PRESIDEN BERI BEASISWA KEPADA PUTRA KORBAN HERCULES

PRESIDEN BERI BEASISWA KEPADA PUTRA KORBAN HERCULES

 

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto akan memberikan bantuan beasiswa kepada putra-putri dari anggota Pasukan Khas (Paskhas) dan seorang petugas Satpam yang gugur akibat jatuhnya pesawat Hercules milik TNI-AU 5 Oktober 1991 di Condet, Jakarta.

Kepala Staf TNI-AU Marsekal Madya TNI Siboen menjelaskan hal itu kepada wartawan, setelah melapor kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, Senin, tentang pendataan para korban itu terutama tentang status mereka, masih lajang atau sudah menikah, dan kalua sudah menikah harus diketahui jumlah anak yang ditinggalkan.

Para prajurit Paskhas TNI-AU dan seorang anggota Satpam itu gugur dalam kecelakaan pesawat Hercules yang mengangkut mereka kembali ke Bandung setelah mengikuti upacara peringatan HUT ABRI ke-46 di Parkir Timur Senayan, tetapi jatuh di kompleks Balai Latihan Kerja (BLK) milik Depnaker.

Siboen mengatakan sebagian besar dari 136 korban itu masih bujangan. Sebanyak 30 anak kehilangan ayahnya termasuk dua anak dari Satpam BLK Condet yang gugur dalam kecelakaan pesawat itu.

Sebagian besar anak-anak itu belum bersekolah karena masih kecil. Presiden akan memberikan beasiswa melalui dua yayasan yang dipimpinnya yaitu Yayasan Supersemar dan Yayasan Trikora. Yayasan Supersemar akan memberi bantuan untuk anak SMA sedang anak yang masih kecil diberi bantuan melalui Yayasan Trikora.

Kepala Negara mengharapkan pemberian bantuan ini akan menenangkan hati para keluarga yang ditinggalkan. Ketika ditanya tentang proses penyelidikan jatuhnya pesawat-Hercules itu harganya sekitar 20-23 juta dolar AS itu, Siboen mengatakan, sampai sekarang masih diteliti. TNI-AU mengerahkan 34 petugasnya, sedang pabrik Lockheed akan mengirimkan empat ahlinya.

Pesawat itu jatuh sekitar lima kilometer dari Lanuma Halim Perdanakusuma. Oleh karena pesawat ini terbang belum sampai satu menit, maka penerbangnya belum sempat mengadakan hubungan dengan petugas menara.

Ia mengatakan sampai sekarang belum diketahui apakah pesawat ini memiliki black box. Kotak ini berisi rekaman pembicaraan antara penerbang dengan petugas menara. Siboen mengatakan pesawat lama biasanya tidak memiliki black box.

Dalam pertemuan dengan Kepala Negara, KSAU menyampaikan pesan Menaker Cosmas Batubara tentang perlu segera diperbaikinya kompleks BLK tersebut. Perbaikan atas BLK itu memerlukan biaya Rp 1,5 miliar.

“Pak Cosmas minta saya ikut membantu memperkuat laporan untuk Presiden tentang upaya perbaikan itu,” kata Siboen.

 

Sumber : ANTARA (14/10/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal.719-720.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.