PRESIDEN: KEHADIRAN PASUKAN ASING PERBURUK SITUASI DI TELUK
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengatakan kehadiran pasukan multinasional di Timur Tengah hanya memperburuk situasi di kawasan Teluk setelah penyerbuan dan pendudukan Irak atas Kuwait tanggal 2 Agustus.
Penegasan Kepala Negara itu dikemukakan utusan khusus Pemerintah Iran, Alireza Moarezi, kepada wartawan setelah menemui Presiden Soeharto di Bina Graha, Selasa, untuk menyampaikan pesan khusus Presiden Hashemi Rafsanjani.
Kepala Negara dalam pertemuan itu didampingi Menlu Ali Alatas. Moarezi mengatakan Presiden Soeharto sependapat dengan pemerintah Iran bahwa satu satunya cara untuk: menyelesaikan krisis di Teluk ialah penarikan mundur tentara Irak dari Kuwait tanpa syarat serta dihormatinya oleh Irak ketentuan mengenai wilayah perbatasan.
Pendudukan Kuwait oleh serdadu Irak mengakibatkan hadirnya sekitar 200.000 tentara dari berbagai negara di Arab Saudi. Kehadiran pasukan multinasional itu bertujuan menekan Irak untuk: menarik tentaranya dari Kuwait.
Moarezi mengatakan penyerbuan serdadu Irak itu mengakibatkan Israel memanfaatkan situasi ini untuk kepentingannya sendiri. Tentara Israel ini baru-baru ini membunuh puluhan warga Palestina.
Kepada Presiden Soeharto telah disampaikan dukungan penuh Teheran atas Resolusi PBB tentang embargo terhadap semua hasil produksi Irak. Embargo ini antara lain mengakibatkan terhentinya sama sekali ekspor minyak Irak dan juga Kuwait.
Ketika menjelaskan hubungan bilateral Indonesia-Iran, Moarezi mengatakan, dalam pertemuan ini Presiden Soeharto sepakat tentang perlunya peningkatan hubungan ekonomi kedua negara.
Indonesia dewasa ini mengimpor dari Iran 30.000 barel minyak mentah per hari. Sebaliknya Iran membeli teh, karet alam, tekstil, dan ban buatan Indonesia. Ia mengatakan volume perdagangan Iran-Indonesia masih bisa ditingkatkan.
Dalam pertemuan Moarezi menyampaikan kembali undangan Presiden Iran Rafsanjani kepada Presiden Soeharto untuk mengunjungi Iran, yang diterima baik Kepala Negara namun waktunya masih akan ditentukan kemudian.
Sumber : ANTARA (23/10/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 162.