MAKNA PERJALANAN DIPLOMASI PRESIDEN

MAKNA PERJALANAN DIPLOMASI PRESIDEN

 

 

Jakarta, Kompas

MEKSIKO dan Venezuela di Amerika Latin serta Tanzania, Zimbabwe dan Senegal di Afrika. akan dikunjungi oleh Presiden Soeharto dan rombongan dalam lawatannya selama 25 hari yang dimulai hari ini, Selasa 19 November.

Kecuali kunjungan kenegaraan di negara-negara tersebut, di Caracas, ibu kota Venezuela Presiden Soeharto akan menghadiri konferensi puncak negara Selatan­Selatan. Sedang di Dakkar, Senegal. Kepala Negara mengikuti konferensi tingkat tinggi OKI, Organisasi Konferensi Islam.

“Inilah perjalanan panjang yang merupakan keuletan dan kerja keras seorang negarawan yang sudah berusia 70 tahun.” Sekiranya untuk meminjam penegasan Mensesneg Moerdiono, perjalanan itu kita tempatkan dalam dunia yang sudah dan sedang berubah, perspektif apakah yang tampak.

Di Meksiko akan didapati negara yang berhasi Imengatasi kemelut ekonominya yang timbul dalam krisis 1982. Krisis itu disebabkan oleh mismanajemen ekonomi

dengan terlalu banyak membuat pinjaman yang berbunga tinggi dan berjangka pendek. Tatkala harga minyak yang diandalkan untuk membayar ulang, anjlok, terjadilah krisis utang. Proyek-proyek jangka panjang, yang dibangunnya belum mampu mengembalikan utang.

Meksiko beruntung karena secara langsung bertetangga dengan Amerika Serikat. Dengan bantuan negara itu, tetapi terutama juga oleh kemauan politik pemerintahannya Presiden Salinas, krisis ekonomi bisa diatasi, meskipun makan waktu hampir 10 tahun. Kini Meksiko bersama Kanada dan Amerika Serikat berada dalam kerja sama ekonomi Amerika Utara.

SALAH satu corak perubahan dunia yang besar akan ditemui di negara-negara Afrika seperti Tanzania. Di bawah pemerintahan Julius Nyerere yang terkenal jujur dan sederhana, seperti kebanyakan negara-negara berkembang pasca penjajahan, Tanzania menganut paham ekonomi negara. Karena ekonomi negara dipandang sebagai cara yang terbaik untuk mewujudkan sosialisme, artinya kemakmuran yang merata dan adil bagi seluruh rakyat.

Kini Tanzania beralih ke ekonomi deregulasi dan deetatisme. Negara itu juga menganut praktek ekonomi pasar sebagai jalan untuk mencapai tujuan kemerdekaannya yaitu keadilan dan kernakmuran.

Inilah salah satu perubahan dewasa ini beralihnya ekonomi negara ke ekonomi pasar dalam variasi yang bermacam-ragam. Sangat menarik peralihan itu, karena diusahakan tetap dalam kerangka acuan ideologi nasional masing-rnasing, yang umumnya bercirikan paham keadilan sosial dan paham demokrasi sentralisme.

Dampak peralihan ekonomi dalam politik beraneka pula. Di Zambia pemerintahan sistem partai tunggal Presiden Kenneth Kaunda diganti oleh sistem multipartai yang lewat pemilihan umurn dirnenangkan oleh partai oposisi.

Zaman baru ditandai oleh perubahan ekonomi dan perubahan politik. Kemerdekaan yang dalam periode pasca merdeka diidentikkan dengan negara, serta negara diidentikkan dengan pemimpin, beralih menjadi kemerdekaan rakyat, kebebasan rakyat, hak-hak rakyat, keterlibatan, partisipasi dan tanggungjawab rakyat.

PASTI bukan tanpa permasalahan. Berlangsungnya peralihan dan perubahan tersebut juga bukannya tanpa penghalang. Karena itu saling tukar pengalaman dan pandangan amatlah berguna.

Misalnya, bahwa berlakunya ekonomi pasar dalam segala variasinya, sangat memerlukan padanan. Padanan itu antara lain pemerintahan yang transparan, sehingga bisa diawasi dan karena itu juga bisa bersikap lugas dan adil.

Berlakunya ekonomi pasar yang membersitkan energi besar ekonomi memerlukan koreksi masyarakat dan intervensi pemerintah, agar tidak berkembang liar.

Regionalisme masih tetap menjadi kecenderungan antarbangsa. Karena itu sah dan bermanfaat kerja sama Selatan-Selatan dan bertemu pada tingkat puncak di Caracas serta musyawarah negara-negara anggota OKJ di Senegal. Namun dalam keija sama regional itu pun berhembus angin perubahan.

Kerja sama regional kini sejalan dengan semangat baru hubungan antar negara. Kerja sama itu bersemangatkan dialog dan kooperasi, bukan lagi konfrontasi. Kerja sama tetap bermotivasikan cita-cita perjuangan namun cara dan pandangannya lebih berpijak di alas bumi lebih pragmatis.

Keija sama regional diantara negara-negara sedang berkembang harus beralih dari forum retorika menjadi kerja sama yang diwujudkan secara konkret dan secara bertahap berdasarkan rencana, program serta perangkat atau instrumen yang dipertukan.

Perjuangan negara-negara berkembang ke luar, harus semakin bersandar pada kemampuan serta hasil-hasil di dalam negeri. Zaman retorika perjuangan telah beralih ke zaman kemauan politik yang secara nyata membawa kesejahteraan bagi rakyatnya.

Contoh Uni Soviet tak habis-habisnya mengundang keheranan.Tatkala negara adikuasa yang sanggup menerbangkan manusia ke angkasa luar dan membangun arsenal senjata-senjata modern termasuk nuklir, temyata gagal memberi roti dan keperluan sehari-hari kepada rakyatnya, merosotlah sosok negara adikuasa itu menjadi suatu negara yang ketinggalan.

Indonesia termasuk negara yang berhasil banting stir dan karena itu berhasil juga beranjak dalam kemaju an, sekalipun tetap masih berada di belakang dan semakin menghadapi kompetisi berat lagi keras.

Untuk negara yang bermasyarakat majemuk, berpenduduk besar serta berbentuk kepulauan amat luas, keberhasilan kita ke dalam membesarkan harapan, dan ke luar menjadi modal. Yakni modal untuk menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Nonblok serta pemimpin gerakan tersebut.

Di negara-negara yang dikunjungi, serta dalam konferensi puncak yang akan dihadiri di Venezuela maupun di Senegal, tukar pandangan untuk bahan KTT Non Blok masuk akal sekiranya akan diacarakan.

Dunia bercorak lebih reda dan berkesempatan menyelesaikan sisa-sisa konflik seperti konflik Kamboja, konflik Timur Tengah, konflik Semenanjung Korea.

Dunia juga sedang menyaksikan dengan prihatin berkecamuknya konflik bam yang bersifat politik, etnik dan religius seperti di Yugoslavia dan Uni Soviet. Yang tidak kalah penting, sumber konflik yang berada di luar persaingan ideologi Perang Dingin masih tetap, yakni kesenjangan sosial-ekonomi antara negara industri Barat dengan negara-negara sedang berkembang. Kesenjangan sosial ekonomi antara Utara dan Selatan tidak berkurang. Hal itu tampak dari proporsi pembagian kekayaan dunia dibandingkan dengan jumlah penduduk.

Karena tidak secara mendesak mengancamkan konflik nuklir, kesenjangan Utara-Selatan itu lebih sulit menggerakkan opini dunia dan kemauan politik para pemimpin dunia untuk menanganinya dengan urgensi yang tinggi. Dunia masih terperangkap dalam dilema antara ide-ide yang mulia dan mau bekerja sama dengan pertimbangan konkret kepentingan nasional masing-masing negara yang cenderung mencari untung sendiri. Hal itu tampak dalam kegagalan putaran Uruguay untuk mencapai konsensus tentang perdagangan bebas.

TIDAKLAH kurang acara yang menunggu Presiden Soeharto dan rombongannya dalam forum bilateral maupun multilaleral dalam lawatan muhibahnya kali ini.

Sementara haruslah semakin menjadi kesadaran dan tanggungjawab kita bersama unluk memelihara dan meningkatkan keberhasilan serta melakukan koreksi-koreksi yang diperlukan. Sebab pada akhirnya keberhasilan dan kemauan potitik itulah, modal dan wibawa kita untuk berdiplomasi di panggung-panggung dunia. Kita ucapkan selamat jalan dan sukses.

 

 

Sumber : KOMPAS (19/11/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 183-186.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.