TENTANG UI DAN GELAR DOKTOR UTK PRESIDEN [1]
Jakarta, Pelita
Berkenaan dengan berita Koran Pelita tanggal 1 Agustus 1975, sekitar keputusan Dewan Dekan VI, memberikan gelar DR. H.C. kepada Presiden kita, Pak Harto yg belum dapat diterima Presiden pada saat sekarang ini, mendorong saya menyampaikan isi hati saya, karena persoalan seperti ini menurut saya adalah sangat prinsipil ditanggapi.
Disatu fihak, timbul perasaan iba hati saya terhadap pola/mentalitas Pimpinan UI yang masih tak berobah dengan ORLA dulu, yang suka memuja/memuji figur Pemimpin. Apakah UI tak menyadari bahwa Bapak Presiden kita yang satu ini sangat berbeda dengan Presiden yg lalu, yang keranjingan prestige dan suka disanjung-sanjung, suka ditiup seperti balon?
Lebih kurang 9 tahun Pak Harto menjadi pemimpin rakyat sebagai Presiden, kami dapat merasakan nikmat dari kepemimpinannya, beliau tidak hanya pandai pidato2, tapi rakyat telah dicerdaskannya, dibangunkannya, digairahkannya untuk membangun, diberinya kesempatan untuk maju, Pak Harto makin lama makin dicintai rakyat.
Dia pergi keluar negeri berusaha menanamkan kepercayaan luar negeri untuk rakyatnya. Beliau datang ke Jepang, barulah orang luar sungguh2 percaya menanamkan modalnya yang besar, seperti proyek Asahan.
Pinjaman modal asing benar2 untuk memakmurkan rakyatnya. Untuk bikin pabrik2, bukan sekedar membangun monumen2. Datanglah kedesa, dengarlah kata hati rakyat, bergemuruh rasa terimakasih rakyat kepada beliau. Rakyat teramat cinta, teramat memuliakan beliau. Tidak ada kemuliaan manapun yang mampu menandingi kemuliaan yang diberikan rakyat kepada beliau, sebab kehormatan dan kemuliaan yg datang dari rakyat adalah ikhlas dan tulus tanpa maksud yang tersembunyi.
Pak Harto sudah terlalu mulia dihati rakyat, tak usah diberi yang lainnya lagi. Kehormatan yang diberikan oleh UI hanya akan mengecilkan arti Pak Harto saja.
Rakyat tidak ingin Pak Harto disuruh mengajar didepan sebuah fakultas. Pak Harto diperlukan rakyat sebagai Pak Harto yang sekarang, Pak Harto dengan senyum Pak Taninya, bukan senyum seorang yang bertitel Doktor.
Kalau U.I. mau menghargai Pak Harto, ikuti perintahnya, laksanakan komandonya dengan sebaik-baiknya seperti murahkan dan mudahkan memasuki U.I. bagi rakyat kecil (tani). Tentu Pak Harto berterimakasih kepada pemimpin U.I.
Dilain fihak, saya pribadi sangat terpesona dengan sikap Pak Harto dalam menanggapi pemberian gelar doctor H.C. oleh U.I. kepada beliau. Dengan sangat halusnya beliau menolak. Bagai menarik rambut dalam tepung, rambut tak putus, tepungnya tak terserak.
Hendaknya VI menyadari dengan baik.
Terimakasih.
Hormat saya,
M u s n i f,
J a m b i. (DTS)
Sumber: PELITA (l2/08/1975)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 804-805.