PRESIDEN:TAK ADA JALAN PINTAS DALAM MEMBANGUN BANGSA
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengatakan proses pembangunan sebuah bangsa memerlukan ketekunan, ketabahan, keuletan serta waktu, karena tidak ada jalan pintas, oleh karena itu yang bisa dilakukan adalah mempercepat laju pembangunan tersebut.
“Percepatan pembangunan itu dapat kita tempuh dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara cepat,” katanya di Istana Negara, Senin, ketika membuka Lokakarya Nasional Riset dan Teknologi IV yang dijadwalkan berlangsung empat hari diikuti 350 peserta dari berbagai daerah.
Dalam acara yang dihadiri Ketua MPR/DPR Kharis Suhud serta Menristek/Ketua BPP Teknologi BJ Habibie itu, Presiden mengingatkan bahwa bangsa-bangsa yang tidak sanggup menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) akan tertinggal jauh dan makin tertinggal dari kemajuan. “Karena itu tidak ada pili han lain bagi bangsa Indonesia kecuali menguasai sebanyak mungkin iptek,” tambahnya.
Sewaktu menekankan pentingnya pemanfaatan iptek dalam membangun bangsa, Kepala Negara menunjuk pada berbagai pemyataannya dalam berbagai kesempatan bahwa kehidupan manusia di masa mendatang akan sangat dipengaruhi iptek.
Dikatakannya bahwa kegiatan penelitian yang dilaksanakan di tanah air harus benar-benar menunjang arah dan tujuan pembangunan , baik untuk jangka menengah maupun panjang.
Lokakarya yang dibuka Presiden tersebut akan membahas empat makalah utama, antara lain yang disusun Prof. A. Baiquni (mantan Dirjen Batan), dan Prof. Astrid Susanto dari Bappenas.
Kepala Negara dalam sambutannya juga menjelaskan bahwa selama beberapa Pelita ini telah berhasil dicapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi,yang mampu membuka lapangan kerja dalam jumlah besar. “Tetapi kita sadar bahwa lapangan kerja yang harus ki ta buka masih sangat luas. Pembukaan lapangan kerja ini merupakan salah satu tantangan besar dalam pembangunan kita di masa sekarang maupun di masa datang,” katanya.
Menurut Presiden, kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi telah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi karena industri mulai bangkit dan memiliki berbagai keunggulan komparatif.
“Meskipun demikian, harus kita akui keunggulan tadi masih berada dalam kelompok industri manufaktur yang secara intensif menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Bagi kelompok industri manufaktur yang tergolong padat modal dan sarat teknologi serta tenaga ahli, kita belum memi liki keunggulan,” tandasnya.
Sehubun gan dengan itu, Presiden meminta para ilrnuwan, terutama yang bergerak dalam riset dan teknologi, untuk secara bertahap mengubah keadaan tersebut. Harus tiba saatnya nanti industri manufaktur yang padat modal dan sarat teknologi juga memiliki keunggulan komparatif, tegasnya.
Seusai membuka lokakarya itu, Kepala Negara bersalaman dengan para peserta. Kemudian dengan didampingi Habibie, Presiden beramah tamah dengan beberapa ilmuwan terkemuka, seperti Prof. Johannes, Prof. Astrid dan Prof. Gunawan Satari.
Sumber : ANTARA (03/12/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 288-290.