Presiden Soeharto di Meksiko : DIALOG UTARA-SELATAN PERLU DIHIDUPKAN LAGI
Mexico City, Kompas
Presiden Soeharto kembali menekankan perlunya terus ditingkatkan hubungan kerjasama Selatan-Selatan dan dihidupkannya kembali dialog Utara-Selatan agar dapat terwujud Tata Ekonomi Dunia Baru yang lebih seimbang dan lebih adil.
Dalam pidato balasannya padajamuan kenegaraan oleh Presiden Meksiko Carlos Salinas de Gortari dan Nyonya di Mexico City hari Karnis malam (Jumat pagi WIB), Kepala Negara menyatakan keprihatinannya atas hubungan antara negara-negara yang sedang membangun dengan negara-negara maju yang masih terus diliputi oleh berbagai kesenjangan dan ketidak adilan.
Jamuan berlangsung di Istana Los Pinos, kediaman resmi Presiden Meksiko, berlangsung dengan penuh keakraban, didahului lagu kebangsaan kedua negara. Sebelum jamuan itu sendiri, kedua pemimpin terlebih dahulu mengadakan pembicaraan empat mata, dan kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan gabungan antara kedua delegasi, dipimpin langsung masing-masing Presiden.
Pokok pembicaraan utama adalah bagaimana bisa lebih meningkatkan lagi hubungan kerja sama kedua negara, khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan. Indonesia sendiri melihat masalah ini sebagai hal penting yang perlu diantisipasi menghadapi berbagai perubahan kebijakan ekonomi yang sedang dijalankan Meksiko di bawah pimpinan Presiden Carlos Salinas.
Demikian dilaporkan wartawan Kompas Ansel da Lopez dan J. Oscar dari Mexico City, semalam.
Tidak dapat Ditunda
Senada dengan Presiden Soeharto, Presiden Meksiko Carlos Salinas juga menandaskan bahwa saat ini tidak dapat ditunda-tunda lagi untuk memperkukuh ketja sama internasional bagi pembangunan. Perlu dirumuskan mekanisme yang efektif untuk mendorong hubungan kerjasama Selatan-Selatan dan menjadikan forum Kelompok 15 sebagai perantara dengan negara-negara yang lebih maju.
Tentang penandatanganan suatu perjanjian bebas antara Meksiko dengan Amerika Serikat dan Kanada, Presiden Salinas berjanji tidak akan mengurangi perdagangan Meksiko dengan pasar lain. Bahkan sebaliknya akan membuka kesempatan kepada negara-negara seperti Indonesia untuk meningkatkan peran sertanya.
“Kami mencari diversifikasi pasar, tidak inginmembentuk blok-blok yang tertutup bagi pertukaran perdagangan,” kata Presiden Salinas mengenai kebijakan baru negerinya itu. Dalam kaitan itu, maka menurut dia, baru-baru ini Meksiko juga menandatangani suatu perjanjian perdagangan bebas dengan Cile, dan juga sedang dilakukan perundingan untuk perjanjian yang sama dengan negara-negara Amerika Latin lainnya.
Bulan Mei lalu, Meksiko juga masuk dalam Konferensi Kerja Sama Ekonomi Pasifik (OPEC). Proses wilayah perdagangan bebas (free trade area) Meksiko itulah antara lain yang ingin dimanfaatkan pula Indonesia demi meraih pasar lebih besar. “Untuk itu Indonesia perlu melihat dari dekat perkembangannya,”kata Menko Ekuin Radius Prawiro seusai mengdakan pembicaraan paralel dengan para Menteri Meksiko, bersama Menlu Ali Alatas dan Mensesneg Moerdiono.
Namun diingatkan pula, dalam perekonomian bebas, gerakan kekuatan ekonomi itu punya momentum sendiri. Oleh karena itu Indonesia perlu memperhatikan ke mana arah gerakan persetujuan wilayah bebas perdagangan Mexico-AS-Kanada tersebut. “Indonesia harus pandai-pandai mencari celah-celah dimana harus masuk pasaran yang sangat besar ini seperti yang didambakan demi keuntungan bersama.”
Partner Dagang
Menurut Radius, dengan berbagai deregulasi ekonomi yang dijalankannya sekarang, Meksiko ingin agar barang-barang produksi negeri ini dibuat mampu bersaing di pasar internasional, antara lain dengan menurunkan tarif impor, bergerak dari mulai nol sampai 20 persen. Berbagai aturan yang menyangkut izin-izin bidang impor ekspor dihapuskan. Kebijakan lainnya, antara lain mengadakan privatisasi atau swastanisasi perusahaan-perusahaan negara. Dengan demikian semakin banyak dana yang tersalur ke sektor swasta. Kebijakan itu lalu dibarengi dengan kebijakan moneter yang ketat guna menurunkan inflasi. Tahun ini inflasinya menurun sampai mencapai 17 persen, tahun lalu sekitar 20 persen.
Dari berbagai kebijakan itu, menurut Wakil Menlu Keuangan Meksiko, ekspor Meksiko tahun ini meningkat hingga menjadi 30 milyar dollar AS. Sepuluh persen dari produk nasional bruto negeri ini sebesarjumlah ekspor. Jumlah ekspor tersebut akan semakin meningkat lagi bila tercapai kesepakatan dengan AS dan Kanada tentang persetujuan wilayah perdagangan bebas. Kesepakatan ini sekarang masih tergantung dari persetujuan Kongres ketiga negara masing-masing.
Tenaga buruh Meksiko juga tennasuk murah untuk bisa menambah daya saing produk-produknya. Selain itu, pasar ekspor Meksiko sangat dekat denganAS yang merupakan tetanggga dekatnya. Apalagijalan raya antara AS-Meksiko sangat bagus dan lancar.
Yang dicari Meksiko sekarang ialah partner dagang yang tangguh di luar AS dan Kanada, dalam rangka memperoleh bahan-bahan yang bisa digunakan untuk memproduksi barang-barang ekspornya. Dalam hubungan itu menurut Radius, antara lain bisa ditinjau kemungkinan kerja sama di bidang tekstil dengan Indonesia bagi pengolahan tekstil di Meksiko untuk diekspor ke AS. Perusahaan-perusahaan tekstil di Meksiko memang tidak berkembang seperti di Indonesia.
Radius mengakui , ini tentu akan menghadapi ketentuan di AS mengenai surat keterangan asal barang. Tapi ini bisa diatasi dengan memperhitungkan mengenai tambahan nilai yang dihasilkan negara ini.
Diingatkan, kawasanAS , Kanada,Meksiko, memiliki GNP enam trilyun dollar AS. Jepang hanya 2,8 trilyun dollar AS sedang Masyarakat Eropa sekitar 4,2 juta dollar AS. “Jadi ini merupakan pasar yang sangat besar dengan penduduk sekitar 360 juta orang, “kata Radius.
Meskipun demikian, menurut Menko Ekuin, tentu kitajuga tidak bisa begitu saja mengabaikan pangsa pasar produk Indonesia di Eropa. Karena sekitar 16 sampai 17 persen dari ekspor nasional saat ini adalah ke Eropa, sedangkan ke kawasan AS,Kanada, Meksiko sekitar 40 sampai 45 persen. Ekspor terbesar Indonesia adalah ke Jepang.
Jumlah ekspor dan impor Indonesia dengan Meksiko sampai kini mencapai 100 juta dollar AS. Karet merupakan komoditi ekspor Indonesia terbesar ke Meksiko, tapi masih kurang dibanding Malaysia dan Thailand. “Oleh karena itu tawaran kerja sama perdagangan dengan Meksiko perlu mendapat pertimbangan,” ujar Radius.
Di Meksiko ada Mexican Business Council yang merniliki komite yang disebut Indonesia-Malaysia-Mexico Businessman Commitee. “Mereka mengharapkan awal tahun depan para pengusaha Indonesia bergerak ke Meksiko, terutama dalam menggunakan jalur pemasaran ke pasar yang lebih besar,” kata Radius. Gerakan itu sebetulnya sudah dimulai, karena menurut Radius, ada beberapa orang Meksiko yang bekeija di Indonesia ingin kembali ke negerinya dan ingin membuat jembatan antara kedua negeri.
Lebih Penting
Kecuali sedang mengadakan deregulasi di bidang ekonominya, Menlu AliAlatas menandaskan pula bahwa konteks kunjungan Presiden Soeharto ke Meksiko ini karena negeri ini juga mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu yang perlu dimanfaatkan. Dengan penduduknya sekitar 81juta orang, kata Alatas , Meksiko adalah negara penting yang selalu menjadi pelopor dan aktif dalam penyelesaian berbagai masalah dunia.
Walaupun bukan negara Non Blok , tapi Meksiko selalu menjalankan kebijaksanaan politik luar negerinya yang segaris dengan alur Non Blok. Begitu pula, walaupun bukan anggota OPEC, tapijuga menjalankan politik perminyakan yang sejalan dengan garis-garis kebijakan OPEC.
Dengan perubahan-perubahan drastis yang teljadi di negeri ini sekarang di bawah pimpinan Presiden Salinas, membuat Meksiko semakin penting. Ditambah lagi dengan usahanya mendekati wilayahAsia Pasiftk dan negara-negaraAmerika Latin lainnya.
Sedikit permasalahan yang ada antara Indonesia dan Meksiko adalah soal Timtim. Sampai tahun 1982 (tahun terakhir diadakah voting di PBB), Meksiko mendukung resolusi lawan. Ini bukan karena anti–Indonesia tapi karena konsisten dengan salah satu dalil pokok politik luar negerinya yang disebut extrada. Namun, walaupun bersikap demikian, tapi Meksiko tidak pemah bersifat aktif atau menyulitkan Indonesia dalam soal Timtim.
Menurut Menlu, Wakil Menlu Meksiko Rosental pemah mengatakan, andaikata masalah Timtim muncul lagi di PBB dan terjadi voting maka Meksiko akan bersikap yang menguntungkan Indonesia. (SA)
Sumber : KOMPAS (23/11/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 215-219.