MOERDIONO: PAK HARTO KE TANAH SUCI SEMATA-MATA UNTUK IBADAH
Jakarta, Antara
Menteri Sekretaris Negara Moerdiono menegaskan bahwa kunjungan Presiden Soeharto ke Tanah Suci semata-mata ingin mewujudkan niatnya sebagai hamba Allah untuk beribadah, dan jangan dikait-kaitkan dengan masalah lain, termasuk politik.
Dalam wawancara dengan ANTARA dan majalah Islam “Panji Masyarakat” di Jakarta, Selasa, Moerdiono menjelaskan bahwa kunjungan Pak Harto untuk melakukan rukun Islam ke lima itu dilakukan sebagai warganegara biasa dan tidak sebagai Presiden.
Pernyataan itu, kata Moerdiono, disampaikan sendiri oleh Pak Harto kepadanya. Rombongan Presiden yang berjumlah 28 orang itu, tidak menggunakan pesawat Kepresidenan, tapi bergabung dengan jamaah haji biasa.
“Dalam rombongan Presiden tidak ada seorang menteri atau pejabat yang ikut, dan inimenunjukkan bahwa beliau benar-benar ingin melaksanakan ibadah haji sebagai seorang pribadi dan dengan perasaan yang khusuk kepada Allah” kata Moerdiono.
Rombongan Presiden itu diantaranya Ibu Tien Soeharto, Nyonya Siti Hardiyanti Indra Rukmana dan suaminya, Bambang Triatmodjo dan isteri, Utomo Mandalaputra Suharto, Ny. Titik Prabowo dan suaminya, Mayjen TNl Wismoyo Arismunandar dan isteri dan seorang ulama terkemuka K.H. Kosim Nurseha.
Moerdiono mengemukakan, keinginan Presiden Soeharto untuk menunaikan ibadah haji sudah cukup lama, tapi karena kesibukannya dalam memimpin bangsa dan negara, niatnya itu barn dapat dilaksanakan tahun ini.
Raja Fahd bin Abde lAzis dari Arab Saudi, kata Moerdiono, begitu mendengar Presiden Soeharto ingin menunaikan ibadah haji langsung menyampaikan undangan untuk melakukan kunjungan kenegaraan.
Undangan itu pertama kali disampaikan secara lisan oleh Dubes Arab Saudi di Jakarta, Talaat Hamdi kepadanya. Kemudian pada 8 Mei Raja Fahd menyampaikan surat kepada Presiden Soeharto untuk menyampaikan undangan tersebut.
Presiden Soeharto sekalipun menerima baik undangan dari Raja Arab Saudi itu, tapi menekankan agar acara-acaranya jangan sampai mengganggu kekhusukannya menjalankan ibadah haji.
Moerdiono belum dapat menjelaskan jadwal pertemuan antara Presiden Soeharto dan Raja Fahd, tapi kalaupun ada pertemuan itu kemungkinan pada hari pertama atau kedua setelah Kepala Negara dan rombongan tiba di Arab Saudi.
Hal ini dimaksudkan agar acara itu tidak sampai mengganggu kekhusukan Kepala Negara untuk memusatkan perasaan dan perhatiannya dalam pelaksanaan ibadah hajinya.
Kepala Negara dan rombongan juga akan ke Medinah untuk shalat di Masjid Nabawi dan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.
Perjalanan dari Jeddah ke Medinah akan dilakukan dengan pesawat terbang, tetapi perjalanan dari Jeddah ke Mekkah (sekitar 90 km), dengan menggunakan bis bersama dengan jamaah lainnya.
Moerdiono menyatakan, sejak lama Presiden Soeharto setiap tahun memberangkatkan staf dan keluarganya secara bergantian untuk menunaikan ibadah haji.
Sumber : ANTARA (04/06/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 544-545.