MENINGKATNYA PERDAGANGAN INDONESIA-ZIMBABWE

MENINGKATNYA PERDAGANGAN INDONESIA-ZIMBABWE

 

 

Jakarta, Angkatan Bersenjata

DALAM pembicaraan antara Presiden Soeharto dan Presiden Mugabe di Harare, Rabu lalu, disepakati meningkatkan kerjasama ekonomi, khususnya perdagangan, dan sebagai langkah awal akan dirumuskan persetujuan kerjasama ekonomi kedua negara.

Mensesneg Moerdiono dalam keterangan persnya mengatakan, kedua kepala negara sependapat bahwa dalam melaksanakan pembangunan suatu negara berkembang tidak harus meloncat menuju Industrialisasi, tapi harus lebih dulu membangun pertanian yang tangguh. Pengalaman negara lain menunjukkan, jika langsung menuju industrialisasi akan menimbulkan berbagai masalah, katanya.

Untuk memproduksi cukup pangan bagi penduduknya, pembangunan Indonesia memprioritaskan sektor pertanian dan KB/Kependudukan, tanpa mengabaikan sektor-sektor pendidikan, kesehatan, perhubungan/telekom, industri.

Sukses pembangunan di berbagai bidang itulah yang membuat wajah Indonesia sekarang jauh berbeda dari masa pra pembangunan. Barang-barang dan jasa-jasa yang dulu langka, kini tersedia dalam jumlah lebih dari cukup, barang-barang yang dulu diimpor sudah diproduksi di dalam negeri dalam jumlah yang terus meningkat yang meratakan jalan bagi ekspomya. Ekspor non-migas ini meningkat dari tahun ke tahun dan sesuai rencana semulajadi penghasiI utama devisa menggantikan migas.

Tapi sukses pembangunan yang mendapat penghargaan dari PBB adalah di sektor pertanian dengan tercapainya swasembada beras tahun 1984.KB/Kependudukan dan pembinaan kesehatan rakyat.

Maka, berdasarkan prestasi Indonesia itu, dalam KTT K-15 Presiden Soeharto mengusulkan kerjasama negara-negara Selatan dalam pembangunan pertanian dan program KB/Kependudukan. Usul itu diterima karena memang merupakan kebutuhan mendesak negara-negara berkembang, juga di Afrika dengan laju pertumbuhan penduduk amat tinggi, sedang pembangunan pertanian kurang memadai, bahkan di wilayah Sahel, selatan gurun Sahara, akibat kemarau panjang, orang tidak bisa bertani sama sekali. Akibatnya, kelaparan berkepanjangan yang meminta banyak sekali korban jiwa.

Kepala negara yang paling berminat terhadap kerjasama pertanian Selatan-Selatan itu adalah Robert Mugabe, dan karena itu, seusai menghadiri KTT K-15 di Kuala lumpur awal Juni 1990, ia memerlukan berkunjung ke Indonesia untuk melihat sendiri pembangunan pertanian berikut jaringan irigasinya itu. Segala yang patut diperhatikan telah dilihatnya di negeri ini termasuk IPTN di Bandung, tapi yang menimbulkan kesan mendalam baginya adalah jaringan irigasi, lebih-lebih sistem subak: di Bali, karena memang itulah yang diperlukan untuk menyukseskan pembangunan pertanian di negerinya.

Kunjungan itu mempererat hubungan kedua kepala negara, menimbulkan kesan baik Zimbabwe terhadap Indonesia, dan menimbulkan hasrat secara timbal-balik untuk meningkatkan kerjasama di bidang perdagangan, pertanian dan teknik. Maka kedatangan Presiden Soeharto di Harare mendapat sambutan meriah dan mengesankan.

Perdagangan kedua negara memang wajar ditingkatkan karena ada produksi Zimbabwe yang bisa digunakan di Indonesia, sebaiknya banyak pula komoditi Indonesia yang bisa diekspor ke Zimbabwe.

Yang jadi kendala adalah letak geografis Zimbabwe di pedalaman (landlocked), dan karena itu tidak: mempunyai pelabuhan.

Akan dijajagi kemungkinan untuk memanfaatkan dua pelabuhan di Mozambik dan tiga pelabuhan di Afrika Selatan, kata Menko Ekuin Radius Prawiro setelah mengadakan pembicaraan untuk mengadak:an kerjasama ekonomi dengan Menteri Keuangan dan Perencanaan Pembangunan Zimbabwe, Bernard Ghchidzejfo, Rabu lalu. Kedua pihak sepakat untuk merumuskan perjanjian keijasama ekonomi yang diharapkan menjadi semacam “payung” bagi perjanjian Kerjasama lainnya seperti bidang perdagangan dan teknologi. Kedua pihak juga sepakat untuk tukar-menukar daftar barang yang bisa diekspor masing-masing. Zimbabwe juga berminat bekerjasama di bidang pertanian dan diharapkan akan mengirim ahli-ahli pertanian mereka ke Indonesia, katanya.

Sebenarnya sudah ada program Kerjasa ma Ekonomi Negara-negara Berkembang (KENB) yang dirumuskan di Meksiko City tahun 1976, disusul oleh program Buenos Aires tentang Kerjasama Teknik Negara-negara Berkembang (KTNB). Program KTNB meliputi bidang pertanian, perindustrian, perdagangan, perhubungan, pekerjaan umum, tenaga kerja, sosial, KB/Kependudukan, penerangan, pemetaan, statistik, kepemudaan dan koperasi.

Waktu dana tidak jadi masalah di masa jaya minyak tahun-tahun 1970-an, Indonesia melaksanakan program KTNB itu bersama 50 negara di Asia Pasifik, Amerika Latin dan Afrika. Di Afrika yang memanfaatkan Program KTNB Indonesia itu adalah Tanzania yang kini dikunjungi Presiden Soeharto.

Tapi kesulitan dana di dasawarsa 1980-an akibat perekonornian dunia yang tidak menentu, membuat Indonesia tidak menentu mengirim tenaga-tenaga ahli ke negara­ negara sababat yang membuat program ini praktis terhenti. Maka, di waktu kesulitan dana sekarang, perlu dicari cara lain yang lebih hemat untuk melanjutkan kerjasama itu, umpamanya dengan mengirim tenaga dari negara-negara sahabat itu untuk berlatih di Indonesia.

 

 

Sumber : ANGKATAN BERSENJATA (06/12/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 488-490.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.