“DIA ANTARA PARA SAHABAT” WARNAI SUASANA HUT KE-70 PRES. SOEHARTO
Jakarta, Antara
“Di Antara Para Sahabat” sebuah buku yang berisi berbagai komentar dari tokoh pemerintahan dan masyarakat tentang diri Pak Harto, ikut mewamai suasana ceria peringatan ulang tahun ke-70 anak Desa Kemusuk, Yogyakarta itu, yang sekarang menjadi Presiden Rl, Sabtu malam.
Buku dengan judul yang mengandung makna dan mudah dimengerti itu, diperkenalkan Presiden Soeharto saat acara memperingati Hari Ulang Tahun-nya yang ke-70, tanggal 8 Juni 1991 yang dilaksanakan secara sederhana di tengah-tengah keluarga di kediaman Jalan Cendana, Jakarta. Kenduri ulang tahun yang berlangsung sederhana, namun penuh khidmat itu, diawali dengan pembacaan surah Al-Fatihah yang diikuti oleh segenap anggota keluarga lainnya.
Ulang tahun ke-70 Pak Harto ditandai dengan pemotongan tumpeng, kemudian Presiden menerima ucapan selamat ulang tahun dari Ibu Tien Soeharto, para putraputri, cucu-cucu serta anggota keluarga lainnya.
Soeharto lahir di desa Kemusuk, Kecamatan Godean, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Ia merupakan putra tertua dari keluarga Kartoredjo, seorang petani yang juga menjabat sebagai pengawas pengairan desa atau Ulu-ulu.
Masa kanak-kanak Pak Harto dilewatkan dalam suasana keprihatinan, karena harus berpisah dengan orangtuanya untuk mengikuti pendidikan di Kota Kewedanan Wuryantoro Wonogiri, mengikuti keluarga ibunya.
Setelah menam atkan sekolah menengah di Wonogiri, berturut-turut Pak Harto bekerja sebagai juru tulis pada bank desa, mengikuti pendidikan dasar militer untuk tentara Bindi a BeIanda, dan berdinas sampai tahun 1941.
Setelah bertugas dalam Dinas Kepolisian Jepang, Pak Harto masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) sampai mencapai Komandan Kompi.
Pada awal revolusi, pemuda Soeharto menggabungkan diri dalam Badan Keamanan Rakyat yang kemudian menjadi Tentara Republik Indonesia, dengan pangkat Wakil Komandan Batalyon.
Pada tahun 1947, pemuda Soeharto yang berpangkat Letnan Kolonel dan menjabat Komandan Resimen, menikah dengan Siti Hartinah, putri keluarga Sumoharyomo di kota Solo.
Dari perkawinan tersebut, keluarga Soeharto dianugerahi enam orang putra dan putri. Lima orang di antaranya sudah berkeluarga, dan memberikan sebelas orang cucu kepada keluarga berbahagia itu.
Dalam kesibukan tugasnya, baik semasa dalam dinas kemiliteran, maupun sebagai kepala negara, Presiden Soeharto selalu meluangkan waktu untuk keluarganya, dan sangat memperhatikan perkembangan putra-putrinya.
Di samping menanamkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pak Harto selalu berusaha menumbuhkan kecintaan putra putrinya kepada bangsa dan tanah airnya, serta mendidik mereka untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan sosial bersama Ibu Tien Soeharto.
Putra-putri Presiden Soeharto aktif dalam kegiatan Panitia Gotong Royong Kemanusiaan yang bertujuan memberikan bantuan bagi masyarakat yang menderita musibah akibat bencana alam.
Buku “DI ANTARA PARA SAHABAT” itu diterbitkan oleh PT. Citra Lamtorogung Persada.
Sumber : ANTARA (09/06/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 686-687.