjadi 165.09 dolarZimbabwe per bulan (1 dolar Amerika sama dengan 4.83 dolar Zimbabwe).
Masalah yang menjadi perhatian pemerintah kini adalah meluasnya penyakit AIDS di kalangan rakyat di pedesaan. Pada 1990 secara resmi dinyatakan bahwa jumlah penderita Aids di Zimbabwe mencapai 6.000 orang. Menurut perkiraan Zimbabwe National Aids Council) lebih dari 500.000 orang mengidap penyakit aids. Jumlah itu hampir sama dengan sekitar 5 persen dari seluruh penduduk Zimbabwe.
Sumber : SUARA KARYA (03/12/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 290-291.