PRESIDEN: PENELITIAN BUDAYA DAERAH BUKAN KEMBALIKAN DAERAHISME

PRESIDEN: PENELITIAN BUDAYA DAERAH BUKAN KEMBALIKAN DAERAHISME

 

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto mengatakan penelitian mengenai kebudayaan daerah jangan diartikan sebagai usaha untuk mengembalikan daerahisme, karena tujuannya adalah justru untuk memperkuat jati diri bangsa.

Kepala Negara mengemukakan masalah penelitian kebudayaan daerah dan daerahisme itu ketika membuka seminar nasional sastra dan sejarah Pakuan Padjadjaran di Istana Bogor, Senin. Seminar tiga hari ini dilaksanakan Universitas Pakuan Bogor dan Pemda Jabar.

“Upaya mencari informasi lengkap mengenai kerajaan bukan bertujuan mengembalikan feodalisme yang lurus bertolak belakang dengan faham demokrasi yang kita junjung tinggi. Penelitian kita mengenai kebudayaan daerah, bukan berarti kita akan mengembalikan daerahisme,” kata Presiden dengan tegas. Kepala Negara yang didampingi Wakil Presiden Sudharmono SH mengatakan pula penelitian itu dilakukan untuk memperkuat jati diri bangsa Indonesia, untuk mampu hidup sebagai bangsa yang berkepribadian di tengah-tengah era globalisasi.

Pada kesempatan itu, Presiden juga berbicara tentang semangat kejuangan, dengan mengatakan sekalipun Indonesia sangat memerlukan tenaga ahli di berbagai sektor, juga dibutuhkan semangat juang dan kebangsaan yang mantap. “Tanpa semangat kejuangan kita akan dapat cepat putus asa dalam menghadapi ujian-ujian berat yang masih harus kita lalui dalam memajukan dan membangun bangsa kita.

Tanpa semangat kebangsaan yang kuat, kita bisa terseret arus globalisasi yang meIanda di mana-mana dan menyentuh hampir semua segi kehidupan bangsa kita,” kata Presiden . Kepala Negaramen kemukakan jika semangat juang itu tidak ada, maka bisa saja orang-orang Indonesia menjadi bangsa yang modern, namun akan merasa asing terhadap dirinya sendiri.

“Bangsa yang merasa asing terhadap dirinya sendiri akan menjadi bangsa yang rapuh,” kata Presiden kepada 250 peserta nasional ini.

Acara pembukaan ini dihadiri pula Menpen Harmoko dan Menparpostel Soesilo Soedarman. Kepada para pakar sejarah peserta seminar ini baik dari dalam negeri maupun Perancis serta Belanda, Presiden Soeharto mengatakan kerajaan-kerajaan yang diperintah dengan baik oleh rajanya mampu memberikan kesejahteraan dan keamanan kepada rakyatnya.

Namun di lain pihak juga ada daerah-daerah yang penduduknya tidak mendirikan kerajaan, karena mereka merasa lebih cocok dengan tatanan daerah pedesaan atau kesukuan. Para pemimpin itu dicintai atau dikenang rakyatnya karena memberikan kesejahteraan kepada warganya.

“Sejarah masa lampau mengajarkan kepada kita bahwa yang tetap akan menjadi kenangan dalam kalbu rakyat adalah tingkat kesejahteraan dan suasana aman lahir dan batin yang mereka nikmati di bawah suatu pemerintahan, apa pun bentuknya,” kata Kepala Negara.

Karena itu, kata Presiden, perlu diteliti upaya para raja atau kepala desa dalam menjalankan pemerintahannya. Hal yang baik bisa ditiru, namun sebaliknya yang kurang baik harus dihindari.

Presiden kemudian memetik kecapi, alat kesenian tradisional rakyat Jawa Barat, sebagai tanda dimulainya seminar nasional ini. Pada hari Rabu (13/11) Wapres Sudharmono akan menutup kegiatan ilmiah ini, juga di Istana Bogor.

 

 

Sumber : ANTARA (11/11/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 699-700.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.