TAJUK RENCANA: JANGAN BESIKAP “NRIMO” SAJA

TAJUK RENCANA: JANGAN BESIKAP “NRIMO” SAJA

 

 

Jakarta, Suara Karya

Dalam tatap muka dengan rakyat, Presiden Soeharto selalu tampil sebagai motivator pembangunan dipelbagai hidang. Dalam tatap muka dengan para petani di Kecamatan Belitang, Kabupaten Ogan Komiring Ulu (OKU), Sumatera Selatan, Sabtu pekan lalu, Presiden tampil lagi sebagai motivator tidak hanya dalam pembangunan pertanian tetapi juga dalam pembangunan politik.

Pada kesempatan itu Presiden mengajak masyarakat agar berani mengajukan keberatan dan saran saran jika mengetahui ada hal-hal yang kurang benar. “Dalam alam demokrasi, kalau ada hal hal yang kurang benar saudara-saudara bisa mengajukan keberatan dan saran. Jangan nrimo saja” kata Presiden menegaskan.

Menurut Presiden sikap nrimo menerima apa adanya dan diam saja melihat hal-hal yang tidak benar harus diubah. “Jika masyarakat Indonesia bersikap nrimo saja, maka orang luar menganggap apa yang dicapai sekarang semata-mata karena adanya rasa takut dikalangan rakyat,” kata Presiden.

APA yang dikemukakan Presiden mengandung beberapa inti permasalahan yang amat mendasar. Salah satu diantaranya dialog ini mempakan salah satu bentuk pendidikan politik rakyat.

Kita semua tabu menggalakkan pendidikan politik rakyat selalu diingatkan Presiden pada setiap kesempatan yang relevan sebab dengan itulah rakyat akan tahu dan sadar akan hak-hak dan kewajibannya sebagai warganegara.

Inti permasalahan berikutnya, kehidupan demokratis hanya bisa tumbuh dan berkembang sehat bila rakyat mau dan berani mengemukakan aspirasi dan pendapatnya mengenai segala sesuatu yang menyangkut kehidupan bangsa, negara, dan masyarakat. Untuk itu rakyat, memang, tidak boleh bersikap nrimo saja.

Mendidik rakyat untuk tidak bersikap nrimo makin dituntut, karena sikap itu mempakan salah satu ciri dari masyarakat feodal yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila menetapkan demokrasi yang hams dikembangkan adalah demokrasi berdasarkan musyawarah mufakat. Untuk itu, rakyat harus didorong agar berani mengemukakan kebenaran dan menolak yang tidak benar sebagai bagian yang sangat menda sar dari pendidikan politik.

PENDEKNYA, ditinjau dari pendidikan politik rakyat serta pembangunan demokrasi Pancasila yang berintikan dialog untuk mufakat, apa yang ditegaskan Presiden mempakan kunci yang sangat strategis.

Agar ajakan Presiden mencapai tujuan sehingga berkembang kehidupan demokrasi Pancasila yang makin sehat dan makin bergairah, maka semua pihak yang langsung atau tidak langsung, ada kaitannya dengan penciptaan iklim yang memungkinkan hilangnya sikap nrimo seyogyanya menghayati dan menjadikan apa yang terungkap dari ajakan Presiden sebagai pegangan.

DENGAN penuh iktikad baik izinkan kita minta perhatian yang sungguh-sungguh hal ini.Sebab, pengalaman sejarah selama Orde Lama mengisyaratkan justru sikap nrimo itulah yang menyebabkan bangsa ini sampai kecolongan oleh PKI.

Waktu itu, memang ada orang seorang atau kelompok-kelompok masyarakat yang mesti berani mengemukakan yang benar dan yang salah. Tetapi,dengan pengaruh PKI yang begitu dominan waktu itu, setiap perbedaan pendapat dibrangus. Pengalaman amat sangat pahit inimakin memperkuat alasan agar kita benar benar menghayati apa yang ditegaskan Presiden.

 

 

Sumber :SUARA KARYA (27/02/1990)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 86-88.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.