PRESIDEN: INDONESIA TAK AKAN MENGADA-ADA SELENGGARAKAN KTT GNB

PRESIDEN: INDONESIA TAK AKAN MENGADA-ADA SELENGGARAKAN KTT GNB

 

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto menegaskan, Indonesia akan berusaha secara maksimal menjadi tuan rumah yang baik pada KTT Gerakan Non-Blok (GNB) pada tahun 1992, namun Indonesia tidak mengada-ada dalam menyelenggarakan pertemuan yang sangat penting itu.

Masalah penyelenggaraan KTT GNB itu dijelaskan Mensesneg Moerdiono kepada wartawan di Jakarta, Sabtu, ketika ia menjelaskan sikap Kepala Negara tentang pertemuan yang diperkirakan berlangsung bulan September.

Moerdiono mengingatkan, pada tahun mendatang, masyarakat dan pemerintah harus melaksanakan berbagai kegiatan penting didalam negeri seperti pemilihan umum bulan Juni, pelantikan anggota MPR, DPR, dan DPRD pada tanggal 1 Oktober.

“Kita akan melaksanakan KTT Gerakan Non-Blok semampu kita. Kita tidak akan mengada-ada, sehingga KTT harus berlangsung secara efisien, cukup comfortable (menyenangkan) bagi delegasi,” kata Moerdiono. Ia menambahkan, KTT akan berlangsung di Jakarta.

Masalah ini dikemukakan Moerdiono karena Konferensi Tingkat Menteri (KTM) GNB baru-baru ini di Accra, Ghana, memutuskan untuk memilih Indonesia menjadi tuan rumah KTT GNB pada tahun 1992. Dengan demikian, secara otomatis Indonesia menjadi ketua Gerakan Non-Blok.

Moerdiono menjelaskan masalah fisik yang dihadapi untuk menyukseskan KIT ini misalnya penyediaan fasilitas ruang pertemuan bagi para pemimpin, pengaturan penerjemahan secara serentak, dan penyediaan sekretariat yang berkemampuan tinggi.

“Lalu lintas di Jakarta pada hari biasa saja sudah macet,” kata Moerdiono ketika memberikan contoh tentang beratnya persiapan yang harus dilakukan oleh rakyat dan pemerintah. Karena itu, katanya, masyarakat dan pemerintah harus menyiapkan diri secara mental untuk menjadi tuan rumah yang baik.

Selain masalah fisik, Indonesia juga harus menyiapkan masalah yang bersifat mendasar/substansial, katanya. Ia memberikan contoh, akibat perubahan yang cepat di dunia internasional, maka praktis blok militer dan politik sudah tidak ada.

“Yang perlu kita pikirkan adalah tujuan baru yang perlu diletakkan pada arah perjalanan negara anggota Gerakan Non-Blok, “ kata Moerdiono.

Karena itu, ia mengatakan, negara Non-Blok perlu memusatkan perhatian mereka pada masalah kerjasama ekonomi terutama diantara sesama negara berkembang­ kerjasama yang lazim disebut dengan istilah Selatan-Selatan.

 

 

Sumber : ANTARA (07/09/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 149-150.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.