PRESIDEN SOEHARTO AKAN BERTEMU PIMPINAN 3 PARPOL UTAMA JERMAN
Bonn, Suara Pembaruan
Pemerintah Indonesia harus terus mencari jalan dan mengupayakan perhatian para pemimpinJerman terhadap Rl tidak mengendur,meskipun para pemimpin Bonn telah memberikan jaminan tidak akan mengurangi perhatian mereka dalam membina hubungan kedua negara ini, demikian Dubes Rl untuk Jerman Dr.Hasyim Djalal, Rabu pagi.
Dalam wawancara khusus dengan wartawan Pembaruan Petrus Suryadi, sehari sebelum Presiden Soeharto tiba di Bonn untuk memulai kunjungan kenegaraan resmi mulai hari ini, DubesHasyim Djalal selanjutnya mengatakan, hubungan RI-Jerman yang sudah terbina seperti saat ini perlu ditingkatkan agar lebih bermanfaat bagi kedua pihak meskipun kedua negara sama-sama menghadapi persoalan dalam negeri mereka masing-masing.
Di bawah ini adalah petikan wawancara dengan Dubes RI untuk Jerman, Dr. Hasyim Djalal.
Suara Pembaruan (SP): Bagaimana kebijakan politik Luar Negeri RI dalam konteks hubungan bilateral RI-Jerman saat ini?
DubesHasyim Djalal (DB) : Indonesia melihat Jerman sebagai salah satu negara yang sangat penting di Eropa khususnya di EropaBarat. Dengan tercapainya unifikasi Jerman secara damai dalam tahun 1990, peranan tersebut menjadi semakin penting lagi, baik di bidang politik, ekonomi maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu Indonesia berkepentingan untuk: meningkatkan hubungan bilateral tersebut karena Indonesia juga merupakan suatu negara besar yang berpotensi besar di kawasan Asia Tenggara, khususnya ASEAN yang juga mencapai kemajuan-kemajuan besar dalam beberapa tahun ini.
Pasar Tunggal Eropa
SH : Bagaimana RI melihat atau memanfaatkan Jerman sebagai bagian dari Masyarakat Eropa, bahkan salah satu pilar terkuat Masyarakat Eropa menjelang terbentuknya Pasar Tunggal Eropa (PTE) 1992?
DB : Indonesia ingin memperluas pasarannya di Jerman dalam menghadapi PTE 1992. Di Eropa Barat, Jerman termasuk salah satu negara yang menginginkan perdagangan bebas dan agar PTE 92 tersebut tidak berkembang menjadi “Fortress of Europe” (benteng Eropa).
Sementara itu dalam menghadapi permasalahan di Jerman kawasan timur dan Eropa Timur, Indonesia ingin mengembangkan suatu kerja sama yang sating memanfaatkan antara kebutuhan-kebutuhan RI, Jerman bagian timur atau Eropa Timur dan kemampuan ekonomi dan teknologi Eropa Barat, khususnya Jerman Barat yang saling menguntungkan bagi semua pihak.
Secara lebih khusus lagi pemerintah Jerman saat ini mengalokasikan dana ratusan miliar DM untuk : rehabilitasi di Jerman bagian timur,dan RI berharap bisa ikut berpartisipasi dalam hal ini.
SP : Apa missi khusus kunjungan Presiden Soeharto ke Jerman? Dan proyek atau tempat mana yang akan dikunjungi Presiden Soeharto?
DB : Missi khusus,kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke Jerman ini adalah untuk lebih meningkatkan kerja sama dan hubungan bilateral antara kedua negara di berbagai bidang yaitu politik, ekonomi, teknologi dan kebudayaan. Proyek yang akan dikunjungi adalah proyek percobaan kereta api magnetik “Transrapid” di Lathen dan galangan kapal Jos L. Meyer di Papenburg, keduanya di negara bagian Niedersachsen. Selain itu Presiden Soeharto juga akan berkunjung ke Berlin dan Mainz”.
Acara
SP : Apa saja acara kunjungan Presiden Soeharto selama di Jerman?
DB : Presiden Soeharto akan mengadakan serangkaian pembicaraan dengan Presiden Republik Federal Jerman yang bersatu, Dr Richard von Weizsaker dengan Kanselir (kepala pemerintahan) Jerman Dr Helmut Kohl, dengan Wakil Kanselir/Menlu Jerman Hans Dietrich Genscher, dengan Ketua Parlemen Jerman (Bundestag) Ny Prof Dr Rita Susmuth, dengan Ketua Partai SPD, Bjorn Engholm, dengan Ketua Partai FDP, Dr Otto Graf Lambsdorff dan dengan seorang Wakil Partai CDU, Dr Hans Stercken.
SP : Apa saja yang menonjol dari hubungan ekonorni RI-Jerman saat ini?
DB : Pertama, perdagangan kedua negara meningkat Tahun 1990 ekspor Indonesia ke Jerman mencapai DM.1472 juta yang berarti kenaikan 24,4% dari ekspor RI ke Jerman tahun 1989 sejumlah DM 1183 juta. Sebaliknya impor Indonesia dari Jerman meningkat lebih cepat yaitu sebesar DM 2418 juta yang berarti mengalarni kenaikan sebesar 45,5% dari jumlah impor tahun sebelurnnya sebesar DM 1.661 juta.
Meskipun perdagangan antara kedua negara meningkat, namun neraca perdagangan masih surplus bagi Jerman. Kedua, investasi Jerman selama 20 tahun terakhir ini mencapai jumlah 1.862 juta dolar AS walaupun dalam 2-3 tahun terakhir mengalarni kelambanan dalam pertumbuhan akibat beberapa faktor antara lain karena, perhatian Jerman tertuju kepada kawasan Jerman bagian timur dan Eropa Timur.
Namun bantuan pembangunan Jerman kepada RI dalam rangka IGGI sampai saat ini dapat dipertahankan pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Dan ketiga, dari sektor pariwisata Jerman ke Indonesia terdapat peningkatan. Tahun 1989 jumlah wisatawan Jerman ke Indonesia berjumlah 73.030 dan pada tahun 1990 meningkat menjadi 97.600 wisatawan atau naik sekitar 20%”.
Kunjungan Presiden Soeharto beserta Ibu Tien Soeharto ke negeri Jerman ini adalah untuk yang kedua kalinya. Kunjungan kenegaraan pertama Presiden Soeharto ke Jerman dilakukan bulan September 1970. Kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto, ke Jerman ini dilakukan untuk memenuhi undangan resmi Presiden Jerman Dr. Richard von Weizsaker. (SA)
Sumber : SUARAPEMBARUAN(03/07/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 62-64.