RI-ZIMBABWE SEGERA KERJA SAMA BIDANG EKONOMI DAN PERDAGANGAN
Harare, Suara Pembaruan
Indonesia dan Zimbabwe akan segera mengusahakan perjanjian kerjasama dalam bidang ekonomi dan perdagangan, demi dan keterangan-keterangan pers terpisah dari tiga menteri yang mengikuti kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke Zimbabwe.
Menteri Sekretaris Negara Moerdiono, Menko Ekuin Radius Prawiro dan Menlu Ali Alatas secara bergantian memberikan keterangan kepada wartawan-wartawan Indonesia Rabu petang di Harare, setelah siang harinya Presiden Soeharto dan Presiden Mugabe berbicara empat mata dan para menteri dari ke-India negara melakukan pembicaraan paralel.
Moerdiono dalam keterangannya mengatakan, kedua pemimpin itu bertukar pikiran tentang keadaan negeri masing-masing dan secara khusus tentang perekonomian masing-masing. Kedua presiden sepakat, bagi negara-negara yang sedang membangun sebaiknya perhatian ditujukan Kepada pembangunan pertanian, sebelum meloncat ke pembangunan industri.
Kedua kepala negara juga sepakat perlunya peningkatan hubungan ekonomi. Dalam hal ini Indonesia memang memerlukan sejumlah komoditi dari Zimbabwe seperti tembakau dan bahan ashes (asbestos).
Yang perlu dijajaki kedua pihak adalah jalur-jalur angkutan mana yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, mengingat Zimbabwe tidak memiliki pelabuhan laut. Jalur pelabuhan yang terdekat adalah melalui Afrika Selatan, tetapi berbagai sanksi yang dikenakan PBB dan masyarakat internasional terhadap Afsel tentu harus diperhatikan.
KTT Nonblok
Menyangkut bidang luar negeri, kedua kepala negara kembali menyoroti pentingnya KTT Nonblok yang akan berlangsung di Jakarta tahun depan. Mereka berdua menganggap KTT tersebut memasuki saat-saat yang penting temtama karena peredaan ketegangan dunia dan yang sedang bertambah dengan sangat cepat dan dinamis mencari bentuk dan tatanan baru.
KTT Nonblok nanti, oleh kedua presiden dilihat sangat penting, khususnya dalam memberikan arah dan tujuan baru Gerakan Nonblok. Presiden Soeharto juga mengulangi apa yang disampaikannya kepada para kepala pemerintahan yang lain, agar Zimbabwe pun memberikan pandangan-pandangannya mengenai arah dan tujuan baru dari KTT yang akan datang itu.
Pada bagian akhir pembicaraan mereka, sebagai sahabat Presiden Soeharto menjelaskan perkembangan-perkembangan yang terjadi di Timor Timur, sejak integrasi hingga kejadian 12 November di Dili.
Menko Ekuin Radius Prawiro mengemukakan bahwa kedua pihak sepakat untuk selanjutnya merumuskan suatu perjanjian ketja sama ekonomi yang akan merupakan umbrella (payung) bagi perjanjian-perjanjian lainnya antara lain perjanjian kerja sama teknik dan perjanjian perdagangan. Dalam kaitan ini, Indonesia sudah menunjukkan daftar barang-barang yang dapat diperdagangkan di antara kedua negara.
Menurut Radius, Zimbabwe berminat dalam perakitan (assembling) kendaraan bermotor. Ia pun menambahkan Indonesia telah mulai meningkatkan industri otomotifuya dan memiliki kemampuan mensuplai beberapa suku cadang.
Zimbabwe juga menaruh perhatian akan teknologi pertanian yang dikembangkan di Indonesia. Zimbabwe ingin memanfaatkan program kerja sama antara negara berkembang terutama dalam bidang industri agrobisnis di Indonesia.
Politik Luar Negeri
Menlu Ali Alatas dalam keterangannya mengatakan, dengan didampingi Mensesneg Moerdiono Rabu siang, telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Zimbabwe, Nathan Shamuyarera.
Dalam bidang bilateral, menurut Alatas, tidak banyak yang perlu dibahas. “Sudah baik sekali, dan bertumbuh semakin erat juga saling pengertian dan kerja sama di berbagai forum internasional sangat baik,” kata Alatas. Kedua Menlu melihat dalam bidang ekonomilah banyak hal yang perlu dibicarakan.
Menlu Zimbabwe menjelaskan perkembangan terakhir di Afrika bagian selatan, khususnya di Afrika Selatan dan sekitamya. Sebagai negara garis depan, Zimbabwe memang memainkan peranan kunci dalam menghadapi Afrika Selatan dan merupakan basis gerakan perjuangan.
Menurut Menlu Alatas Nathan juga menjelaskan bahwa dewasa ini negaranegara Afrika sedang menghadapi tekanan-tekanan dari negara-negara Barat untuk “menuju ke arah pluralisme” atau “agar negara-negara yang masih berstruktur politik partai tunggal menuju ke multi-partai”.
Ini dapat terlihat di Kenya, Tanzania, Togo dan negara-negara lain. Zimbabwe sendiri sudah memiliki berbagai partai, walaupun partai pemerintah cukup kuat. Menlu Alatas sebaliknya menjelaskan perkembangan di ASEAN dan Asia Tenggara pada umumnya, sekaligus perkembangan di Asia bagian timur dan Asia Pasifik.
Timor Timur
Atas permintaan Menlu Zimbabwe, kata Alatas, ia juga menjelaskan latar belakang dan fakta-fakta yang diketahui mengenai kejadian 12 November di Timor Timur. Penjelasan ini penting, karena Zimbabwe sebagai negara di Afrika bagian selatan mempunyai hubungan yang erat dengan dua negara garis depan lainnya yaitu Mozambique dan Angola. Juga dengan Bostwana. “Kalau kita menjelaskan suatu kepada Zimbabwe, tentunya dapat kita harapkan mereka menjelaskannya kepada negara-negara lain tersebut Saya pun tidak meminta secara spesifik tetapi dianggap widerstood-lah” kata Alatas.
Menlu Nathan mengucapkan terima kasih atas penjelasan penjelasan tentang Timor Timur itu. Sejak Selasa malam pihak Zimbabwe memang sudah mulai mempertanyakan kejadian di Timor Timur tersebut.
Menjawab pertanyaan lain Ali Alatas mengatakan, dalam hubungan perkembangan internasional, pembicaraan mereka juga menyangkut KTT Nonblok ke-10 yang akan berlangsung di Jakarta. Zimbabwe sebagai mantan Ketua Gerakan Nonblok dan mantan tuan rumah KTT-ke-8 di Harare sebelurnYugoslavia menyatakan kesediaan membagi segala pengalamannya dalam menyelenggarakan KTT tersebut. Menurut Alatas, Zimbabwe sedikit banyak juga merasa bertanggungjawab untuk terus aktif dalam Gerakan Nonblok ini.
Sumber : SUARA PEMBARUAN (07/12/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 493-496.