Tajuk Rencana : HASIL KUNJUNGAN PRESIDEN KE JERMAN

Tajuk Rencana : HASIL KUNJUNGAN PRESIDEN KE JERMAN

 

 

Jakarta, Suara Karya

BERSATUNYA kembali Jerman Barat dan Jerman Timur pada hakikatnya merupakan produk dari gerakan demokratisasi yang dimulai pemimpin Soviet Uni, Mikhail Gorbachev, dengan glasnost dan perestroikanya. Berbeda dengan Soviet Uni sendiri serta negara-negara Eropa Timur yang juga memperoleh manfaat dari gerakan Gorbachev dalam bentuk bebas dari rezim komunis yang totaliter, bersatunya Jerman Barat dan Jerman Timur mempunyai makna tersendiri.

Kita katakan punya makna tersendiri, karena dengan penyatuan itu bukan saja terjadi suatu proses integrasi tentorial, tetapi juga proses integrasi kesisteman. Dan, proses itu terjadi secara damai. Dengan itu munculah suatu Jerman yang bersatu.

Kalau sebelum terbentuknya satu Jerman, Jerman Barat sendiri sudah merupakan suatu kekuatan ekonomi yang cenderung meraksasa mengejar Amerika Serikat dan Jepang, maka dengan terbentuknya satu Jerman prospektif sulit membantah bahwa Jerman yang satu itu akan muncul sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia yang dapat menjadi kekuatan inti dari Masyarakat Ekonomi Eropa nantinya.

DENGAN latar belakang itu, maka kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke Jerman beberapa waktu lalu mempunyai makna yang betul-betul strategis. Dari penjelasan yang diberikan Presiden Soeharto dan Menlu Ali Alatas dalam perjalanan pulang ke tanah air, Senin lalu, ada beberapa hasil kunjungan yang patut dicatat.

Salah satu di antaranya, Indonesia dan Jerman menandatangani pernyataan bersama mengenai lingkungan hidup. Dan, isi dari pernyataan bersama itu justru sesuai dengan prinsip-prinsip mengenai lingkungan hidup yang selama ini diperjuangkan Indonesia dan negara-negara berkembang. Intinya, masalah lingkungan hidup jangan dijadikan sebagai pokok persoalan baru antara negara maju dan negara berkembang karena lingkungan hidup merupakan masalah global.

Tidak hanya terjadi dan dihadapi oleh negara-negara berkembang, tetapi juga terjadi dan dihadapi oleh negara-negara maju. Oleh karena itu, untuk mengatasinya harus dengan kerja sama antara negara­ negara di dunia. Dalam kaitan itu, Indonesia dan Jerman sepakat untuk mempererat kerja sama bilateral di bidang lingkungan hidup guna menghadapi dan memecahkan berbagai persoalan lingkungan hidup secara adil dan berdasarkan tanggungjawab bersama secara global.

HASIL berikutnya dari kunjungan Presiden dan rombongan, Indonesia dianggap sebagai jembatan kerja sama antara kawasan Eropa dengan kawasan Asia Tenggara.

“Bahkan, kanselir Jerman, Helmut Kohl, menyatakan agar segala sesuatu tidak hanya dibicarakan secara formal. Dalam arti, tidak hanya melalui saluran diplomatik, tetapi ada hubun gan secara pribadi antara saya dengan kanselir Helmut Kohl guna mem udahkan pemecahan segala sesuatu,”kata Presiden.

Ditegaskan Presiden, upaya menjembatani itu tidak berarti lantas Indonesia ingin memimpin. Tetapi, hanya semata-mata agar kerja sama tidak hanya dalam rangka bilateral, melainkan juga agar kerja sama multilateral dapat berjalan dengan baik.

Selain dari dua kesepakatan yang kita anggap strategis itu, maka dalam rangka ketja sama bilateral telah dibicarakan kemungkinan peningkatan kerja sama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara.

DENGAN posisi Jerman bersatu dalam Pasar Tunggal Eropa (PTE) yang bagaimana pun akan ikut amat menentukan masa depan kawasan itu, maka pelbagai pertemuan pendapat yang dicapai dalam kunjungan Presiden ke Jerman boleh dikatakan merupakan kerangka landasan yang cukup kuat untuk mengembangkan kerja sama antara Indonesia dan kawasan Asia Tenggara dengan PTE di masa mendatang.

Soalnya sekarang, sampai berapa jauh pengisian kerangka landasan itu dengan tindak lanjut yang berkesinambungan guna mewujudkan berbagai pertemuan pendapat itu menjadi realitas-realitas yang saling menguntungkan. (SA)

 

 

Sumber : SUARAKARYA (I0/07/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 105-106.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.